Mengenal Internet Trolling, Bentuk Kejahatan di Dunia Maya

Kemajuan teknologi serta luasnya akses internet telah merubah cara berkomunikasi dan berinterkasi dalam kehidupan manusia. Dengan kemajuan teknologi, banyak orang yang cenderung lebih banyak menghabiskan watuknya di dunia maya, khususnya remaja. Internet dan media sosial telah melekat dalam kehidupan masyarakat dan dapat dikatakan masyarakat seperti kecanduan atau terikat dengan internet dan media sosial tersebut.

Media Sosial dengan berbagai platform seperti Facebook, Twitter, Instagram, WhatsApp, Tik Tok, dan YouTube digunakan untuk berkomunikasi, memutar lagu, menonton video, bermain video game / game online, hingga mencari berita terbaru. Media sosial adalah tempat yang bagus dan dapat diandalkan untuk mengekspresikan diri, mengungkapkan pendapat, memberikan saran secara terang-terangan menggunakan identitas diri yang sesungguhnya atau bahkan secara anonim.

Era Internet telah membawa hal-hal baik terutama dalam hal sarana komunikasi, namun di sisi lain kemudahan dan kebebasan yang diberikan oleh internet dan media sosial juga menimbulkan permasalahan. Banyak platform yang semula dirancang untuk memposting status, bertukar informasi, dan berbagi foto dan video, kini menjadi platform yang digunakan untuk kegiatan negatif seperti diantaranya, mengejek, mengolok-olok orang lain, menyebarkan berita bohong, menipu, mencemarkan nama baik, hingga menyebarkan pemahaman yang bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan.

Beberapa perilaku menyimpang yang marak terjadi dari penggunaan internet adalah internet trolling, cyberbullying, hate speech dan berita bohong. Perilaku-perilaku tersebut berpotensi mengganggu dan merusak ketertiban umum dan tatanan sosial yang berlaku di masyarakat sehingga termasuk ke dalam bentuk kejahatan siber.

Kegiatan trolling di internet ini mulai marak dan diketahui secara luas dalam sepuluh tahun terakhir. Menurut Urban Dictionary, Trolling merupakan tindakan yang disengaja dengan memberikan komentar yang kontroversial secara acak di berbagai forum internet dengan maksud untuk memancing reaksi emosional dari pembaca, untuk terlibat dalam perkelahian atau argumen. Trolling umumnya dilakukan oleh orang yang tidak memiliki hibungan yang jelas dengan korbanya, tujuannya untuk memancing sebanyak-banyaknya reaksi dari pembaca komentarnya di platform sosial media. Berbeda dengan cyberbullying yang niatnya melukai atau menimbulkan bahaya terhadap korban atau mengintimidasi, Trolling ingin menimbulkan/memancing reaksi korbannya.

Selain itu perbedaan hate speech dengan trolling adalah pelaku trolling biasanya anonim dan tidak untuk meyakinkan siapa pun atas pendapat/komentarnya, benar-benar hanya untuk memancing komentar orang lain, sedangkan hate speech bermaksud ingin meyakinkan dan mengajak orang lain untuk berpikir sama dengannya. Pelaku Trolling yang biasa disebut troll membanjiri unggahan dengan kata-kata negatif, ocehan-ocehan yang tidak relevan alias out of topic dari fokus pembicaraan. Trolls menjadi suatu masalah yang mulai mengkhawatirkan, terutama karena pelaku dapat berlindung di balik anonimitas.

Permasalahan yang ditimbulkan oleh internet trolling antara lain dapat mendisrupsi suatu diskusi yang tengah berlangsung, Ocehan bernada menuduh yang dilayangkan oleh trolls dapat merusak reputasi seseorang, dapat menjadi sesuatu yang adiktif dan ini bisa mengganggu kegiatan, dan dapat mengakibatkan suatu dampak serius terhadap korban mereka, termasuk turunnya harga diri, disrupsi pada pola tidur, depresi dan bahkan menyakiti diri sendiri.

Rendahnya tingkat literasi digital para pengguna media sosial membuat mereka mudah mempercayai suatu informasi yang belum terverifikasi serta mudah termakan tipu daya atau terpancing oleh pelaku trolling di media sosial. Untuk mengatasi permasalahan terkait internet trolling adalah dengan tidak mudah terpancing umpan yang diberikan para trolls, bijak dalam memberikan respon terhadap informasi atau postingan di media sosial serta lakukan verifikasi atas kebenaran akan suatu informasi.