Dari jadi anak ingusan sampai tumbuh makin berumur seperti sekarang, saya mulai belajar banyak hal dari pribadi lembut bernama WANITA. Ehm, seringkali saya menjumpai bahwa untuk membuktikan bahwa dirinya berharga, penting, ataupun famous, seorang gadis remaja bahkan seseorang yang sudah pantas dipanggil wanita, akan mencoba untuk mencari pembuktian dirinya dengan tidak menjadi dirinya sendiri. Mereka mulai mengadakan apa yang tidak ada dan meniadakan apa yang ada. Berusaha terlihat sempurna, baik, modis, berwawasan, kritis, penuh talenta, humoris, untuk bisa diakui di dalam sebuah kelompok tertentu.
Lalu, ketika ada sesuatu terjadi dalam sistem pertemanannya atau hidupnya, mereka akan memilih "playing as a victim" sebagai pilihan ternyaman dibandingkan harus bangkit, menghapus semua air mata, kegalauan, keminderan, rasa mengasihi diri sendiri dan berjuang kembali.
Dengan "playing as a victim" mereka cenderung berusaha mencari massa untuk bisa mengasihani, membela, melindungi, memutarbalikkan fakta, atau bahkan memunculkan gosip (?)
Ehmm lalu kemudian apakah tagline wanita itu tangguh, kuat, mandiri, penuh inspirasi, dan berdedikasi tinggi tak lagi nyambung di zaman serba milenial seperti sekarang ini? Dimana postingan instagram harus terlihat senada, berkelas, epik, dan harus mempunyai banyak loves jadi standar keberhargaan seorang wanita? .
Hm, sampai sekarang saya belum mampu memberikan jawaban valid atas semua pertanyaan dan keadaan sekitar saya ini, karena masih kurangnya sumber daya untuk membuat sebuah penelitian atau kuisioner tentang isu ini (hehehe).
Tapi, meskipun begitu, di hari Kartini ini (yang telat beberapa hari hehe), saya hanya berharap untuk diri saya dan semua wanita yang saya kenal dan kasihi untuk #comeon mulailah mengingat lagi bahwa kita ini wanita yang tercipta untuk menjadi seorang PENOLONG. Dan kalau penolong itu tidak bisa orang yang lemah, tapi harus seorang yang lebih kuat dari yang akan ditolong.
Jadi, jangan mau kalah sama Kartini zaman dahulu, yang mati-matian menulis surat untuk selalu menyatakan kerinduannya untuk melihat rakyatnya bangun, bangkit dari keadaan tidur pulas yang telah beratus-ratus tahun mencekam mereka [dikutip Sitisoemandari dalam Kartini Sebuah Biografi hlm.430].
Iya, kita yang hidup di Indonesia, termasuk negara demokrasi yang menjunjung asas kebebasan, punya kebebasan penuh untuk menggunakan sosial media ya jangan mau kalah, kita bisa memanfaatkan semua itu untuk mulai menyebarkan nilai-nilai positif yang menginspirasi bahkan memberikan semangat yang mengubahkan banyak dangkalnya pemikiran, kesalahan berpikir, berespons, dan bergaul generasi wanita di zaman kita (seperti; rela bunuh diri karena putus cinta, bucin berlebihan sampai lupa sekolah/prestasi/karier/orang tua, dsb). Aku, kamu, kita adalah Kartini zaman now. Jangan lengah, bangkit, nyalakan apimu, dan bagikan itu kesekitarmu!
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”