Bercanda pada kelemahan atau kekurangan orang lain
Kalau temenmu jelek, bercanda tentang kejelekanya adalah sangat tidak manusiawi. Kalau temenmu pesek, hidungnya besar, kulitnya gelap banget, maka hindari joke yang mengarah kepada masalah fisik temanmu.
“Aduh, itu jerawat, kecil banget… maksud gue, gede banget gitu, loh.”
“Ternyata kamu memang imut, ya? Item mutlak maksud ane, hehehe.”
Biar kata diucapin dengan canda, bagi temanmu yang memang kondisi fisiknya begitu, jelas menyebalkan.
Komen yang menuduh
“Lagi hamil lagi, yaaa? “(komen ke teman yang perutnya gendut) Padahal bisa aja temanmu lagi ngalamin kenaikan berat badan. Atau baru melahirkan. Ingat lho, orang-orang yang baru melahirkan biasanya membawa kelebihan berat badan selama beberapa waktu, bukanya habis ngelahirin langsung ramping. Ada, sih, yang begitu, tapi jumlahnya relative sedikit.
Atau:
“Kamu kayaknyaa gemukan, deh!”(sambil meremas lengan temanmu yang berisi).
Atau:
“Item banget, sih, sekarang!”
Pokoknya kecual kamu tulus meberikan pujian, mendingan hindari aja, deh, komen yang terkait fisik. Ingat, bahwa urusan body dan penampilan fisik, sensitif banget buat cewek.
Manis di…
Kalau kamu mengatakan seseorang lebih manis fotonya, maka itu pujian. Tapi kalau sebaliknya, “Kayaknya manisan di bukunya, deh!” Komenmu kepada seorang penulis yang sering kamu baca bukunya, apalagi jika sambil ngomong gitu, kamu nggak lupa membuka buku si penulis pda lembar biodata dan berkali-kali secara LIVE membandingkan muka di depanmu dan di buku! Atau yang senada,
“Ih, cakepan di tivinya!”
Betul sih komen diatas juga mengundang pujian, artinya orang tersebut camera face, dong? Tetap aja yang lebih tertangkap oleh lawan bicaramu bisa jadi bukan itu, melainkn, “Aslinya ternyata jelek, ya!”
Membanding-bandingkan
Setiap orang nggak ada yang rasnya senang dibandingkan dengan orang lain, apalagi dengan orang yang lebih wag segala-galanyaa. Misalnya ketemu teman yang lagi jalan bareng adiknya, kebetulan adik temanmu itu beda banget sama kakaknya yang mukanya bening alias cantik. Jauhi komen yang seperti ini:
“Duh, kok nggak mirip kakaknya, sih?”
“Adikmu kok item, Wit?”
“Wah, untung anakmu nggak mirip kalian berdua, ya?” “Kenapa kakaknya langsing, adiknya gendut, sih?” Nggak usah bikin sakit hati orang. Kalaupun kamu melihat banyak kekurangan, carilah kelebihan lain yang bisa diberi compliment:
“Enak dong, wiet, punya adik baik, mau ngawal kakaknya ke mana-mana”
Or
“Seneng deh, kenal sama adiknya, Wit!”
“Lho, maniak baca buku juga? Asyik, dong, bisa tukeran. SKSD Banget Gitu, Loh! Kalau kamu baru kenal dengan seseorang, hindari bicara yang terlalu banyak atau medominasi.
Apalagi mengomentari segala sesuatu yang di kenakan. Terus biarpun sesame cewek, jika baru kenal, hindari juga menyentuh tangan, pundak, tas, dompet, apalagi HPnya. Ntar malah dikirain ada udang dibalik batu, lagi, hehehe. Serius, nih. Dekat boleh, tetap elegan dan jaga tutur serta sikapmu terhadap orang yang baru kenal. Ngatur, minta ini itu, ngrepotin, jangan, deh. Nah, sebagaimana kata-kata bisa membuat orang lain minder, nggak PD, sedih, marah, merasa terhina, dan sebagainya, kata-kata juga bisa meriangkan hati orang lain. So, kenapa nggak berusaha lebih cerdas kata dan sensi dalam berkata, biar kata menjelma pahala?
Tips dan Tricks:
- Lihat sikon dalam berbiara
- Think before you talk! Mikir dulu dong…
- Lihat lawan bicara, apakah lebih tua atau lebih muda? Apakah posisinya lebih senior darimu? Apakah lebih pemula di bidang yang sama denganmu? Kenali background-nya, sebisa mungkin bicaralah dengan standar bahasanya.
- Mind your own bussiness, nggak usah jadi bigos atau miss. Kasak kusuk
- Sesame cewek jangan ngmentarin ukurn badan, fisik, dan usia atau kekuranya, atau kekurangan orang terdekatnya.
- Perhatikan juga intonasi dalam berbicara. Bahkan kalimat yang maksudnya baik dengan intonasi yang tidak pas bisa ditangkap berbeda.
- Jangan bicara terlalu keras, kecuali lawan bicramu memang punya masalah dengan pendengaran.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”