"Dimana saja kamu berada, Kematian akan mendapatkanmu, kendati pun kamu didalam benteng yang tinggi lagi Kokoh" (QS: An-nisa :78)
Sejak aku menyadari, kematian itu tak bisa dicegah maupun ditunda. Aku mulai takut dengan segala aktivitas yang ku lakukan. Termasuk rutinitasku di laman maya. Allah itu maha mengetahui, sesuatu yang mungkin orang lain tak tahu seperti niat dihati. Banyak pertanyaan yang menari-nari memenuhi kepala.
Jika aku mati bagaimana sosial mediaku ? Dunia maya yang penuh kenikmatan dunia. Tempat dimana banyak orang –orang berlomba-lomba untuk ‘pamer’, menunjukan pada banyak mata ‘sesuatu’ terbaik, terkeren, tercantik, teralim, terkaya dan banyak –ter –ter lainnya yang ada pada dirinya. Demi sebuah kebanggaan sosial untuk diakui banyak orang yang sering disebut sebagai popularitas.
Jika aku mati, bagaimana dengan ratusan foto-foto yang ku umbar tanpa hijab, dengan pose yang mengoda birahi laki-laki, video-video manjaku, ribuan followers yang sering memuji keelokkanku di jejaring sosial media. Apa mereka akan meninggalkanku?
PASTI. Aku menyadari ribuan like yang aku terima, jutaan followers yang aku miliki ratusan komentar yang singgah di kolom Instagram, tak akan membantuku dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan malaikat di alam kubur. Ribuan love yang aku terima tak ada artinya, saat jasad telah terbungkus dan jantung telah berhenti berdetak.
***
Mati tak menunggu kapan gerak jemarimu berhenti diatas keyboard. Tak peduli usiamu. Karena mati tak mesti menunggu sakit, tak perlu menanti rambutmu putih dengan uban.
Akhir-akhir ini dengan banyaknya "kematian" yang tak terduga. Dengan banyak musibah di saat orang-orang tengah lalai akan mengingat Allah, malaikat maut datang saat tengah terlelap dalam tidur, saat dalam perjalanan menuju tempat mengais rezeki, saat orang-orang tengah terbuai dengan kerasnya hentakan musik, saat dirimu diam di kamar sembari memilah ‘mana’ selfie terbaikmu. Manusia tidak bisa lari dari namanya kematian bukan?
Kadang aku bertanya pada diriku sendiri. Jika aku telah tiada, apa yang bisa dikenang dari laman media sosial ku. Cuma berisi foto selfie atau segala 'harta' yang ku miliki? Adakah manfaatnya semua itu untuk ku. Aku mulai berpikir, untuk mengubah laman media sosial ku sebagai tempat yang berfaedah, berisi postingan yang baik dan mengajak orang untuk melakukan hal positif.
Berkelas adalah ketika seseorang memiliki segalanya untuk dipamerkan tetapi ia memilih untuk tidak menunjukan – Unknown
Langkah pertama untuk merealisasinya adalah dengan menghapus segala foto diri dan semua 'harta' yang ku miliki. Kini jika kalian mencari wajahku disosial media kalian tidak akan menemukannya satu pun. Semua telah terbingkai dengan indah menjadi konsumsi untuk diriku sendiri.
Kini media sosial telah berisi dengan sesuatu yang lebih baik. Aku tak ingin mati tanpa tanpa meninggalkan kebaikan. Karena semua yang aku posting baik atau buruk semua akan dipertanggungjawabkan 'nanti' dihadapan 'hakim' kehidupan yang sesungguhnya, Allah.
Lalu langkah berikutnya sebagai persiapan, 'jika aku mati dan meninggalkan sosial media ku' adalah aku yang menahan diri untuk tidak menjadi "netizen yang maha benar". Cyberbully sesuatu yang sulit dihindari namun bisa dicegah dengan 'intropeksi diri', tidak julid melihat kelebihan atau kekurangan orang lain.
Aku tidak ingin dikenang sebagai orang yang buruk. Siapa pun ingin jika sudah meninggalkan dunia ini, dikenang sebagai orang baik. Dan itu tak akan terjadi jika jari-jariku terus-terusan melontarkan 'komentar pedas' pada orang lain yang terkadang tak ku kenal.
Jika aku mati.. ku harap postingan yang ada dalam media sosialku menjadi penyelamat aku di kehidupan berikutnya.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”