Jakartaku Sayang, Jalma Angkara Mati Murka. Ini 3 Sifat yang Gak Pantas Dalam Hidup Kamu

Jakartaku sayang, Jakartaku malang …

Advertisement

Apa yang terjadi hari ini di Jakarta? Saya gak ingin ikut bercerita. Atau menyebarluaskannya.  Mungkin Anda, se-Indonesia atau dunia sudah lebih banyak tahu. Karena Anda dan yang lainnya ikut serta menyebarkannya…. Entah itu benar atau salah, hampir sudah tidak ditimbang lagi.

 

Jakartaku sayang, Jakartaku malang …

Advertisement

Apa hikmah dan pelajaran yang dapat kita ambil dari apa yang terjadi hari ini. Dalam filsafat Jawa, ada istilah “Jalma Angkara Mati Murka” yang artinya “kemalangan terjadi karena tindak anarkis sendiri”.

 

Advertisement

Jalma angkara mati murka.

Sungguh, kemalangan yang terjadi di tengah kita karena tindak anarkis kita sendiri. Semuanya bermula dari kemarahan, kebencian, kebengisan pada diri manusia. Maka, kemalangan pun menjadi ada. Bertindak agresif untuk bilang “diri sendiri benar” sedangakn “orang lain salah”. Sungguh, banyak orang sudah anarkis pada dirinya sendiri. Di saat yang sama, orang lain menjadi korbannya. Jalma angkara mati murka, itulah yang terjadi.

 

Marah, benci, dan menganggap diri sendiri benar akan berujung anarkis.

Kemarahan, kebencian yang tak beralasan. Andai kita tahu, kemarahan dan emosi pada diri siapapun adalah senjata penghancur ampuh dan efektif dalam sejarah hidup manusia. Mungkin dalam skala kecil, masiih banyak orang yang menyimpan kemarahan, kebencian. Maka, ia sedang ingin menghancurkan dirinya sendiri. Konyolnya, orang lain yang tidak bersalah terkena dampaknya.

 

Lalu, apa yang harus kita lakukan?

Tidak ada yang lain kecuali SADAR. Segeralah kita sadar. Karena manusia adalah tempatnya salah dan khilaf. Dan ketika itu pula, sadarlah. Agar kemarahan, kebencian tidak berubah  menjadi energi agresif yang negative. Hingga menyebabkan terjadinya kemalangan pada diri sendiri dan orang lain. Sungguh, kemalangan terjadi karena tindak anarkis kita sendiri.

 

Marah, benci adalah angkara murka

Angkara murka yang mudah merusak kesadaran sejati manusia. Jika sudah rusak, maka tanda rapuh dan hilangnya kesadaran untuk merasa SATU (unity), tidak ada lagi welas asih (kasih sayang), hingga hilangnya akal sehat. Maka yang terjadi KERUSAKAN.

 

Jalma angkara mati murka.

Kemalangan terjadi karena anarkis diri sendiri. SADARILAH dan HINDARI.

Kita boleh berbeda suku, agama, pendidikan, jabatan atau status sosial. Kita boleh beda, karena perbedaan adalah sebuah kepastian. Keadaan ini harus disikapi untuk tidak saling mencela, menghindar dari sikap saling menyalahkan, tidak perlu berlaku kasar atas alasan apapun.

 

Jalma angkara mati murka.

Kemalangan terjadi karena anarkis diri sendiri.

Kita boleh berbeda kasta, berbeda umur, dan beda yang lainnya. Tapi hidup juga butuh menyeleraskan kawruh atau pengertian di antara kita. Hidup yang lebih bijak dan menerima kenyataan sambil ikhtiar yang baik.

 

Jalma angkara mati murka.

Kemalangan terjadi karena anarkis diri sendiri.

Mungkin hari ini, kita harus sadar agar tak lagi memberi ruang pada kemarahan, pada kebencian. Gak boleh ada lagi anarkis pada diri sendiri karena itu menyebabkan kemalangan orang lain. Apapun yang terjadi, apapun yang kamu rasakan, ketahuilah 3 sifat ini yang pantas diumbar dalam hidup kamu:

1. Kemarahan adalah hal yang tak mungkin memberikan maslahat.

2. Kesedihan menjadi hal yang tak pantas dikatakan.

3. Luka menjadi hal yang tak perlu dilihat.

 

Jalma angkara mati murka.

Kemalangan terjadi karena anarkis diri sendiri.

Sekali lagi, hari ini kita lebih butuh banyak lagi. Tentang jiwa untuk saling memaafkan kesalahan dari orang lain. Tentang jiwa untuk berlomba dalam kebaikan. Tentang jiwa untuk terhindar dari kemarahan atau kebencian. Pada apapun, pada siapapun.

 

Karena jalma angkara mati murka.

Sungguh dapat dilawan bila kita yakin bahwa tidak ada masalah yang tidak ada solusi. Kita hanya butuh pikiran yang lebih jernih, menyimpan amarah, menghadapi masalah dan realitas apapun dengan tenang. Tidak perlu ada anarkis, tidak perlu ada kekerasan, tidak perlu ada kemarahan. Itu sudah lebih dari cukup untuk diri kita sendiri.

 

KITA.

Sangat membutuhkan sikap untuk menghargai perbedaan. Sikap untuk memelihara kemanunggalan kita sebagai manusia. Untuk mengabdi kepada sesama dan sang pencipta. Sambil dalam hati menyatakan, “Aku adalah kamu dan kamu adalah aku”

Jangan lagi ada, “Jalma angkara mati murka; kemalangan yang terjadi karena anarkis diri sendiri”

#BelajarDariOrangGoblok

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Pekerja alam semesta yang gemar menulis, menulis, dan menulis. Penulis dan Editor dari 28 buku. Buku yang telah cetak ulang adalah JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, dan Antologi 44 Cukstaw Cerpen "Surti Bukan Perempuan Metropolis". Konsultan di DSS Consulting dan Dosen Unindra. Pendiri TBM Lentera Pustaka dan GErakan BERantas BUta aksaRA (GeberBura) di Kaki Gn. Salak. Saat ini dikenal sebagaipegiat literasi Indonesia. Pengelola Komunitas Peduli Yatim Caraka Muda YAJFA, Salam DAHSYAT nan ciamik !!