Anak pertama harus ngalah sama adiknya
Anak pertama harus jadi contoh
Anak pertama harus bisa membanggakan kedua orang tua
Apakah statement tersebut sering terdengar di telinga? Pasti sebagian dari kalian pernah mendengarkan bahkan menyetujui statement tersebut. Utamanya para orang tua, mereka sering mengkotak-kotakkan harus seperti apa anaknya ketika besar nanti. Terlalu banyak tuntutan serta ekspetasi yang ditujukan pada anak sulung sebagai harapan pertama dalam uji coba hasil didikan orang tua membuat sebagian dari mereka merasa tertekan akan hal tersebut.Â
Anak sulung diidentikkan dengan seseorang yang memiliki kepribadian kuat, pemberani, dan pantang menyerah. Padahal anak sulung sebenarnya juga berhak merasakan rasa takut pada dirinya, serta memiliki kewenangan dalam mengutarakan keluh kesahnya. Akan tetapi, kebanyakan anak sulung seperti terpenjara dalam ruang yang menuntut dirinya menjadi dewasa. Bahkan anak sulung terkadang lupa bagaimana cara menyampaikan emosi sehingga mereka hanya bisa memendam apa yang dirasakan.
Hal tersebut perlu menjadi perhatian, sebab seringnya terdengar cerita bahwa menjadi anak sulung dalam keluarga adalah suatu ketidakberuntungan. Menjadi anak sulung sebagai harapan pertama dalam keluarga memang tidak mengasyikkan. Banyaknya beban pikiran yang berkecamuk di kepala si sulung seperti membiarkan otak dan raga berperang terhadap argumen serta rencana yang akan dilakukan. Memang tidak semua orang mampu merasakan apa yang menjadi beban dalam diri orang lain. Terkadang mereka hanya memberikan cibiran atas apa yang tampak di depan mata saja.
Tak jarang anak sulung menjadi pemikul beban harapan orang tuanya. Banyak orang tua yang menumpukkan harapannya kepada anak sulung. Sebenarnya ini adalah hal yang baik mengingat dengan harapan orang tua, anak sulung dapat lebih bersemangat dan memiliki tujuan yang jelas yaitu mewujudkan harapan orang tuanya. Namun seringkali harapan orang tua terlalu tinggi dan membuat anak stres. Ditambah jika harapan tersebut tidak sesuai keinginan anak.
Menjadi anak berbakti tentu idaman dan cita-cita semua anak termasuk anak sulung. Namun ada beberapa hal yang dapat menjadikan seorang anak terkesan tidak berbakti kepada orang tuanya. Seperti ketika anak tidak mampu memenuhi harapan orang tua dimana harapan tersebut sebenarnya tidak sesuai dengan keinginan anak. Hal seperti ini sering dialami oleh anak sulung. Kebanyakan anak sulung merasa bimbang, ia takut dicap sebagai anak tidak berbakti karena tidak mampu memenuhi harapan orang tua, padahal sebenarnya anak tersebut juga memiliki impian dan harapan sendiri.
Tidak berhenti sampai di sini, menjadi anak sulung dituntut harus memberikan contoh yang baik pada saudaranya. Mereka harus selalu terlihat baik di depan adik-adiknya agar sang adik dapat mencontoh kakaknya. Hal seperti ini terkesan membuat si anak sulung kurang bisa dalam mengekspresikan keinginan, sebab terlalu sering terlihat baik baik saja dengan dalih memberi contoh kepada adik.
Padahal menjadi anak sulung bukan perkara harus memberi contoh, akan tetapi tergantung kepada orang yang diberikan contoh. Kejadian seperti ini juga menjadikan si anak sulung tampak selalu salah di mata orang tuanya. Bagaimana tidak? Tak jarang ditemui adik yang susah diberi nasihat ketika melakukan salah. Mirisnya, masih banyak orang tua yang menganggap masalah yang dilakukan oleh saudaranya itu adalah salah si sulung yang tidak bisa memberi contoh baik kepada adiknya.
Banyak yang bilang anak sulung harus punya bahu sekuat baja. Memang benar, karena banyak yang berargumen dari statement tersebut yaitu bahwa anak sulung lah yang pertama kali membawa harapan besar dari orang tuanya, berpura-pura menjadi dewasa dengan menghiraukan keadaan dirinya sendiri, dipaksa baik-baik saja dalam perjalanan hebatnya, serta bekerja keras untuk bangkit ketika sedang jatuh. Semua hal itu telah dirasakan oleh sebagian besar anak sulung.Â
Tidak bisa mengekspresikan keinginan, dituntut untuk terus mengalah, dipaksa dewasa oleh keadaan, serta pemenuhan ekspektasi dari orang tua seringkali membuat kesehatan mentalnya tidak baik-baik saja. Sering dijumpai banyaknya anak sulung yang lebih nyaman bila berada diluar rumah dan bersama teman-temannya. Pasti ada latar belakang mengapa para anak tersebut tidak menemukan definisi rumah pada tempat tinggalnya. Bisa saja ada tujuan dan maksud tertentu jika anak tersebut lebih suka berada di luar rumah.
Seringkali mereka beralasan bahwa ketika berada di rumah terasa sesak dan kurang bisa menyampaikan apa yang ada di dalam dirinya. Sehingga anak sulung cenderung mencari zona nyaman meskipun harus mencari dan menemukannya pada sosok teman. Padahal zona nyaman harus bisa diciptakan oleh orang tua di rumah sehingga sang anak tersebut memiliki tempat kembali ketika lelah dalam menjalani kerasnya kehidupan.
Hal-hal tersebut tidak seharusnya terjadi. Menuntut anak sulung untuk menjadi dewasa dan menjadi contoh yang baik bagi saudaranya secara berlebihan dapat membuat hubungan antara anak sulung dan orang tua menjadi jauh, sebab mereka merasa tidak dimengerti oleh orang tuanya. Hal ini pula yang menyebabkan anak sulung cenderung tertutup kepada orang tuanya. Karena ia terbiasa untuk memendam apa yang ia rasakan.
Sebagai orang tua seharusnya kita sadar bahwa anak bukanlah investasi kita, anak bukan alat untuk memenuhi harapan kita. Biarkan anak-anak berkembang dan menjadi apa yang mereka mau. Sebagai orang tua kita hanya bisa mendukung dan mengarahkan agar anak-anak bisa memenuhi harapannya. Dengan begini maka hubungan antara anak dan orang tua akan menjadi dekat.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”