Teman…. Kata yang menyayat hati yang penuh ketidak jelasan. Seperti yang kita tau, ada yang bilang dari teman bisa menjadi sahabat dari sahabat bisa menjadi cinta. Ya Cinta, tapi ini tidak berlaku untuk kita. Kau dan aku yang berawal dari teman akan tetap manjadi teman dan tidak akan pernah menjadi kita, tapi siapa tahu Tuhan punya rencana lain.
Berawal dari pertemuan yang disengajakan oleh Tuhan, kau hadir dalam hidupku dengan penuh tanda tanya. Kau seperti dandelion yang beterbangan mengikuti arah angin tanpa menoleh kembali ketempat asalmu, aku. Kau pergi lalu tiba-tiba muncul sebagai dandelion baru dan kau pergi lagi lalu kau muncul lagi.
Apa kau tidak lelah selalu pergi dan datang semamumu? Kau tidak, tapi aku yang lelah. Aku lelah terus kau ikuti, bayanganmu itu tak hanya saat mentari bersinar tetapi sampai bulan sabit tersenyum. Kita pernah menjadi teman, sampai suatu saat sebuah perasaan anugerah dari Tuhan hadir padaku, cuma padaku mungkin tidak padamu.
Aku memperhatikanmu sebagai teman tanpa kau tahu aku diam-diam memperhatikanmu lebih dari teman, kita tertawa, kita bersedih semua yang pernah kita alami selalu menjadi memori kecil dalam sudut hatiku. Tawamu masih kuingat dan kusimpan, saat aku ingin mendengarnya aku hanya menutup mataku. Aku tahu semua tentangmu, tentang apa yang kau suka, tentang apa yang kau tidak suka.
Sampai waktu itu kau menceritakan tentang seseorang yang telah mencuri hatimu. Kau bilang padaku bahwa “ya dialah wanitaku”. Apa kamu sadar aku memperhatikanmu sampai sedetail itu? kau acuh begitu cuek, kau mementingkan perasaanmu tanpa tahu perasaanku. Memang ini salahku yang membiarkanmu tidak tahu sampai detik ini.
Waktu itu, kita terpisah oleh jarak. Aku tak lagi mendengar suaramu, melihatmu bahkan berbicara denganmu. Dari saat itu aku masih memikirkanmu, selalu selalu dan mungkin akan terus memikirkanmu.
Hey dandelion, ternyata kau datang lagi… Aku senang menyambutmu. Ternyata kau tak berubah, seperti perasaanku yang tetap sama dari kita bertemu sampai saat ini. Aku beranikan diri menyapamu lebih dulu dan kaupun menjawab sapaanku. Aku senang. Percakapan kita begitu singkat, melalui jejaring sosial.
Kamu tahu tidak kalau selama ini aku menunggumu? Kamu tahu tidak kalau sampai detik ini perasaanku masih sama? Kamu tahu tidak kalau aku berjuang untukmu? Kata-kata itu belum sempat aku tanyakan. Aku lelah kalau harus terus menerus menunggumu seperti ini tanpa ada kejelasan perasaan! Kapan… Kapan kau akan menyadarinya bahwa aku menunggumu teman…..
Apa sebuah penantian akan indah pada waktunya? Aku masih ragu tentang itu. Kau doa yang tak pernah aku tinggalkan dalam setiap sujudku. Tuhan mungkin sudah tahu apa yang aku ingin ceritakan sebelum aku berbicara. Aku di sini memperjuangkanmu dengan setulus hati, apa kau juga memperjuangkanku?
Apa kita sama-sama berjuang? hanya Tuhan yang tahu. Aku berharap Tuhan telah menyentuh hatimu dan kini aku hanya menunggu, menunggu sampai aku tak mampu lagi untuk menunggumu…
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”