Hari Raya Natal berlalu. Pernak-pernik natal masih menghias lorong-lorong di setiap jalan di tanah ini. Pohon natal masih berdiri. Aroma kue natal masih tercium. Saban malam, kerlap-kerlip dari lampu natal menghias rumah-rumah warga, menyapa para pengguna jalan. Di kandang natal menampilkan semangat kesederhanaan. Rasa damai di Hari Natal terasa hingga kini. Harapannya semangat Hari Natal terus terbawa di dalam hidup kita sehari-hari.Â
Beruntung di Hari Natal kali ini ada sukacita besar di dalam keluarga kami. Rumah kami, yang acap kali kami sebut dengan rumah tua, rumah yang amat sederhana, merayakan Hari Raya Natal dalam semangat penuh sukacita. Kami beruntung diberi kesempatan oleh semesta untuk menerima rahmat Tuhan dalam kondisi sehat walafiat, dirayakan bersama dengan anggota keluarga yang lain.Â
Di Hari Natal kali ini, bagi kami sekeluarga, ada yang berbeda, rasa bahagia menaungi kami di bawah atap yang sama. Sukacita di hari bahagia kali ini bukan datang dari barang mewah. Ia terlahir dari kesederhanaan, dari semangat yang tumbuh di dalam hati kami sekeluarga. Ia melampaui harta dan tahta, apalagi wanita.Â
Bagaimana tidak bahagia, penghuni rumah tua pada pulang berlibur di kampung. Anak-anak rumah tua yang sedang merantau dan mengenyam pendidikan di Pulau Dewata, akhirnya punya kesempatan untuk merayakan Hari Raya Natal bersama di rumah. Kedatangan mereka untuk melepas rindu, merayakan jarak yang terpisah sekian tahun, lalu merayakannya penuh kasih bersama dengan kedua orangtua dan saudara serahim lainnya.Â
Mereka tiba di awal Bulan Desember. Seisi rumah menyambut kedatangan mereka penuh sukacita. Seluruh kerinduan yang tertampung selama ini dirayakan dengan berpelukan. Sebelum tiba di Hari Natal, hari-hari saat bersama dirayakan dengan mengungkit banyak kenang di masa kecil. Seketika ada rasa yang menyeruak di dalam hati sebagai sesama saudara serahim. Tuntutan untuk mendulang harap di tempat lain kadang memisahkan antara orangtua dan anak-anaknya. Amat menyedihkan memang, tetapi mau bagaimana lagi. Bukankah kita ditakdirkan untuk terus melanjutkan hidup setiap harinya?
Malam setelah perayaan natal, kami memberi ucapan selamat natal pada kedua orangtua kami. Di dalam ucapan saat bersalaman terus dipanjatkan doa dan harap agar di masa depan tetap merayakan natal bersama-sama. Selebihnya kami mengucapkan maaf atas segala tingkah yang salah dan penuh angkuh. Seluruh permohonan maaf itu dibalas dengan doa dan harap dari mereka sembari meminta maaf atas segala keliruan di masa lalu.Â
Tak sampai di situ, ucapan selamat natal turut disampaikan pada saudara serahim. Kami bersalaman satu sama lain, ditambah dengan saling berpelukan, mengucapkan maaf atas segala dosa dan salah. Doanya seperti yang diucapkan pada kedua orangtua kami. Tentu dengan sejuta harap yang menggantung, kiranya semesta selalu memberkati ayunan langkah di hari-hari yang akan datang, dilimpahkan kesuksesan dalam pekerjaan dan perkuliahan.Â
Natal memang perayaan sukacita. Ia mengajarkan pelbagai banyak nilai kehidupan. Ajaran untuk hidup dalam kesederhanaan itu merupakan semangat natal. Harapannya agar semangat itu termaktub di dalam kehidupan sehari-hari, virusnya tersebar dalam kehidupan bersama. Tak boleh hidup hedon, apalagi apatis terhadap kehidupan orang-orang di lingkungan sekitar.Â
Demikianlah sebuah perayaan selalu meninggalkan banyak pembelajaran. Semangat untuk hidup bersolider dengan sesama hanya dapat diterapkan saat hati bersukacita. Semoga kita selalu diberi karunia untuk terus-terusan bersukacita, baik dalam kehidupan keluarga maupun dalam kehidupan bermasyarakat. Selamat Hari Raya Natal!Â
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”