Belajar dari Jonghyun dan Sulli, Media Sosial Bukan Wadah untuk Menghakimi Perasaan Seseorang

Sosial media itu diibaratkan sebuah pistol berisikan peluru yang mematikan. Setiap caci-maki dan cemohan yang keluar adalah peluru yang ditujukan kepada si pemilik akun

Tidak selamanya cacian dan hinaan membuat kita lebih baik dari orang lain. Setiap yang dilakukan oleh seseorang adalah referensi yang mereka pilih dan jalani. Kita tidak bisa menghakimi dan serta merta menyalahkan perbuatannya karena tidak sesuai dengan harapan kita. Mereka punya alasan untuk melakukannya!

Advertisement

Tidak adil rasanya karena mereka adalah publik figur dan kita merasa berhak untuk melontarkan komentar pedas. Terlepas dari itu semua mereka adalah seorang manusia biasa yang juga memiliki perasaan. Merekapun seperti batu, meski awalnya diterjang ombak besar mereka tetap bertahan tapi pada akhirnya batu pun akan hancur karena terus-menerus diterjang ombak.

Komentar pedas muncul karena ketidaksukaan kita akan suatu hal, tapi apakah pernah menyangka sebuah komentar pedas melalui media sosial bisa menghilangkan nyawa seseorang? Tidak adil, seharusnya ini tidak terjadi.

Media sosial bagi Sulli dan Jonghyun mungkin ibarat pistol yang memiliki banyak amunisi untuk ditembakan, setiap komentar pedas yang masuk ke akun sosial medianya adalah satu tembakan dari peluru yang keluar dari pistol tersebut. Mungkin saja, merekapun sebenarnya butuh keberanian untuk membuka akun sosial mereka sendiri.

Advertisement

Media sosial merupakan alat yg biasa digunakan sebagai wadah untuk berinteraksi. Media sosial dibuat bukan untuk menghina seseorang, tapi untuk membangun jejaring dan bersosialisasi dengan orang banyak. Memanfaatkan sosial media memang sudah seharusnya siap untuk menerima resiko-resiko tersebut.

Tapi apakah ruang sosial media yang luas ini hanya digunakan untuk meninggalkan hal-hal yang negatif saja? Tidak, selama masih punya etika dan kebaikan sosial media adalah penghibur dikala bosan. Sosial media layaknya sebuah kanvas kosong yang setiap hari sedikit demi sedikit di isi tentang diri kita, apa kesukaan kita hingga apa rahasia kita. Jadi, sesungguhnya setiap orang ingin meninggalkan kesan baik dalam unggahan sosial medianya. 

Advertisement

Bijaklah dalam menggunakan sosial media, setiap pemilik akun sosial media dibebaskan untuk menyampaikan apa saja. Tapi semua ada batasan dan etika yang berlaku, perlakukan lah seorang manusia layaknya bagaimana engkau ingin diperlakukan, sekalipun hanya dalam sosial media.

Mungkin artis korea yang sering terkena depresi karena masalah yang mereka hadapi harus mencontoh para artis indonesia. Artis Indonesia sepertinya cukup kebal dengan komentar dan cemohan para netizen.

Contoh saja awkarin, publik figure yg dianggap kontroversial ini ternyata punya caranya sendiri untuk membungkam hatersnya. Awkarin ternyata suka berbagi, ia sempat viral membagikan makanan untuk para mahasiswa yang sedang berdemo dan terakhir ia memberikan sebuah sepeda motor kepada seorang mitra ojek online yang kehilangan motornya saat bekerja. Mungkin dengan berbagi, awkarin merasa hidupnya lebih tenang dan jauh dari rasa depresi.

Lantas, jika ini semua telah terjadi siapa yang patut disalahkan? Mereka yang membuat sosial media atau jari-jari yang telah mengetik kata-kata menyakitkan demi kepuasaan akan kebencian terhadap seseorang?

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Local traveller