Tepat kemarin sore, salah satu jam tangan saya tak lagi berdetak. Saya coba putar berkali-kali crown-nya, tanda-tanda jam berdetak mulai terlihat. Jarum jam tampak mutar kembali seperti sedia kala. Namun tak seberapa lama, jarum jam itu diam kembali. Ia bergeming, membatu, tak memutar sebagaimanamestinya.
Jam yang saya miliki boleh dibilang adalah jam mesin tua. Entah keluaran tahun berapa. Yang pasti, beberapa montir jam yang pernah saya datangi, mereka enggan mengorek, membuka, bahkan mencoba memperbaiki kala rusak. Dari mulai tak bisa memperbaiki jam model begini, spare part-nya tidak ada, hingga belum pernah memperbaki jam macam ini. Berbagai alasan mereka gelontorkan.
Jam tangan ini adalah pemberian salah satu sanak saudara saya. Maka dari itu, saya tak tahu pasti keluaran tahun berapa jam ini. Yang jelas, pawang dari jam ini menyebutkan bahwa jam ini bermesin tua sehingga jeroan jam ini sedikit berbeda dari jam pada umumnya.
Jam tangan yang saya miliki adalah jam mekanikal. Maka tak heran, setiap ingin memakai atau menaruhnya, bagian crown harus diputar berkali-kali agar menyimpan energy sehingga memiliki daya hidup bagi jarum jam untuk berputar. Beberapa kali jam ini bergeming. Tak berkutik jarum jamnya. Beberapa kali juga saya bawa ke servis jam yang saya anggap sebagai pawang jam ini sebab dari beberapa montir jam yang saya datangi, hanya dia yang bisa, berani, dan cekatan memperbiki jam model begini.
Dan kemarin, jam ini bergeming kembali. Tak berkutik. Berkali-kali saya putar crown-nya. Maklum, jam mesin tua memang harus sabar meladeninya. Tak boleh sembrono. Setelah saya putar, jarum jamnya tampak sedikit bergerak. Namun lagi-lagi tak lama. Saya coba putar kembali, bergerak sedikit. Namun terhenti kembali.
Satu saat ketika saya tengah memutar crown itu, saya terbenak seolah saya sedang mengengkol Vespa mesin tua yang mogok tiba-tiba. Keselarasannya hampir bahkan sangat mirip. Ibaratkan engkol Vespa, crown ini adalah engkol jam mekanik dan ini berfungsi menghidupkan kembali jam tangan model mekanikal.
Berkali-kali empunya Vespa mengengol Vespa-nya agar hidup kembali. Begitu pun dengan saya yang berkali-kali memutar crown agar jam mekanikal ini hidup kembali. Mesin tua memang perlu penanganan yang lebih. Bukan hanya biaya yang perlu dikeluarkan, tapi juga sebuah kesabaran. Boleh saja ada biaya, tapi kalau tidak ada sabar, mesin tua tak akan hidup. Atau paling tidak susah hidup.
Mesin tua seolah memiliki ikatan dengan kesabaran. Keduanya saling menyulut dan memiliki perasaan emosional yang bila diibaratkan dari batin ke batin, dari hati ke hati. Beberapa saat kemudian, setelah “mengengkol” jam ini berkali-kali dengan paket lengkap kesabaran, jam kembali berdetak, jarum jam kembali berputar, dan senang bukan kepalangan sebab berhasil meladeni jam ini hingga berdetak kembali. Betul-betul ikatan batin ke batin, hati ke hati.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”