Kisah yang kuanggap sedikit tidak normal ini bermula ketika aku di hadapkan oleh pilihan yang mengharuskan aku memilihnya, sedang aku pribadi tidak siap akan kehadirannya. Awalnya aku begitu alergi dengan sebuah jarak dan waktu, karena yang aku tahu bahwa bertemu adalah sebuah keharusan yang dilakukan.
Hubunganku dengannya sudah terbilang cukup lama, pertemuan adalah jalan keluar dari masalah kami masing-masing. Hingga aku lupa bahwa usia kami tidak lagi remaja. Setelah menginjak kepala dua, tidak mungkin rasanya tidak membicarakan masa depan, kau mengatakan padaku bahwa kau ingin mengubah takdir dengan usaha setelah susah payah berdoa. Dan aku begitu melupa dengan itu semua.
Takdir berkata bahwa kami harus berpisah untuk mengejar apa yang sudah kau rencanakan. Seolah tak mengenal rindu, kini aku diharuskan untuk berakrab dengannya. Ketika obat rindu itu lengah, maka aku harus mengalah dan menahan amarah.
Katanya, menyerah pada jarak hanya untuk orang-orang yang lemah, sedang aku? aku hanya belum terbiasa saja
Perlahan kutata hati dan pikiranku untuk menerimanya, kemudian mengakar ke dalam perasaan, dan kulanjutkan pada kenyataan. Yang biasanya terlelap dengan perasaan bahagia setelah lama bercanda, kini mengharuskan aku menutup mata dengan doa untukmu yang disana.
Setiap pagi buta kau membangunkanku untuk menunaikan ibadah, kini ku harus menyadarkan diri bahwa hanya dengan bermunajat Tuhan akan menjaga kau. Ayahku sedang tidak memberiku izin untuk keluar rumah, namun kau dengan sigap datang kerumah. Tapi tidak untuk sekarang.
Sejak kepergianmu, aku selalu berusaha berdamai dengan keadaan. Menangkal segala perasaan curiga yang kerap kali muncul. Engkau yang jauh disana, tidak selalu bertukar kabar denganku, apalagi sekedar bertanya menu makan siang. Bagaimana kesehatan yang harus kau jaga sendiri di kota orang.
Maafkan aku yang terkadang tidak tahan hingga menghilangkan sebuah kepercayaan terhadapmu
Bukan hal yang langkah ketika jarak banyak menimbulkan beribu pertanyaan, jangankan dari mereka aku saja terkadangan kerap berprasangka. Yang menjadi kawan disaat aku lelah kini ialah perasaan curiga dan amarah. Berharap kau saja yang mengalah kemudian pulang dan memusnakan semua. Tapi aku sadar, itu adalah hal yang mustahil rasanya.
Aku berdoa semoga Tuhan selalu membalutimu dengan perasaan setia
Sebuah makna dewasa menyadarkanku, bahwa menjaga tidak terbatas oleh apapun. Jarak tidak akan bermakna ketika perasaan percaya sudah di atas segalanya. Kesetiaan akan melahirkan sebuah tanggung jawab untuk mempertahankan dengan sedikit berkorban. Untukmu yang jauh disana
Kukerahkan rasa percaya dan setia seutuhnya kepadamu, kujatuhkan hatiku pada semesta untuk menjagamu
Sedang seharusnya yang selalu kau tahu, bahwa seberapapun dekatnya kita jika tak pernah mengakrab dengan setia, tidak akan menjadi apa-apa. Namun, seberapa jauhnya kita, ketika setia sudah mendarah daging, jarak bukanlah sebuah perkara.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”