Ibun…
Panggilan seorang anak terhadap wanita yang telah mengandung selama 9 bulan dan merawat serta mendidikku selama nadinya masih berdenyut, beliau wanita kuat tangguh serta sabar yang ada dalam hidupku.
Cukup singkat bagiku untuk berada di sampingnya, keadaan dan takdir lah yang memisahkan aku bersama ibun. Dalam usiaku yang beranjak dewasa merasakan kehilangan sosok ibu, sangat hancur perasaanku, dan membuatku putus semangat namun aku harus bangkit dari kepurukan ini. Aku harus bangkit demi Bapak dan Abang. Aku harus bisa melawan kesedihan ini karena semua yang ada didunia ini tidak ada yang “abadi”.
Kita ikhlas ditinggal ibun karena memang ini jalan yang terbaik untuk beliau, kurang lebih 8 tahun beliau sakit namun beliau tetap semangat menjalani hidup dan masih mengurusi keluarga kecil ini.
Ibun wanita yang tiada duanya di dunia ini bagiku, tidak ada peran yang lebih mengagumkan bahkan mengesankan selain peran sebagai seorang ibu. Peran menjadi ibu bagiku tidaklah mudah apalagi beliau dalam keadaan tangan dan kaki bagian kiri tidak sempurna karena penyakitnya (stroke) yang dideritanya semenjak aku masih duduk di bangku SD.
Wanita menciptakan kehidupan yang baru sejak pertama kali wanita memutuskan untuk menikah lalu mengandung dan menjadi seorang ibu untuk anak-anaknya. Tugas utama seorang wanita (ibu) tidak bisa tergantikan karena Allah SWT telah menetapkan bahwa wanita lah tempat dimana generasi manusia diciptakan dan tempat menghasilkan ASI (air susu ibu) sebagai makanan terbaik diawal kehidupan.
Bertahun-tahun aku merasa sedih dan terpukul melihat ibun yang begitu semangatnya merawat diriku serta keluarga kecilnya dalam keadaan seperti itu. Berobat kesana kemari sudah kami lakukan untuk kesembuhan ibun namun Allah lebih sayang pada ibun.
Jumat 17 Desember 2010 ibun tertidur pulas untuk selama-lamanya dalam pelukan bapak. Hatiku sangat hancur dan tak terbendung air mata ini turun dengan sendirinya namun bapak malah memarahiku, “de kamu harus ikhlas jangan terlalu kalut dalam kesedihan. Boleh nangis tapi jangan mengeluarkan suara, kasihan ibun sudah tenang,” begitu cepat ibun meninggalkanku .
Hari demi hari ku jalanin dengan kuat karena harus melanjutkan sekolah, saat ditinggal ibun aku maasih duduk di kelas X sekolah menengah atas (SMA). Sebelum ibun meninggalkanku ada satu obrolan bahwa ibun pengen aku menjadi bidan dan alhamdulillah sekarang aku sudah menjadi anak yang ibun inginkan.
Saat setelah wisuda air mataku tak terbendung lalu aku bicara sama bapak bahwa aku ingin pergi ke tempat peristirahatan ibun karena aku tidak pernah pergi ke makam karena tidak diperbolehkan. Akhirnya pergilah aku, bapak, dan abang ke makam ibu. Disana air mataku menetes rasa syukur bisa menjalani amanat yang almh inginkan.
Sekarang aku sudah bukan anak kecil lagi yang harus mengandalkan orang tua. Hari demi hari, tahun berganti tahun, usia bapak sudah semakin tua, semakin sering sakit, dan aku harus berjuang demi bapak. Aku harus bisa membahagiakan bapak selagi beliau masih ada disisiku. Terkadang aku iri dengan keluarga lain yang masih utuh, masih bisa kumpul berbincang-bincang bahkan bisa jalan bareng keluarga.
Namun tak bisa dipungkiri itu sudah tidak bisa terjadi pada keluargaku. Abang yang sudah sibuk dengan rutinitasnya, bapak yang sudah mulai tidak bisa kerja terlalu capek, bahkan aku yang sibuk dengan kerjaanku. Ingin rasanya aku mengabdi kerja di plosok negeri ini namun keadaan yang tidak memungkinkan berat hati untuk meninggalkan bapak dirumah sendirian.
Tak terasa 7 tahun sudah ibun jauh dariku. Raganya memang sudah tidak terlihat namun beliau selalu ada dihatiku, selalu menjadi motivasi bagiku untuk tetap berjuang menjalani kehidupan yang sangat keras ini. Rasa rindu ini semakin hari semakin dalam untukmu ibun, hanya lantunan doa yang tak pernah berhenti aku lafalkan untukmu "rabbighfirli waliwalidayya warhamhuma kama rabbayani shaghiran"
Artinya : "Ya Tuhanku, ampunilah dosaku dan dosa ayah serta ibuku, kasihanilah mereka sebagaimana kasih mereka padaku sewaktu aku masih kecil".
Alhamdulillah jaza killahukhoiroh ibun sudah mengajarkanku arti kehidupan dan sabar meski hanya sebentar. Namun banyak pelajaran yang aku ambil dari ibun. Ibun sudah menjaga, merawat, dan membesarkanku hingga aku berhasil menjadi wanita yang ibun inginkan. Semoga ibun bahagia dan tenang di alam sana.
Semoga kita bisa bertemu dialam sana nanti ya, Bun. I miss you so much.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”