Saat mendengar kata guru, mungkin yang terlintas dalam benak sebagian besar murid adalah guru itu sosok yang killer, kaku, dan nggak asik. Tapi di era milenial ini, sudah nggak jaman lagi untuk menganggap guru sebagai sosok yang mengerikan. Salah seorang guru bernama Yustina Anastasia Periyanti yang mengajar di sebuah sekolah swasta area Pulomas ini membuktikannya, loh! Yustina adalah seorang guru Bahasa Indonesia yang mengajar jenjang SMP untuk kelas 8 dan 9. Jika ia menguasai materi puisi, majas, penggunaan tanda baca, dll tentu hal itu merupakan tanggung jawabnya. Namun, Yustina melakukan sesuatu yang lebih dari sekadar mengajar.
Â
Di kala jam pulang sekolah tiba, sosok yang mengemban tugas sebagai seorang wali kelas ini membaca buku refleksi dari anak-anak didiknya. Biasanya, Yustina membaca curhatan murid-muridnya dalam sebuah buku yang mirip dengan diary. Mulai dari cerita kegalauan remaja, masalah cinta, pertemanan, hingga kendala-kendala dalam pelajaran, dll. Nah, Yustina benar-benar menyimak setiap cerita muridnya dari buku tersebut. Saking pekanya sama anak didik, Yustina tak segan untuk memanggil beberapa siswa dan menyediakan waktu luang untuk mendengarkan curhatan murid-muridnya itu.
Â
Saat ngobrol dengan guru yang pengertian ini, para siswa nggak merasa lagi dihakimi di ruang sidang. Yustina justru lebih sering menjadi pendengar untuk keluh-kesah mereka. Biasanya, ia memberikan sebuah sudut pandang berbeda bagi para siswanya usai curhat. Intinya apapun masalahnya, mereka jadi merasa lega dan aman karena gurunyapun bisa jaga rahasia dan itulah bentuk penghargaan seorang guru pada siswanya.
Â
Sifat Yustina yang mudah bergaul dan terbuka dengan para siswa bikin guru gaul ini gampang akrab dan disenangi. Namun bukan berarti siswa-siswinya jadi nggak respect sama Yustina. Hal ini dapat dengan mudah dilakukan oleh Yustina, karena ia melakukan yang namanya tarik ulur. Di saat kelas Bahasa Indonesia dimulai, tentu ia berlaku layaknya guru yang memiliki wibawa dan terampil dalam memimpin kelas. Ia ingin menjadi teladan yang baik untuk peserta didiknya.Â
Â
Awalnya beberapa anak yang baru mengenal Yustina takut kalau pelajaran bahasa itu akan menjenuhkan, gurunya galak, bikin ngantuk, dan materinya susah. Belum lagi berhadapan dengan materi majas, diksi, dan bahasa cerpen yang tingkat dewa dan membuat dahi berkerut. Untungnya Yustina punya cara seru untuk mematahkan ketakutan para muridnya.
Â
Guru yang lahir di bulan Februari ini membuat materi Bahasa Indonesia dekat dengan keseharian anak-anak. Mereka dibebaskan untuk membaca buku fiksi dan non fiksi sebelum pelajaran dimulai. Tentunya buku-buku tersebut dapat dipilih dengan bebas oleh anak-anak, sekaligus untuk menstimulasi minat membaca siswa. Guru yang juga piawai bermain teater ini ingin image tentang Bahasa Indonesia nggak melulu dipandang negatif sama murid-muridnya. Bahkan, di kelas, Yustina punya kebiasaan untuk membacakan cerita yang mengandung unsur humor dan sarat akan nilai-nilai kehidupan. Hal ini bikin murid-murid di kelas Yustina nggak ngantuk. Guru tegas ini juga selalu ingin siswa-siswinya aktif berpendapat lebih dahulu dalam menjawab pertanyaan. Di akhir kelas biasanya Yustina akan memberikan sudut pandangnya terhadap karya yang dibuat anak-anak dan memberikan saran yang membangun.
Â
Intinya, sosok yang hobi membaca ini tak ingin siswa-siswinya disuapi materi terus-terusan, namun Yustina ingin murid-muridnya aktif berpikir dan mandiri. Guru yang terampil dalam leadership  ini juga sosok yang senang banget diskusi dengan para muridnya. Nggak masalah jika siswa menyampaikan pendapat yang kurang tepat, karena menurut pandangan guru gaul ini, sekolah adalah tempat untuk mencoba banyak hal dan belajar dari segudang kesalahan.
Â
Sebagai guru di era milenial, Yustina juga hobi nonton drama Korea dan film-film kekinian untuk mengikuti trend dan agar nyambung saat berkomunikasi dengan siswa-siswinya. Saat ada topik tentang resensi film pun, guru yang up to date dengan trend ini mengizinkan siswa-siswinya untuk menganalisis dengan film Korea yang mereka sukai.
Â
Wanita yang bertugas sebagai pelatih PASKIBRA ini juga senang melibatkan siswa-siswinya dalam sebuah acara di sekolah. Misalnya, ketika ia menemukan bakat siswa-siswinya di bidang jurnalistik, maka ia tak segan melibatkan siswa tersebut untuk menjadi bagian dari tim reporter yang bertugas meliput acara sekolah itu. Guru berjiwa muda ini juga pernah mengajak alumninya yang terjun di bidang jurnalistik untuk membantu meliput kegiatan sekolah dan acara lainnya, didampingi oleh Yustina. Tak ada rasa gengsi untuk belajar meliput berita dari alumninya, karena bagi Yustina sudah merupakan tugas seorang guru untuk membantu siswa, sekalipun alumninya untuk terus berkembang, menemukan bakat, serta mengasah potensi terbaik mereka. Bahkan menurut Yustina, di tahun 2018 dan 2019, ia bersama alumninya bareng-bareng menulis berita acara usai kegiatan peluncuran buku di sekolah berlangsung.
Â
Di jam istirahat, Yustina pun senang berbaur bersama murid-muridnya layaknya anak sekolah yang lagi nongkrong. Cara tersebut dapat membuat Yustina lebih mengenal murid-muridnya. Yustina terbuka untuk menjadi sahabat dan teman curhat bagi siswa-siswinya, namun ia berhasil membuat muridnya untuk tetap respect pada seorang guru.
Â
Asik kan kalau punya guru gaul yang pengertian di sekolah? Guru idaman banget. Pasti dijamin deh belajar nggak bikin ngantuk dan malah jadi ketagihan bangun pagi dan berangkat ke sekolah. Mungkin rasanya sekolah itu kayak hang out dan nongkrong di kedai kopi kali ya? Untuk para guru di era milenial, yuk miliki semangat berjiwa muda untuk mencerdaskan generasi bangsa zaman now.Â
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”