Ternyata Selama Ini Instagram Bukan untukku, Seorang Manusia Lemah dan Hanya Ingin Bahagia

Instagram bukan untuk manusia lemah

Setelah menjadi pengguna Instagram selama hampir 5 tahun, aku akhirnya baru sadar kalau Instagram tercipta bukan tipe-tipe manusia seperti aku. Setiap aku berselancar ria di Instagram, ujung-ujungnya aku mendapati diriku mengeluh dan mengeluh lagi, insecure dan insecure lagi. Yang aku dapati hanya aku yang nggak berhenti membandingkin diri dengan orang lain. Aku yang tidak puas dengan diri sendiri mulai membandingkan diri ini dengan orang lain yang menampilkan sepenggal kisah hidupnya di Instastory atau salah satu dari feed Instagram.

Advertisement

Aku tahu bahwa setiap orang hanya menampilkan sisi terbaik mereka di sosial media, tapi si manusia “lemah” ini masih saja tergoda untuk berpikir “enak yah jadi si dia, hidupnya bahagia amat”. Aku juga sadar kalau hal itu membuktikan bahwa aku kurang bersyukur, tapi manusia “lemah” ini  selalu punya cara untuk mengesampingkan segala pikiran itu.

Lantas kenapa betah sekali menjadi pengguna setia instagram selama 5 tahun? Karena aku penikmat humor. Instagram melalui video-videonya mampu mengundang gelak tawa. Semakin susah si Manusia lemah untuk lepas dari cengkraman Instagram.

Aku yang bercita-cita menjadi agen FBI ini, melatih skill stalking lewat Instagram. Dalam waktu satu jam saja bisa ku telusuri riwayat hidup Si Kecengan. Untung saja dia tidak kubuntuti dalam dunia nyata juga.

Advertisement

Setelah dipikir-pikir, ada baiknya menarik diri dari sosial media  yang suatu saat nanti bisa saja membuatku semakin insecure, semakin menyalahkan diri sendiri, semakin tidak pandai bersyukur dan semakin rajin membeli paket internet. Aku sadar diri bahwasannya aku tidak pandai dalam mengelola emosi sehingga membuatku menjadi pribadi yang “lemah”.  Kenapa aku sebut diriku manusia lemah? Karena kubiarkan sosial media ini membangkitkan rasa iri sekaligus minder. Miris bukan?

Instagram bukan untuk semua orang. Menjadi pengguna instagram sah-sah saja selama kamu melihat Instagram sebagai sebuah wadah untuk mengeksplorasi seni, mencari pundi-pundi, bersilahturahmi atau juga untuk membagi memori.

Jika kamu sudah berada pada titik di mana kamu mulai membandingkan diri kamu dengan orang lain, beranggapan bahwa hidup orang lain terlihat mulus bagaikan kaki bintang K-Pop, atau saat kamu sadar bahwa banyak waktu terbuang percuma hanya demi melatih skill stalking yang nyatanya skill ini tidak mungkin kamu cantumkan di CV kamu kelak. Lekaslah menarik diri.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Editor

Not that millennial in digital era.