Kudihadapkan dengan Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri, dengan penuh antusias kuputar kembali otakku apakah aku bisa menggapainya? Namun kutepis keraguan itu, Hingga ku dihadapkan 3 pilihan. Kupilih prioritasku di Fakultas impianku : "Pendidikan Dokter" di universitas ternama di daerahku , lalu kuambil jurusan yang 75% kuminati meskipun bukan prioritasku di luar dari daerahku. Tak bisa kupungkiri ada keyakinan 100% dihatiku aku akan lulus, dengan tinggi hati aku lupa bahwa Tuhanlah yang punya kehendak dari segalanya. Hingga aku harus menelan pil pahit aku GAGAL , ya kegagalan awal yang membuatku merasakan sakit yang teramat dalam. Meskipun seniorku mengatakan bahwa itu bukan tumpuan didalam ku.
Hingga kumulai mencoba kedinasan yang bergengsi dinegara Indonesia ini, kulalui dengan semangat pula karena ini lah salah satu keinginan orang tuaku. Aku ingin orang tua ku bangga, kupersiapkan diriku. Namun kepahitan sembari berulang aku jatuh dalam gagal, tak hanya aku yang kecewa, ayahanda ku kecewa atas kegagalanku. Dia begitu optimis aku menang, tapi hal yang diterima berbanding terbalik. Kekasih ku pun turut kecewa, namun dia coba menguatkanku dia tau rasanya berada di posisiku. Dan hanya senyuman ibunda yang mampu menyejukkan hatiku, dan membuat ku bangkit.
Kembali kukumpulkan semangatku, kupulihkan kembali ragaku dan kuputar kembali otakku. Kemana aku ingin melangkah. Aku mulai merendahkan hatiku, mungkin JAS PUTIH BERGELAR (dr.) & STETOSKOP bukanlah barang yang akan berlabuh kepadaku. Kulirik obat-obatan mungkin aku bisa tetap menyembuhkan dengan racikan obat yang kubuat, ya kalian tau aku merendakan pilihanku ; FARMASI dengan harapan aku bisa menjadi apoteker sejati. Kumulai bisa tersenyum kembali dan bangkit dari kegagalanku. Hingga kembali ku dihadapkan dengan Seleksi Bersama Perguruan Tinggi Negeri , dengan segenap doa dan dukungan juga bekalku kupercaya aku bisa dalam seleksi kali ini.
Tak sabar menunggu hasil sembari berdoa, senyum dan semangat yang kuukir tak sebanding dengan kenyataan yang kuterima, aku kembali menelan pil dan kali ini pil yang kuterima debarengi dengan cambukan kuat di badan. Bukan cambukkan fisik yang kumaksud tapi cambukan batin yang membuat ku lemas dan tak berkutik, dan menerima kenyataan aku tidak mendapat apa apa dari hasil kerja kerasku, i'm loser itulah yang selalu kukatakan dalam diriku aku membenci diriku. Aku malu, aku kecewa. Dalam pikiranku, aku ini pecundang aku tidak bisa jadi pemenang. Hingga kondisi badanku melemah, akibat aku mengalami stress ringan. Kepalaku berat, dan tidak bisa kukendalikan. Namun ibuku selalu menguatkan ku, begitu juga dia yang dihati selalu menguatkan dan memberi semangat.
Akhirnya ditengah keterpurukanku, ku harus mendengar saran orang tua ku "Akutansi" yang selama ini kujauhi menjadi pilihan terakhirku. Aku harus mengkhianati perjuangan Ilmu alam ku. Aku didukung kedua orang tua ku untuk masuk "POLITEKNIK NEGERI MEDAN" kulihat begitu semangat dan penuh harapan wajah kedua malaikatku itu mendukungku. Aku yang telah menyerah dengan kata "tes" pun bangkit dan mulai kembali percaya aku bisa. Aku yang tidak pernah belajar Ilmu sosial , harus mulai membaca sedikit demi sedikit. Aku mengambil jurusan IPC, hingga aku bisa membagi keduanya. Selama tes berlangsung, hanya kata ibu dan ayah yang terngiang di telinga ku. Kuingat perjuangan mereka untuk ku selama ini yang belum bisa kubalas, hampir pecah tangisku di ruangan itu, namun cepat cepat kubuang pikiran itu dan kufokuskan mengerjakan soal-soalku. Penantian ku cukup singkat, tidak seperti yang dahulu aku cukup menunggu 4hari, Aku tidak bisa mengontrol detak jantungku apalagi jumlah pendaftar tidak sedikit mencapai ribuan juga.
ADVERTISEMENTS
Malam hari kupanjatkan doa tulusku, agar aku mendapat sebuah kado istimewa dipagi nanti. Cahaya matahari pertanda pagi membuat ku terbangun, dan tanpa buang waktu ku check hasil tes yang kutunggu. dengan jari yang tidak bisa berhenti bergetar satu per satu ku tuliskan nomor peserta ku. Dan hampir frustasi ku menunggu, karena signal yang tidak bersahabat namaku muncul dari ratusan nama peserta yang lulus yaa aku lulus namun bukan di jurusan yang dikehendaki kedua orang tua ku, Aku lulus di Teknik Komputer Internasional. Namun meskipun bukan di prioritas, sebuah senyum bangga dari kedua orang tua ku telah kuterima. Tahun ini kurelakan cita-cita impian ku terganti dengan kado istimewa dari Tuhan.
Namun tidak berhenti disitu saja, aku bersyukur atas segala kegagalan ini. Karena Tahun depan aku kembali bangkit berpuluh-puluh kali lipat untuk merampas kembali cita-cita idaman ku. Kuharus mendapatkannya, aku percaya Tuhan memberiku kado kecil untuk mengajarkan ku bahwa ketika kujatuh akan ada kado yang telah dipersiapkannya asalkan kumau bangkit dan meraihnya. Kini kutau tidak semua yang kita inginkan harus berhasil, Tuhan telah mengaturnya. Tuhan beri aku penantian agar aku bisa merendahkan hatiku dari sifat angkuhku, dia tegur aku.
"Untuk mu cita-cita idamanku, bersabarlah aku tidak akan pergi meninggalkanmu. Aku hanya mengeluti kado kecil dari Tuhan ini agar aku tau cara memperjuangkan mu. Bersabarlah aku akan datang meraihmu di tahun depan"
"Jangan paksakan apa yang kau inginkan dari Tuhan, Jangan pernah kau salahkan Tuhan. Rendahkan hatimu, dan tundukkan kepalamu. Maka percaya akan ada kado kecil dari Tuhan untukmu dan masa depanmu"
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.