Hari ini langit tak mendung, lalu kini saatnya hatimu bersenandung. Jauh diatas sana, cerah maupun mendungnya langit telah lama menyimpan segala rahasia. Rahasia yang tersimpan rapih. Rahasia yang tidak bisa kau hindari, apalagi kau dustakan. Jika kelak rahasia itu datang kepadamu, kau tak perlu berpaling. Sapa saja ia dengan senyuman terbaikmu.
Kelak kau pun menyadari, rahasia tidak pernah salah. Ia sangat tahu pada siapa 'tabirnya' akan diberikan, tentu saja hanya untukmu. Untukmu yang lelah menunggu, untukmu yang tak tahu harus berbuat apa ketika seseorang disebrang sana sudah nampak. Dan kau akan melihat pesonanya nyaris sempurna bak matahari terbit, lalu kini kau sangat takut jika ia akan terbenam, dan pergi.
Sebenarnya, kau tak perlu khawatir tentang dirinya, kau hanya perlu memantaskan diri dengan ketulusan hatimu. Tentu saja dia tak akan terbenam, karena jelas dia bukan matahari. Ia adalah makhluk yang tercipta untuk menyempurnakan dirimu. Tetaplah menjadi dirimu sendiri. Kau begitu berharga untuk berlakon menjadi jiwa yang lain. Tetaplah memantaskan diri dalam ketaatan, dan teruslah berusaha menjadi yang terbaik dihadapanNya, bukan dihadapan dia yang kini sedang kau kagumi.
Kau tak perlu terusik dengan jam dinding yang terus berteriak "Hey, sampai kapan kau memantaskan diri?"
Atau peduli dengan pintu hati yang berbisik "Cepatlah bergerak, jika kau tak cepat maka dia akan pergi meninggalkanmu!"
Tidak, tidak kawan! Kau tak perlu terusik dengan bisikan-bisikan itu. Mereka tak pernah tahu jalan hidupmu, karena sungguh mereka tidak pernah sedetik pun menjadi dirimu.
“Salah satu ujian iman tertinggi adalah ketika diri tak menyadari posisi tertinggi hati, tak lagi Allah yang menghuni. Memantaskan diri karena JODOH , bukan lagi karena ALLAH.” -Febrianti Almeera-
Tugasmu saat ini hanyalah menjadi sebaik-baiknya dirimu, tanpa harus merasa terusik. Hadapkanlah dirimu kepada Sang Maha Pencipta, angkatlah kedua tanganmu, lalu berdoa dengan penuh pengharapan:
Ya Tuhanku janganlah Engkau membiarkan aku hidup seorang diri dan Engkaulah Waris Yang Paling Baik.
Bukankah Dia Maha Mendengar? Bukankah Dia Maha Mengetahui isi hati? Namun mengapa kini hatimu masih meragu? Kawan, penantianmu tak akan pernah sia-sia, dan kau harus percaya itu.
Jauh diatas sana, langit telah menakdirkan segalanya. Hidupmu, mautmu, rezekimu, sampai jodohmu pun semua telah ada yang merancangnya. Sang Maha Pencipta telah menuliskan skenario terbaikNya jauh sebelum bumi diciptakan. Tugasmu, tugasku, dan tugas kita semua kini hanyalah berusaha menjadi aktor sebaik-baiknya dari peran yang telah diberikan. Berlakon dengan penuh kesabaran dan keikhlasan. Sabar untuk terus selalu berusaha menjadi yang terbaik. Ikhlas untuk menerima segala ketetapanNya.
Wahai kawan, jika kau merasa lelah dalam memantaskan diri, periksalah hatimu kembali.
Benarkah adanya kau memantaskan diri semata-mata hanya untuk Sang Maha Pencipta? Ataukah malah memantaskan diri dihadapan makhlukNya? Mungkinkah selama ini kau salah memantaskan diri?
Kawan, tak sedikit pun aku mau menyudutkanmu ataupun mengguruimu. Aku pun pernah salah memantaskan diri. Aku pun pernah terobsesi menjadi yang terbaik dihadapan makhlukNya. Kau tahu kawan apa yang akhirnya aku rasakan? Yang ku dapatkan hanya kepedihan dan kesia-siaan dari angan yang kosong. Kutemui harapan kian tak bertuan, lalu menjelma menjadi satu penyesalan.
Yang kurasakan hanyalah kelelahan yang tak berkesudahan. Kudapati hatiku berkabut. Aku telah tersesat dari hakikat ‘memantaskan diri’. Putihnya hakikat ‘memantaskan diri’ justru kubuat noda dengan keegoisanku.
Nyatanya hati ini tak sepenuhnya memiliki ketulusan hati. Aku terlalu sibuk terlihat ‘baik’ dihadapan seorang manusia, bukan dihadapan Sang Maha Pencipta. Namun sungguh Allah memang Maha Penerima taubat. Dia ampuni aku dari kesalahan niatku memantaskan diri.
Kawan, engkau begitu berharga. Jangalah kau merasa lelah memantaskan diri. Kau hanya perlu mendengarkan cermin yang selalu bernasihat:
“Tetaplah menatapku, agar kau tahu siapa jodohmu. Jodohmu adalah aku, pantulan dari dirimu.”
Lalu ku lihat dirimu begitu resah dengan pertanyaan:
“Jika dia sudah datang, bagaimana agar dia tidak hilang?”
Bukankah engkau menginsyafi bahwa seseorang yang disebrang sana bukanlah matahari terbit? Ia tidak akan meninggalkanmu dikala senja. Tak pula terbenam untuk mengubur segala harapanmu. Seseorang yang disebrang sana juga serupa sepertimu. Ia selalu berupaya mencari ridha dihadapanNya. Ia selalu menunggu dengan sabar dan ikhlas. Tak ada kata lelah baginya, karena ia percaya tak ada hal yang sia-sia selama tidak berhenti berusaha dan berdoa. Penantian panjang ini pun ia maknai sebagai proses kesetiaan dan pendewasaan.
Kawan, percayalah, jika ia ditakdirkan untukmu, maka sehebat apapun cobaan yang menerpa dirinya dan dirimu kelak akan selalu menuai hikmah yang indah. Suatu hari nanti, rahasia akan menyerahkan tabirnya untukmu. Dan kau akan menjadi seseorang yang paling bahagia atas segala ketetapanNya. Bersamanya, jiwamu terasa lebih tentram, dan jalan hidupmu penuh dengan cahaya.
Walau kini kau dan ia berpijak ditempat yang berbeda, namun ingatlah satu hal, bahwa kalian berada dibawah langit yang sama, dan masih menjadi penghuni planet yang disebut Bumi.
Sekalipun kau ke Utara, dan ia ke Selatan, takdir tak akan pernah berpaling dan menentang segala ketetapan.
Bumi ini memang terasa luas jika rahasia belum menyapa, namun entah mengapa terasa sempit jika tabir telah dibuka. Kau boleh menutup telingamu, memejamkan kedua matamu, ataupun menutup pintu hatimu untuk mempercayai ku. Namun percayalah kawan, cepat atau lambat kau akan mengerti. Bahwa semesta ini akan membawamu kealur cerita yang tak akan pernah salah. Setiap ada pertemuan, hanya aka ada dua kemungkinan: Mungkinkah dipersatukan atau mungkin dipisahkan?
Untuk seseorang yang ada disebrang sana, yang selalu kau nantikan, yang selalu kau kagumi pesonanya, dan kau harapkan kehadirannya. Jika ia memang ditakdirkan untukmu, ia pasti jadi milikmu. Namun jika ia tidak ditakdirkan untukmu, sekuat apapun usahamu untuk mendapatkannya, itu tak akan pernah terjadi. Karena ia bukan takdirmu, dan bukan bagian dari skenario hidupmu.
Kawan, anggaplah hidup ini sebagai mengarungi samudera. Kapalmu akan tahu kemana ia akan berlayar. Kapalmu akan tahu kemana ia akan bersinggah, dan ia pun akan tahu kemana ia harus berlabuh. Seperti halnya ‘memantaskan diri’. Kau akan tahu betapa hakikat ‘memantaskan diri’ tidak sebatas duniawi, tetapi ini tentang tanggung jawab kita semua dihadapanNya, dan hanya kepadaNya lah kita kembali.
Tak peduli seberapa besar ombak yang menerpa, tetaplah kau menjadi karang yang tegar. Setangguh apapun badai yang menerjang, tetaplah menjadi pohon dengar akar yang kuat. Karena ku tahu kawan, kau mampu menjalani proses ini dengan baik. Kau mampu mengabaikan perkataan jam dinding yang meneriakimu untuk merengkuh putus asa.
Jika ia sudah datang, kau tak perlu takut ia akan pergi. Takdir tak akan menghianati, rahasia tak akan pernah salah, dan tabir tau kemana ia harus membuka ‘tirainya’. Di hamparan luasnya samudera elok, kau akan benar-benar tahu kemana akan melajukan kapalmu, kemana kau bersinggah, dan kemana kau berlabuh. Terakhir pesan dariku, semoga Allah mempertemukanmu dengan seseorang yang menyempurnakan agamamu, dan menjadi pelabuhan terakhir kapalmu.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
Nice �