“Kata orang bertemu satu kali itu kebetulan. Tapi bisakah kamu jelaskan dengan pertemuan kita yang kedua, ketiga dan seterusnya? Apakah itu suatu kebetulan ataukah Tuhan yang menggariskan seperti itu?”
Bertemu denganmu sungguh di luar inginku. Bahkan mengenalmu saja tidak. Bagaimana bisa rasa ini tumbuh begitu saja? Aku jatuh cinta? Tidak, tidak, terlalu cepat menyimpulkan itu. Aku rasa, aku mengagumimu dari awal kita jumpa. Kebaikan hatimu lah yang mampu menyihir pikiranku, mendoktrin otakku untuk selalu memikirkan sosokmu. Apa kamu percaya pertemuan kita suatu kebetulan? Aku rasa Tuhan ikut campur tangan dalam hal ini.
Kenapa hati ini berdegup kencang saat berpapasan denganmu? Kenapa aku tak berani untuk menyapamu? Bahkan untuk menatapmu dari dekat aku tak sanggup. Aku hanya mampu melihatmu dari kejauhan. Melihat tawamu, senyummu. Ah, aku berdusta dengan hatiku sendiri. Aku berusaha meyakinkan diriku kalau aku tak akan menaruh rasa terlalu dalam padamu, tapi kenyataannya? Aku terlalu larut dengan rasa ini.
Kau tau? Rasa suka, cinta dan sayang tak bisa kita atur sesuka hati kita. Entahlah, rasa itu datang begitu saja tanpa kau minta. Pernahkah kau meminta pada Tuhan agar kau suka dan jatuh cinta pada satu orang? Aku rasa tidak. Perasaan itu mengalir begitu saja tanpa kau tau kepada siapa rasa itu terpautkan. Kau tak pernah menyangka kau akan jatuh cinta kepada orang yang bahkan sebelumnya kau benci. Atau mungkin kepada orang yang sama sekali tidak pernah terbesit dalam pikiranmu. Betapa Tuhan begitu sempurna membuat rencana-rencana indah yang tak pernah kita duga.
Seperti itulah aku saat ini. Menaruh rasa padamu meski kau tak pernah tau. Mengagumimu dalam diam. Ya, hanya itu yang mampu aku lakukan saat ini. Aku terlalu naïf untuk memulai semuanya duluan. Aku terlalu takut untuk mengungkap semuanya. Apa aku salah selalu mengharapkanmu kelak menjadi pendampingku? Ya, dalam hening aku selalu bermimpi kau lah sosok yang akan menemaniku, menggenggam erat jemariku, merangkulku penuh hangat, berharap kaulah partnerku untuk melewati semua suka duka menuju hari tua bersama. Aku bahkan selalu menyisipkan tentangmu dalam setiap untaian doa kepada Tuhanku, meminta agar rasa yang Tuhan titipkan kepadaku ini terbalaskan olehmu, dan memohon agar aku dan kamu menjadi kita. Tak muluk-muluk hanya itu.
Katanya cinta itu harus diperjuangkan, harus diungkapkan. Tapi biarlah aku menyimpannya dalam diam, cukup aku dan Tuhanku yang tau. Aku hanya memperjuangkanmu melalui setiap doa ku. Bukankah Tuhan Maha membolak-balikan hati manusia? Bukankah semua rasa ini hadir karena campur tangan Tuhan juga? Jadi biarlah Tuhan yang memutuskannya. Aku tak mau mengotori rasa cinta ini dengan cinta yang berlebihan kepadamu. Aku tak mau nantinya kita terjebak dalam kesalahan besar karena salah mengartikan cinta. Biarlah mengalir seperti ini. Memperjuangkanmu hanya lewat doa itu sudah cukup bagiku. Tak ada yang tak mungkin kalau Tuhan sudah berkehendak. Bukankah ini lebih baik ketimbang kita harus menjalin cinta yang pada akhirnya kita harus berpisah dan saling melupakan? Kita tak akan pernah tau akan seperti apa kita nanti.
Aku percaya kalau kita ditakdirkan berjodoh, sejauh apapun, bagaimanapun caranya kita akan tetap dipersatukan. Kalaupun nantinya tidak berjodoh, aku akan tetap bersyukur karena sudah pernah bertemu dengan sosokmu. Bersabar menanti tapi tetap memperjuangkanmu dalam doa. Karena aku percaya Tuhan tak akan ingkar janji kepada hambaNya yang berusaha dijalanNya.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
yaa…setuju banget n mnyentuh
bagus sekali artikelnya
Makasih banyak mbak 🙂
Rata2 ceritamu nampoool neng atiku yuu..
Sepertinya kita sama wit :’) btw sa bru baca komen mu. Hahaha