Mengingat kembali tentang kenyataan pahit yang pernah aku alami di waktu silam. Tentang menghitamnya hati dan perasaan karena sebuah pengkhianatan. Sudah cukup pedih bagiku untuk menerima kenyataan bahwa diantara aku dan dia ada jarak yang memisahkan.
Ditambah lagi dengan kepedihan lain yang mengharuskan aku berjuang melawan diri sendiri untuk berdamai dengan kerinduan. Namun nyatanya kepedihanku tidak cukup sampai disitu, kepedihanku tertumpuk lagi dengan kepedihan lainnya yang bernama pengkhianatan.
Berawal dari jarak, jarak yang memisahkan aku dengannya, tak pernah aku bayangkan sebelumnya. Aku benar-benar terpukul, ketika aku harus menerima kenyataan pahit di saat kisah percintaan ku dengannya sedang legit.
Jarak membuat temu yang telah menjadi candu menjelma menjadi sebuah rasa yang bernamakan rindu. Rindu yang aku tidak tau bagaimana cara untuk mengobatinya. Rindu yang aku tidak bisa mengendalikannya untuk berkurang, bahkan untuk menjadikannya tetap pun aku tak mampu, rindu itu selalu bertambah dari waktu ke waktu.
Perjalanan yang panjang telah aku lewati untuk berdamai dengan rindu. Meski aku sudah berhasil untuk menjaga kesetiaan di tengah tengah bergejolaknya kerinduan, pada akhirnya, aku harus menerima kepedihan yang teramat pedih melebihi kepedihan yang sebelumnya. Hatiku tidak hanya menghitam, hatiku sudah tidak bisa lagi mendefinisikan apa yang aku rasakan. Perasaan ku pun tidak bisa tenang. Diriku selalu merasa kesepian meskipun di tengah keramaian. Aku murka dan marah kepada jarak, aku menyalahkannya atas terjadinya semua pengkhianatan.
Namun aku tersadar setelahnya, aku menyesal karena aku pernah menyalahkan jarak atas terjadinya pengkhianatan. Karena ternyata, jarak tidak hanya membuatku merasakan pedihnya pengkhianatan, akan tetapi jarak telah memberiku paket komplit yaitu sebuah pengkhianatan beserta pembelajaran. Banyak hal baru yang mungkin tidak akan pernah aku dapatkan jikalau aku tidak berkenalan dengan yang namanya jarak.
Untuk itu, ingin ku ucapkan terimakasih yang teramat dalam kepadamu wahai jarak. Meski berawal darimu ku harus menerima pedihnya pengkhianatan, namun berkatmu juga aku belajar banyak tentang arti dari sebuah kesetiaan. Terima kasih telah memperlihatkan kepadaku tentang sebuah cinta yang palsu. Hati yang dulu sempat tertutup oleh kebutaan cinta, kini akhirnya bisa melihat semua kebenarannya.
Akhirnya kini aku tau, bahwa tidak selalu yang membuatku bahagia akan tidak tega untuk membuat hatiku terluka. Nyatanya justru yang pernah membuatku begitu bahagia dia lah yang paling rentan untuk membuat hatiku begitu terluka sejadi jadinya.
Selepas penghiatan besar yang terjadi di waktu silam, kini aku mengerti betapa berartinya sebuah kesetiaan. Tidak hanya ketika ada ataupun tidak adanya sebuah jarak, kesetiaan tetaplah menjadi salah satu pondasi dari melanggengnya suatu hubungan.
Teruntuk kamu yang pernah membuat hatiku patah, terimakasih karena kamu telah mengajarkan aku perihal kesetiaan melalui sebuah jarak. Meski hatiku sempat patah karena pengkhianatan terbesarmu, semoga hatimu tidak akan terpatahkan olehnya yang pernah bersekongkol denganmu untuk mematahkan hatiku.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”