Dear Calon Imam, Cukupkanlah Petualanganmu Dulu. Di Sini Saya Akan Setia Menunggu

Imami aku sholat, maka aku akan menemanimu dalam taat

Setelah kulewati pedihnya luka, kunikmati bersama linang air mata, kusyukuri segala nikmat sakit yang masih bisa kurasa. Semua berlalu dengan perlahan, bersama kepastian perginya luka yang terganti dengan kebahagiaan. Semoga tidak ada lagi luka seperti sedia kala dan semoga pula tidak ada lagi luka yang lebih parah dari sebelumnya.

Advertisement

Meski belum sepenuhnya percaya, namun aku sedang berusaha untuk membangun kembali kepercayaan yang pernah kau robohkan. Meski rasa sakit belum benar-benar pulih, namun aku terus berusaha agar luka tidak kembali terasa. Meski masih adanya kekhawatiran akan terulangnya kembali masa lalu, aku tetap percaya pada Tuhanku, bahwa segala takdir-Nya tidak akan mengecewakanku.

Kita sama-sama bersalah dalam perjalanan hati ini, aku yang terlalu percaya dengan makhluk yang Tuhan ciptakan sampai aku lupa bahwa Tuhan-lah yang Maha Menciptakan segala suasana. Kau pun demikian, kau terlalu berani bermain dengan hati, bahkan melibatkan banyak hati dalam permainanmu hingga pada akhirnya hatimu sendiri yang dipermainkan oleh permainanmu sendiri, lantas hati yang lain turut menjadi korban. 

Aku tidak pernah menyesal telah merasakan luka ini, namun aku menyesal telah melanggar norma Tuhan yang jelas telah aku pahami. Aku telah melupakan kewajibanku sebagai hamba dan menghiraukan segala perintah. Pantas saja Tuhan mengadiliku dengan luka, tapi aku yakin semua itu bukan murka-Nya, melainkan bentuk perhatian dan kasih sayang Tuhan agar aku kembali pada pelukan-Nya.

Advertisement


Tidak setiap orang memiliki masa lalu baik, tapi setiap orang berhak memiliki masa depan yang lebih baik.


Tidak ada kata terlambat untuk bertaubat, masih ada waktu untuk memperbaiki masa lalu. Hijrah dan berproses dari kegelapan menuju jalan yang terang memang tidak gampang, tapi tidak akan ada hasil jika kita tidak memulai dari sekarang. Jadi, teruslah melangkah meski hanya setapak, tetap istiqomah meski terasa berat. Sebab beratnya perjuangan kita untuk bertaubat akan sebanding dengan beratnya timbangan amal baik di hari hisab; kelak.

Advertisement

Sebuah perjalanan memang akan terasa lebih berat apabila kita melaluinya sendiri, tapi percayalah Allah tidak akan membiarkan kita berada dalam kesepian. Allah akan datangkan orang-orang baik yang akan menemani perjalanan baik kita, Allah akan kirimkan pengingat dan penguat ketika iman sedang naik turun. Allah Maha Hebat, tidak ada yang tidak mungkin atas kehendakNya.


Aku bersama perjuangan orang yang memperjuangkan ku, percayalah.


Aku tidak ingin bertanya dari mana datangnya semilir angin surga yang tiba-tiba ku rasakan pada siang terik itu, namun aku bersyukur jika itu benar-benar ada. Aku berharap, semoga hanya karena Allah semata-lah segala perubahan-perubahan yang perlahan kau mulai. 

Aku sedang memperbaiki diri untuk menjadi yang lebih baik dari hari kemarin, aku pun sedang memantaskan diri agar semakin pantas untuk orang yang Allah takdirkan pantas untukku. Aku yakin, kau datang tidak hanya untuk mencari teman di masa depan. Kau pasti sedang mencari menantu berbakti untuk kedua orang tuamu, bukan? Kau pun juga sedang mencari ibu terbaik untuk mendidik keturunanmu. 

Begitupun aku, aku tidak hanya membutuhkan seorang teman untuk menemani sisa usiaku. Tapi aku membutuhkan seseorang yang mampu membawaku untuk semakin taat kepada Allah dan semakin dekat dengan surga. Tidak hanya itu, ibuku mengharapkan menantu berbakti, yang tidak hanya mau menerima putrinya namun juga seluruh keluarganya. Begitupun anak-anakku kelak. Mereka membutuhkan seorang ayah hebat, seorang ayah bisa menjadi nahkoda untuk kapal kecilnya agar berlabuh di surga.

Kekurangan dan kelebihan adalah ragam untuk saling menyempurnakan, bukan saling menuntut untuk disempuranakan. Terkadang sulit ketika kita harus menghadapi keburukan orang lain yang tidak sesuai dengan keinginan kita, bahkan terkadang sabar dan ikhlas tak mampu andil untuk menerima. Kesalahanya adalah, kita tidak bisa belajar dari kekurangan orang lain, kita hanya bisa mengedepankan ego, menuntut agar orang lain agar bisa menjadi apa yang kita inginkan.


Jangan menuntutku, tapi tuntunlah aku.


Aku keras kepala, jika kau mengahadapiku dengan kekerasan aku akan semakin keras. Layak tetes air yang setia menentes pada sebuah batu, hingga pada akhirnya air mampu membuat batu menjadi berlubang. Perlakukan aku seperti itu. Mungkin membutuhkan waktu yang lama, tapi di sanalah kesabaranmu diuji.

Aku tahu kau juga keras kepala. Aku pun demikian, aku akan memperlakukanmu seperti itu juga, merelekan kesabaran ini di uji agar tidak ada pertengkaran yang terjadi. Itulah kenyataan yang harus kita sadari, kita sama-sama keras kepala. Tapi kita bersatu bukan untuk menguji siapa paling keras dan kuat diantara kita, tapi kita bersatu untuk saling menuntun dalam kebaikan.

Kelak akan terlihat siapa orang yang paling hebat di antara kita, yakni siapa yang paling mampu untuk menuntun dalam kebaikan dan selalu menguatkan dalam kelemahan. Bukankah perbedaan adalah komponen untuk saling menyempurnakan? Maka biarkan ujian-ujian Tuhan menjadi pelengkap perjalan hati kita.

Tidak perlu saling menyalahkan atas kekurangan, tidak perlu saling menjatuhkan atas keburukan, dan tidak perlu saling mengungkit atas setiap kesalahan. Yang ada ialah kita harus mampu saling menguatkan, saling mengingatkan dan menuntun untuk merubah keburukan, serta sama-sama belajar dari setiap kesalahan yang kita lakukan. 

"Dear you, aku menunggumu untuk membawaku agar semakin taat kepada Allah, maka datanglah dengan ketaatan yang kini sedang kau perjuangkan. Percayalah, doaku untukmu senantiasa mengangkasa untuk membantu perjuanganmu."

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Aku hanya seorang pendosa yang mendamba Surga, yang berusaha memperbaiki diri tanpa merasa paling baik dari orang lain. Menulis adalah caraku berteriak tanpa mengeluarkan suara, mengungkapkan keluh kesah tanpa berisik di telinga. Goresan ini adalah sampah kehidupan yang menumpuk dalam hati, maka ku daur ulang sampah itu agar menjadi karya yang lebih berharga dan kenangan yang lebih berarti. Ku tulis dengan hati agar tersampaikan kepada hati (pula).

Editor

Not that millennial in digital era.