Lawang Sewu! Siapa yang tidak tahu Lawang Sewu? Terkenal dengan keangkerannya yang dipopulerkan oleh acara TV “Dunia Lain”. Ketika seorang peserta sedang uji nyali di bawah tanah Lawang Sewu (bekas penjara dan tempat siksa dari orang – orang Jepang) dan melihat sosok kuntilanak di dekat pintu belakangnya. Selain ke angkerannya, Lawang Sewu, karya arsitek Belanda ternama, Prof Jacob F Klinkhamer dan Bj Queendag, mempunyai gaya arsitektur gaya – gaya Belanda yang sangat menakjubkan.
Dengan membayar Rp 5,000 – Rp 10,000 kalian dapat jalan – jalan mengelilingi area Lawang Sewu (yang dapat dikunjungi, ada beberapa tempat yang tidak diizinkan oleh pemerintah), tetapi jika bayar Rp 50,000, kalian mendapatkan tur oleh warga Semarang yang akan memberitahukan sejarah, ruangan – ruangannya, arsitektur, bagian – bagian tersembunyi, dan tangga – tangga di dalam gedung tersebut.
Aku menanyakan beberapa hal mengenai hal – hal gaib di gedung tersebut, dan warga tersebut (kita panggil dia Bambang saja) memberitahu aku kalau disini memang ada, seperti tempat – tempat lain. Setiap tempat pasti ada “penunggu”nya dan Lawang Sewu terkenal karena ada buktinya lewat TV Nasional. Kami melanjutkan tur di depan gedung A, dimana Bambang menjelaskan mengapa namanya “Seribu Pintu”. “Sebenarnya, Lawang Sewu itu nggak sampai Seribu Pintu, warga Semarang cuman memberi nama itu karena kelihatan banyak. Pada males abisnya”.
Sehabis itu kami pergi ke gedung B, di mana penampakan terkenal Lawang Sewu. Sebelumnya turis – turis dapat pergi ke dalam dan mengelilingi bawah tanah tersebut, tetapi karena peraturan baru sudah tidak diizinkan, hanya bisa melihat dari atas. Ketika melihatnya, Ayah aku mengusilikan aku dengan memegang aku seolah mau membuang aku ke dalam bawah tanah itu, yang menghasilkan tangan aku menjadi biru karena terbentur pilar dekat pintu bawah tanah tersebut.
Setelah itu kami pergi ke lotengnya. Sebelumnya aku tidak mau masuk ke dalam karena terlalu seram, takut tiba – tiba ada yang pegang tanganku atau kaki, kan nggak lucu! Akhirnya tetap saja ke atas karena penasaran juga.
Tangga menuju loteng tersebut sangat tinggi, mungkin karena orang – orang Belanda pada tinggi semua dan akunya yang pendek. Sampai di atas, banyak kelelawar terbang dan bergelantungan kesana – sini dengan mengeluarkan suara – suara mereka. Ayahku malah bercanda kalau ada Batman. Loteng tersebut sangat pengap dan gelap, jadi suka kebayang bagaimana cara orang – orang yang kerja disini bagaimana mematikan lampu – lampu ini. Pemandu wisatanya memberitahu aku kalau semuanya suka lari kalau sedang mematikan lampu gedung angker ini.
Akhirnya, kami akhiri tur ini dengan melewati perpustakaan Lawang Sewu yang masih bisa di kunjungi di siang hari. Ibu saya membayar pemandu wisatanya dengan nominal Rp 50,00 (sebenarnya harga Lawang Sewu berdasarkan pemandunya). Disitulah berakhirnya pengalaman aku sewaktu di Semarang untuk mengunjungi Lawang Sewu. Untung tidak melihat apapun yang aneh – aneh.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”