Aku tidak pernah menyangka hubungan kita telah berjalan hingga pada saat ini. Bukan hal yang mudah rasanya untuk mempertahankan supaya ego kita tidak saling menjatuhkan dan mengikis pondasi hubungan. Selalu bersama-sama menjadikan kita sudah terbiasa dengan tingkah laku masing-masing. Kamu memahami diamku, dan aku memahami duniamu yang ramai. Ada kalanya kita bertingkah ramai, tertawa keras-keras, tidak peduli orang sekitar seolah hanya ada kita berdua. Ada kalanya pula, kita saling mendiamkan. Tidak saling menegur sapa. Jika pun mengirim pesan hanya sekata-dua kata.
Dalam hubungan ini, terkadang kita juga dibingungkan dengan diri kita sendiri. Tiba-tiba merasa ada yang salah dalam hubungan yang dijalani, merasa kesal dengan diri sendiri, merasa bosan pada rutinitas saat menjalani hubungan. Hingga kemudian kamu, maupun aku mulai menghilang. Lebih tepatnya memberi jarak. Memberi ruang pada hati agar tidak semakin hanyut dalam perasaan negatif. Sampai pada saat dimana kita berdua memiliki kesibukan masing-masing. Ada hal-hal yang menjadi prioritas masing-masing dan lebih diutamakan ketimbang hubungan kita.
Percakapan menjadi semakin pendek. Durasi mengobrol jadi semakin singkat. Bertatap muka menjadi sangat sulit untuk dilakukan. Paling mudah ialah melihat story lewat media sosial. Dan mengetahui bahwa kamu baik-baik saja dari postinganmu, sudah cukup membuatku lega. Entah kamu sungguhan baik atau pura-pura. Yang jelas rasanya sudah tak senyaman dulu untuk bertanya ‘lagi apa?’ atau ‘hari ini ada sesuatu?’ Menjawab ‘baik-baik saja’ atau ‘hariku cukup buruk, tapi aku bisa melewatinya’ menjadi hal yang sulit dilakukan. Kita sama-sama tahu ada yang tidak beres dari hubungan kita. Lebih tepatnya kita yang tidak beres. Namun aku masih berusaha menganggap tak ada yang salah dari kita.
Hal yang membuatku merasa seolah tertampar adalah ketika aku menyadari kalau hanya aku yang berusaha menjaga agar hubungan tetap normal, tapi tidak denganmu. Hubungan kita sudah tak baik-baik saja sejak.. entahlah aku tidak tahu. Sekarang kamu tidak lagi mengizinkanku masuk ke duniamu. Kamu menyimpan cerita-ceritamu untuk dirimu sendiri. Tidak mau lagi berbagi denganku. Yah, mungkin ada alasan di balik sikapmu yang begitu. Mungkin kamu tidak mau merepotiku dengan ceritamu. Tapi asal kamu tahu, hal yang menjadi kesukaanku adalah mendengarkanmu bercerita.
Melihat bermacam ekspresi yang kamu tampilkan. Ikut tertawa ketika kamu bercerita hal konyol. Merasa terenyuh ketika kamu mengalami hari yang buruk, sambil kulontarkan kalimat penyemangat. Aku senang mendengarkan ceritamu, apa saja. Asal jangan sampai kamu bercerita tentang gadis lain yang dekat denganmu, aku tidak mampu. Aku tahu hubungan kita ini aneh. Kita tidak ada ikatan apapun tapi aku merasa takut kehilanganmu. Seringkali aku berpikir untuk tetap mempertahankan hubungan kita. Tapi sampai kapan? Pikiranku sudah memberi perintah untuk lepas dari hubungan tidak sehat semacam ini, tapi perasaan menolak dengan dalih masih ingin mempertahankan.
Kadang aku memaki betapa bodohnya aku karena memilih bertahan, tetapi kadang aku membesarkan hati agar berusaha lebih keras. Siapa tahu peliknya hubungan kita memiliki titik temu, berakhir dengan tujuan yang pasti. Untuk saat ini, harapanku hanya sekedar ingin kamu baik-baik saja. Bahagia dengan segala impian yang hendak kamu capai. Tak perlu pedulikan aku. Tidak masalah bila seiring berjalannya waktu kamu melupakan keberadaanku. Aku juga tengah mempersiapkan hati agar bisa menerima segala kemungkinan terburuk. Untuk saat ini, pilihan terbaik ialah menjalani kehidupan masing-masing.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”