Di Balik Cerita Seru Mereka yang Sekolah ke Luar Negeri, Ada Cerita Susah yang Jarang Dibagi

jatuh bangun kuliah di luar negeri

Di balik hingar-bingar kerennya sekolah ke luar negeri, ada banyak banget masalah-masalah “kecil” yang jarang diceritakan. Banyak yang bercerita mengenai serunya sekolah ke luar negeri. Tapi jarang ada yang berani bercerita tentang susahnya berjuang seorang diri di negara orang. Urusan mendaftar dan mengumpulkan dokumen-dokumen itu ternyata hanya awal dari masalah-masalah yang akan menyusul.

Advertisement

Banyak yang bilang, mereka yang kuliah ke luar negeri lebih tahan banting, lebih cerdik dalam mengatasi masalah. Tapi ada juga yang bilang mereka yang kuliah di luar lebih “nggak sopan” saat kembali ke tanah air. Lah? 

Kuliah di luar nggak melulu tentang kesempatan yang lebih luas, atau banyaknya teman-teman baru dari beragam latar belakang. Di balik itu semua, ada usaha ekstra, cerita-cerita gagal, dan perjuangan bangkit lagi yang jarang banget diceritakan oleh alumni-alumni lain.

Mungkin apa yang aku alami dibawah gak akan dialami teman-teman, atau kalian mungkin akan mengalami yang lebih mudah atau lebih susah. Tapi semoga bisa menjadi masukan dan bahan pertimbangan buat teman-teman yang lagi galau mau sekolah keluar.

Advertisement

Karena aku kuliah di non-english speaking country, adaptasinya berat banget. Mulai dari susah cari teman, nggak ngerti apa-apa selama kuliah, mau beli makan aja susah, kemana-mana juga bingung, gak bisa baca petunjuk jalan, dan lain-lainnya. Pokoknya susah ngapa-ngapain. Belum lagi teman-teman dari Indonesia juga dari beragam daerah, dengan budaya dan pola pikir yang beda banget dari teman-temanku pada umumnya, PR adaptasinya jadi double nih.

Belum lagi masalah-masalah “langka”, seperti aku pernah bermasalah dengan visa dan legalisir dokumen-dokumen. Maklum, waktu itu aku sudah datang sebelum ijazah SMA-ku keluar. Jadi, dari pihak imigrasi  tidak bisa mengeluarkan visa untuk kuliah, secara aku belum sah lulus SMA.

Advertisement

Sebagai tambahan informasi, ngurus visa sendirian bukan di negara asal itu susah banget. Apalagi aku harus bolak-balik keluar kota, tanpa tau apa-apa, dan permohonanku juga terus-menerus di-reject.

Tapi, ternyata susah adaptasi nggak cuman saat kita kesana. Susah lain juga datang saat aku kembali ke Indonesia, walaupun cuma sekedar liburan. Karena terbiasa dengan kebebasan diluar, aku jadi agak bingung dengan keadaan di sekitarku, jadi asal nyeplos kalo bicara. Nggak heran sering jadi bahan koreksi orang lain juga.

Belum lagi karena aku terbiasa dengan budaya luar. Sedikit banyak ada beberapa budaya yang aku bawa masuk, dan ternyata sedikit bertentangan dengan nilai di Indonesia. Misalnya, budaya menikah HANYA kalau siap. Jadi jangan tanya berapa kali aku dicecar kapan nikah sama om-tanteku, juga teman-teman yang sudah duluan. Hahaha…

Aku akui secara pribadi aku merasa menjadi lebih mandiri setelah kuliah keluar, dan lebih fleksibel dengan beragam orang. Buat aku pribadi, kuliah keluar negeri benar-benar butuh persiapan mental. Ada banyak pertimbangan yang harus dilakukan sebelum memutuskan kuliah keluar.

Kalau alasanmu cuman karena ikut teman, atau kemakan iklan agen-agen pendidikan, apalagi gengsi, mending dipikir-pikir lagi deh.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Spilling irregular ideas through words

Editor

Not that millennial in digital era.