Beberapa waktu lalu, heboh video Tiktok tentang seorang pria yang memberikan kritikan kepada salah satu store brand elektronik yang merajai pasar di sebuah mall kawasan Jakarta. Video tersebut menampilkan sorang pria dengan tampilan sederhana atau alakadarnya masuk ke dalam store tersebut. Pria tersebut menjelaskan bahwa dengan tampilan tersebut dia tidak mendapat pelayanan yang baik.
Singkatnya, ditampilkan bahwa pria berpakaian sederhana tersebut akhirnya membeli salah satu ponsel keluaran paling baru dari brand tersebut, dengan harga yang pastinya sangat fantastis. Meskipun videonya ini langsung mendapat tanggapan berupa bantahan dari pihak store, dan terlepas dari kebenaran video yang cepat peredarannya ini, tapi dari kejadian ini kita bisa belajar sesuatu. Kita bisa belajar bahwa akan lebih menyenangkan jika hidup bisa terlepas dari penyakit asumsi. Kalau pun tidak bisa 100 persen dilepaskan, setidaknya mulai diminimalisir akan lebih baik.
Mengapa? Karena nyatanya, sesuatu yang kasatmata belum tentu bisa menjelaskan keseluruhan isi. Iya, nyatanya sesuatu yang nampaknya buruk belum tentu buruk secara keseluruhan, atau sebaliknya, sesuatu yang nampaknya baik juga belum tentu baik secara keseluruhan. Jadi, tahan dulu untuk mengasumsikan segala sesuatu, entah tentang seseorang, sesuatu, atau keadaan tertentu, sebelum mencari tahu atau bahkan mempelajarinya dengan lebih cermat dan teliti.
Untuk asumsi tentang seseorang, kadangkala kita tidak pernah tahu apapun tentang orang-orang di sekitar kita, sekalipun yang terdekat, jika kita tidak intens menjalin sebuah hubungan atau komunikasi.Â
Kita mungkin pernah atau telah membuat suatu kesimpulan – ya,asumsi tentang seseorang yang kelihatannya tidak mampu atau pantas berada dalam circle kita. Misalnya, karena seseorang tersebut tidak bisa mengikuti gaya berpakaian, bersosialisasi, berbicara, atau bergaul seperti kita. Kita berpikir bahwa orang-orang tersebut tidak mungkin akan asik dan menguntungkan bagi kita.
Sehingga dari semua hal yang terlihat dan dapat diasumsikan itu kita akhirnya mengambil keputusan yang subyektif. Kita mengambil keputusan untuk mulai diam-diam menjauhi dan bahkan meninggalkannya begitu saja. Lalu, biasanya di dalam proses menjauhi ini akan mulai bermunculan beberapa fakta yang bertolak belakang dari semua asumsi yang dapat kita simpulkan. Ternyata, seseorang tersebut mampu melakukan sesuatu hal diluar tampilan yang terlihat, yang telah kita asumsikan dari dalam dirinya.Â
Misalnya, ternyata seseorang tersebut punya bakat terpendam, punya akun Tiktok atau Youtube yang terkenal dan selalu viral, berasal dari keluarga yang tersohor di kampung halamannya, seorang penulis, illustrator, atau apa lagi? Semua ini bisa saja adalah fakta yang terlambat kita lihat karena telah lebih dahulu tertutup oleh semua asumsi yang membeludak di pikiran kita, yang bersumber dari tampilan sekilas yang terlihat oleh kedua mata jasmani kita.
Ya, sama dengan narasi video tiktok pria di awal tulisan ini, dimana dia yang menceritakan tidak digubris ketika masuk sebuah store brand elektronik terkenal karena penampilan, pada akhirnya mampu membeli salah satu produk terbaru brand tersebut. Dan ternyata pria tersebut adalah seorang pengusaha.
Meskipun diutarakan oleh pihak store lewat rekaman CCTV bahwa mereka menyambut dengan baik pria tersebut, namun pasti tetap ada asumsi yang muncul diantara para pegawai di store tersebut saat pria dengan tampilam alakadarnya itu mulai melangkahkan kaki masuk ke store mereka. Dan kemudian asumsi mereka terjawab dengan sebuah fakta bahwa pria tersebut keluar dengan membawa kantong berisi produk terbaru mereka.
Sebaiknya, berhati-hatilah dengan asumsi. Jika asumsi itu datang di pikiran kita, pilihlah untuk menepisnya dan selalu upayakan untuk tetap bersikap baik. Perlakukan setiap orang dengan baik sebagaimana kita juga ingin diperlakukan dengan baik oleh orang-orang di sekitar kita, tanpa melihat tampilan luar saja.Â
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”