Aku pernah bertanya-tanya perihal rindu. Suatu waktu aku curiga jika rindu merupakan suatu zat yang dapat berubah wujud seenaknya. Aku yakin konsep zat sama dengan konsep rindu. Jika Zat adalah sesuatu yang menempati ruang dan memiliki massa. Begitu juga rindu, yang menempati ruang di hati seseorang, dan jika kau berhasil menemukan timbangan khusus, kau akan dapat menimbang berapa banyak kumpulan rindu yang mengendap di dalam hati seseorang.
Lalu kau bilang aku konyol dan terlalu mengada-ada
Kemudian selang beberapa bulan, kita dipaksa untuk berjarak oleh keadaan dan impian kita masing-masing. Waktu itu, Aku sudah lama melupakan tentang teori zat dan rindu yang sengaja kuciptakan dalam imajinasiku. Hingga lama-kelamaan jarak membuatku jenuh untuk terus menunggu. Terkadang di waktu senggang aku memutuskan untuk melipat jarak sedikit demi sedikit dan menyusupkannya dalam lembar demi lembar puisi yang kubuat.
Namun tetap saja, jarak yang katanya hanya beberapa jam saat kau memutuskan untuk pergi ke stasiun dan menaiki salah satu kereta di hari itu seketika akan menjelma dan jaraknya berubah menjadi bertahun-tahun cahaya jaraknya dari sini. Suatu waktu aku ingin menebas waktu dan memotong jarak yang memisahkan kota kita. Namun sia-sia, jarak malah semakin angkuh dan menindas rinduku.
Lalu suatu sore, aku teringat teori yang katamu hanya ada dalam imajinasiku. Jawaban perihal teori rindu yang katanya dapat berubah wujud seenaknya. Nyatanya itu benar. Dan jarak menuntunku untuk membuktikannya. Rindu ternyata mampu membeku dan bertahan jika jarak tengah memisahkan. Lalu ia akan mencair ketika waktu memberi waktu dua orang yang terpisah oleh jarak untuk bertemu.
Rindu juga bisa menguap ketika seseorang tengah berdoa, ia akan menjadi partikel-partikel dalam udara dan terbang bersama angin untuk menuju ke hati seseorang yang berada jauh disana. Agar ia tahu bahwa ia tengah dirindukan. Di suatu masa ketika jarak berhasil bekerjasama dengan waktu untuk membuatmu ragu, percayalah bahwa rindu juga telah menyublim dan menghilang karena menyerah untuk bertahan sendirian.
Namun jarak juga berhasil membuatku tahu bahwa, penantian dan keraguan akan terobati saat melihat sorot matamu yang juga telah menyimpan banyak rindu untukku. Saat itu, rasa lelah yang disebabkan oleh jarak yang terlalu panjang seketika lenyap dan menghilang, mungkin sudah masuk ke Lubang Hitam di semesta.
Perlahan kau mengajarkanku untuk sedikit demi sedikit melipat jarak dalam bayanganku agar tak terlalu nampak. katamu, aku harus sibuk mengejar mimpiku dan melakukan yang terbaik untuk mewujudkan cita-citaku.
Dan kaupun akan melakukan yang terbaik untuk mewujudkan mimpi-mimpimu. Sambil menyempatkan sedikit waktu untuk saling berkabar. Dengan begitu waktu akan berlalu tanpa terasa. Hingga suatu saat, saat kita telah sama-sama siap untuk melangkah ke tahap yang serius dan jarak akan melebur menjadikan kita satu.
Kau dan aku hanya perlu mempersiapkan diri, hingga kita punya hari baik suatu hari.Â
– Boy Candra
Rindu akan terus ada mengiringi jarak yang menjadi ujian untuk kita. Namun percayalah, rindu itu mampu membuat kita semakin tangguh. Jarak ternyata mengajarkan banyak hal kepada kita. Tentang harapan yang tak henti-hentinya dibisikkan. Tentang doa-doa yang harus selalu diyakini. Tentang kesabaran yang terkadang diuji. Dan tentang kesadaran yang ternyata memerlukan jeda dan jarak untuk menyadarkan dua orang bahwa mereka saling membutuhkan untuk melengkapi kekurangan satu sama lain.
Mari saling mendoakan agar menyatu dalam temu. Bukan membuat kita menjadi terbelenggu. Perasaan yang baik itu akan menenangkan, meski juga mungkin saja diuji dengan beberapa rintangan. Apakah kita bisa sabar, atau malah memilih berpisah sebelum sempat satu ikrar.
- Boy candra
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”