#JarakMengajarkanku: Pria Memang Tampak Kuat dan Tangguh, Namun Adakalanya Bisa Ambruk Karena Menahan Rindu

Aku memang bisa menahan pilu, namun tak begitu lihai dalam menahan rindu

Delapan tahun lamanya kita telah terpisah jarak, dengan hirupan udara yang berbeda. Saat bumi rinjani mulai benar-benar merindukan tanah letak sang patung liberty berdiri kokoh, aku menjadi pria seorang diri yang menikmati cumbuan senja. Kita yang akhirnya berdamai untuk saling menerima satu sama lain untuk mengejar mimpi masing-masing. Walau sakit menohok dada, namun ikhlas melepas adalah cara terbaik untuk menahan ego yang mulai beringas.

Advertisement

Waktu delapan tahun yang lalu, masih ku ingat dengan sangat jelas rautan wajah mu yang membiru karena menangis sepanjang malam atas perpisahan kita. Matamu menggurat luka, namun kau paksa untuk tetap tegar menahan duka. Detik itu juga, aku mulai membenci Bandara. Menurut ku, tempat terkutuk itulah yang menjadi biang keladi perpisahan kita. Jika tempat itu tak ada, perpisahan tidak akan pernah ada di dunia ini.

Namun setelah lembaran waktu semakin banyak kita lalui tanpa berdua, aku mulai sadar bahwa kita berdua harus berdamai dengan jarak dan perpisahan. Jarak dan perpisahan seharusnya menjadi medan evaluasi untuk kita berdua. Sejatinya, disanalah kita akan menguji diri masing-masing, tentang rasa dan asa masing-masing.

Rembulan tak harus selalu bersama bintang untuk menyinari bumi. Hujan tak perlu menunggu mendung untuk jatuh ke permukaan bumi. Begitu juga dengan cinta kita berdua. Kita tak harus selalu bersama untuk mempererat cinta. Selama raga tetap bersabar menahan rindu, kita berdua pasti akan bersatu.

Advertisement


Pria itu memang kuat, namun adakala emosinya mulai sepat. Emosi menjadi gundah di kala kekasih yang sudah menjadi bagian dari napasnya semakin jauh dari rangkulan dan pelukan. Menahan rindu ibarat meletakkan hati di atas meja judi. Semua serba terombang-ambing oleh berbagai macam ketidakpastian. Semoga malaikat langit tetap berbaik hati untuk menabahkan hati di kala hati dan jiwa sedang berkecamuk melawan nafsu dunia.


Hai kekasihku, lengan ku yang keras bagai karang memerlukan pelukan dari lengan kiri dan kananmu. Namun apa daya, raga yang sudah jauh tak mungkin ku sentuh. Walau hati terkadang mengaduh, namun raga ini akan berusaha untuk tidak pernah mengeluh. Hati yang sudah mulai lunglai sakit menahan rindu semoga segera berdamai. Pulanglah, ke pangkuan dimana kau harus tidur dan merebahkan raga mu.

Advertisement

Untukmu yang di sana, kembalilah ke pelukan ku yang sudah semakin lapang untuk memeluk mu kembali. Hati yang telah lama tak pernah kau kecup sedang meradang dan menggigil butuh sentuhan hangat mu. Segeralah kembali, ke rumah asal yang seharusnya tempat mu bersimpuh merajut hidup. Segera berikan nyawa pada hati yang tengah mati ini, izinkan ia mati suri untuk kembali mendekap raga mu yang hangat nan lembut.

Aku tahu kau rindu, ada cerita dibalik mata mu saat kau menatap layar ponsel empat dimensi mu. Ribuan photo dengan senyuman yang telah kau unggah ke sosial media tak menceritakan kebahagiaan yang benar-benar kau alami. Aku tahu bahwa kau juga sudah dilanda gelisah menahan rindu yang tak tertahankan. Patung liberty yang bahkan dibelakang mu pun tengah tersenyum kecut melihat guratan wajah mu yang tengah berpura-pura tegar menahan rindu.


Ketika rindu menerpa kulit hati ku, dinding epidermis tubuhku gemetar dan mulai rontok, rindu itu memang berat.  Jarak itu memang hanya sebatas angka atau bilangan mati, namun justru itulah yang membuatku menjadi pria nelangsa, maka kembalilah sayang. Pulang adalah obat untuk hati yang tengah malang.


Semua belum terlambat, dinding egoisme akan retak ketika kau cium kening ku yang tengah gersang seperti padang mahsyar. Tembok pertahanan ego akan roboh di kalau kau hadir kembali mencumbui syahwat ku. Biarkan birahi dunia kita saling beradu kembali seperti masa-masa kita baru pertama kali mengenal cinta. Surga mu adalah ujung pundak ku, dan surga ku adalah ujung lidah pada bibirmu yang manis.


Izinkan aku untuk bertahan, melawan asa yang hampir roboh termakan rindu yang tak berkesudahan. Lelah di dada kan ku sisihkan, biar lelah asal tak menyerah. Akuk tak boleh kalah meski raga telah meronta pasrah. Tuhan pasti sedang menyaksikan perjuangan kita. Tak masalah jika hubungan ini harus dihantam badai, asal kau tetap kembali ke dalam dekapan. Jika menunggu adalah jawaban, maka biarkanlah waktu yang membantu.


Panasnya api cemburu karena tak mampu bercumbu rindu semoga segera bersatu untuk bertemu menjadi satu. Kita adalah potongan-potongan rantai yang tengah merajut ikatan untuk bersatu. Rentetan doa yang bertubi-tubi semoga menjadi penyambung hati untuk tetap bersatu. Dahi yang menyentuh lantai saat bersujud semoga menjadi doa terbaik untuk kita berdua.

Menunggu mu dengan setia, walau asa mungkin saja telah mendua. Namun aku selalu percaya bahwa kekuatan doa akan merawat tali cinta kita berdua. Jika semua usaha telah kita teteskan dengan ribuan doa, maka tak akan ada kata kecewa di akhir bab kehidupan nanti. Tuhan maha pasti dan tak mungkin mengkhianati hambanya.


Ketika rasa mulai kugantungkan dalam rahim hatimu, saat itulah aku telah benar-benar berjanji untuk mencampakkan rasa lain dalam hatiku. Engkau adalah satu-satunya bidadari tunggal yang telah ku putuskan secara sukarela untuk menjadi ibu untuk anak-anak ku nanti. Jadilah penyangga saat raga ku tak berdaya. Jadilah penyelamat saat hati ku sedang tak sehat. Jadilah atap di saat roh ku tengah mencari rumah untuk menetap.


Jika setiap kata membutuhkan spasi agar dapat terbaca, apakah manusia juga butuh jarak agar dapat seirama? Semoga kita adalah kumpulan kata dalam sebuah puisi romantis seantero gugusan planet alam semesta. Walau jarak hati begitu jauh, nurani hatiku tak akan pernah berani mengaduh atau pun mengeluh. Semua itu adalah cobaan ilahi yang memang harus ditempuh, walau menghabisi ribuan peluh.


Jika pilu menjadi tempat terbaik untuk merindu, biarlah tangis memantaskan diri sebagai pengganti temu. Biarlah untuk sementara waktu ini kita saling menjauh menahan rindu yang tengah tak terbendung.


Mata hatiku mulai pincang karena engkau yang tak kunjung pulang. Walau hati tengah terguncang, namun aku akan tetap menjadi ombak yang tenang. Walau rindu tetap menyerang, aku akan tetap berjuang. Pulanglah jika lelah, semoga pulang ada peluang agar peluk dapat terulang. Aku akan tetap menanti, walau hati mulai meronta tak pasti. Namun aku percaya bahwa janji suci akan abadi.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Financial Analyst and Novelist