Aku ingat betul, dia selalu bilang bahwa Tuhan sayang pada kami dengan ujian ini.
Katanya, Tuhan lebih tahu bahwa iman kami pun kuat karena tidak sembarang orang akan diuji dengan percobaan hati seperti ini.
Katanya, Tuhan lebih mengerti bahwa kami sanggup melawan egoisme diri yang ingin menyatukan perbedaan mutlak ini.
Katanya, Tuhan pun lebih paham bahwa kami adalah orang yang bisa berjalan seiring tanpa penyatuan suci.
Katanya begitu, iya, semua itu hanya sebatas "katanya".
Buktinya, dia masih meratap.
Dia masih mengeluh dan sesekali bertanya,
"kenapa aku bisa sesayang ini dengan orang yang tidak akan menemani lima waktuku?"
Bisa apa aku selain berkata "sabar" dan memeluknya di saat seperti itu?
Jujur, aku pun sering bertanya pada logika,
"kenapa aku bisa jatuh hati pada orang yang tidak akan aku miliki seutuhnya?"
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”