Kamu Adalah Tokoh Utama dalam Ceritamu, Teruslah Berjuang Sampai Batas Akhir Kemampuanmu

Kata menyerah adalah sahabat bagimu. Kata bangkit adalah musuh terbesarmu. Kamu pasrah dengan takdir yang membawamu ke titik terendah di hidupmu. Celakanya kamu sendiri tak sadar itu adalah titik terendahmu. Kamu merasa baik-baik saja. Kamu tidak pernah ada keinginan untuk maju dan meraih cita-cita. Hidupmu laksana air yang mengalir. Tak tentu arah. Mengikuti angin yang menerbangkanmu bagai anai-anai di padang rumput.

Advertisement

Tahu apa yang lebih buruk lagi? Kamu tidak pernah punya cita-cita. Atau mungkin dulu pernah punya. Namun dirimu dihantam oleh realita. Dihempaskan kerasnya dunia. Sehingga kamu tidak ingin membuat harapan hampa. Sekali lagi kamu kembali ke pangkuan sahabatmu, menyerah. Kamu menyerah di tengah ceritamu sendiri. Kamulah yang menghabiskan tokoh utama dalam kisah kepahlawananmu. Kamu adalah antagonis utama untuk dirimu sendiri. Bukan orang lain.

Kamu merasa sudah tidak memiliki apa-apa. Seolah dunia sudah berakhir bagimu. Sampai kamu lupa satu hal. Kamu sama sekali belum kehilangan dunia. Hanya memang saat ini dunia sedang tidak berada di pihakmu. Kamu masih memiliki harta terbesar yang bisa jadi kamu belum sadari. Kehidupan. Kamu masih hidup. Jantungmu masih berdetak. Kamu bisa dengan santainya menghembuskan napasmu. Kamu masih bisa bergerak tanpa kesulitan. Itu adalah modal yang tak ternilai. Karena kehidupan adalah suatu hal yang mahal.

Tanyakan kepada mereka yang belum bisa mencapai cita-cita sementara waktu mereka sudah tiba. Mereka tak akan bisa menjawab pertanyaanmu. Sunyi. Karena mereka memang sudah tidak ada di dunia ini. Mereka telah kehilangan harta yang paling berharga, kehidupan dunia.

Advertisement

Sementara kamu? Kamu masih punya bukan? Kamu masih bisa membaca tulisan ini. Ini buktinya harta berhaga itu masih ada di dalam genggamanmu. Kamu boleh kehilangan banyak hal, kesempatan sukses, karir, hingga wanita yang dicintai. Tapi setidaknya kamu masih memiliki dirimu sendiri. Kamu berkuasa atas dirimu. Dirimu memiliki hak prerogative untuk menentukan kamu akan sukses atau tidak. Bukan orang lain.

Kebanyakan dari mereka yang gagal di tengah jalan bukanlah mereka yang ditakdirkan Tuhan kalau mereka pasti akan gagal. Tetapi mereka sendirilah yang menyerah. Mereka sendiri yang menentukan takdir mereka untuk gagal di tengah jalan. Padahal kegagalan yang didapat  itu karena Tuhan membentangkan banyak jalan.

Advertisement

Ada jalan yang lurus saja, ada yang berliku, ada yang penuh lubang dan rintangan. Hanya saja mereka yang gagal itu memutuskan untuk berhenti melanjutkan perjalanan karena merasa jalan yang dialaminya tidak semulus jalan orang lain. Dirinya merasa gagal karena selalu menemukan hambatan. Apakah kamu termasuk seperti itu? Hanya dirimu sendirilah yang  dapat menjawabnya.

Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Selama kamu masih memiliki nyawa dan kehidupan ada di dalam dirimu maka jangan mati mendahului takdir. Karena banyak orang yang hidup tapi seperti sudah mati. Tidak memiliki gairah untuk hidup. Merasa menjadi manusia gagal. Merasa menjadi manusia tidak berguna. Sehingga tidak memiliki hasrat untuk memperbaiki hidupnya. Berlindung dibalik kata bersyukur dengan yang sudah dimiliki. Tetapi memang pada dasarnya terlalu malas untuk memperbaiki diri. Terlalu malas untuk berusaha baik.

Malas di sini tentu berbeda dengan beristirahat. Rehat sejenak dari segala kepenatan urusan duniamu tentu adalah hal manusiawi. Kamu bukan robot. Kamu butuh mengambil napas panjang sejenak. Kamu butuh sedikit pelarian dari hiruk pikuk semua masalahmu. Bermain-main, bercengkrama dengan sahabat, menyuruput kopi susu favoritmu, dan aktivitas lainnya yang bisa mengisi penuh semangatmu memang diperlukan.

Namun terlalu berlama-lama dengan aktivitas tersebut ini yang harus diperhatikan. Jangan sampai kegiatan-kegiatan santai itu malah membuatmu mati rasa. Kamu menjadi malas untuk melakukan kegiatan yang produktif. Kamu stuck di zona nyamanmu. Dirimu seolah mati untuk terus tumbuh. Padahal napasmu masih panjang. Jalanmu bisa jadi sudah disediakan. Namun kamu memilih untuk berhenti dan enggan melangkah kembali. Kamu ingin memeluk kata-kata yang sudah menjadi seperti sahabat bagimu. Menyerah.

Maka kusampaikan padamu. Wahai yang berpangku tangan. Wahai para penikmat rebahan. Wahai para pecandu kegagalan dan tidak ingin sembuh darinya. Hidup ini memang perjuangan. Maka berjuanglah dengan caramu. Kamu tidak harus menjadi seorang Putri Tanjung yang bisa sukses di usia muda dan menjadi Staff khusus Presiden. Kamu tidak perlu menjadi Youtuber yang sukses dengan jumlah subscribers jutaan.

Kamu juga tidak perlu menjadi seorang Steve Jobs yang bisa mengubah dunia dengan produk Applenya. Kamu hanya perlu menjadi versi terbaik dari dirimu. Yang kamu lakukan hanyalah terus berjuang. Kegagalan adalah pil pahit yang membuatmu semakin kuat sebagai seorang manusia.

Selama dirimu masih bisa menghembuskan napas. Selama kamu masih bisa melihat dunia dengan kedua matamu. Selama lisanmu masih belum menjadi kelu. Selama dirimu masih mengenggam harta terbesar, kehidupan. Maka selama itulah dirimu terus berjuang. Jangan mati sebelum kamu benar-benar mati. Janganlah mati sebelum kamu kamu masih memiliki potensi untuk terus tumbuh dan berbunga.

Sebelum dirimu belum memetik buah bernama kesuksesan. Teruslah berjuang dan berkorban dengan segala yang kamu miliki. Berjuanglah sampai batas akhir kemampuanmu. Adapun batas akhir dari kemampuanmu ialah napas terakhirmu di dunia ini.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

I Write blog not tragedies.