Kalian pasti tau kan berdirinya pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Para guru dan siswa sangat berperan aktif dalam proses pembelajaran guna menciptkan suasana belajar yang kondusif. Untuk mengembangkan potensi kognitif dan keterampilan tenaga pendidikan bertanggung jawab untuk membimbing dan mengajar murid-murid tentang norma-norma yang berlaku. Nah, cara untuk mewujudkan tujuan ini dengan cara ditanamkan sikap disiplin, tanggung jawab, berani, dan mampu melawan rasa malas (Zuhri,2017).
Kita sudah sering sekali mendengar kasus tentang kekerasan yang terjadi di lingkungan sekolah yang justru dilakukan oleh seorang siswa atau bahkan guru. Sudah banyak juga kasus kekerasan yang sudah didapatkan oleh murid Sekolah Dasar bahkan yang masih menginjak kelas 1 SD. Para guru biasanya melakukan kekerasan kepada murid yang melakukan kesalahan dengan cara memberikan hukuman. Tetapi dengan perkembangan zaman, sudah tidak banyak lagi seorang guru yang memberikan hukuman kepada muridnya dengan cara kekerasan.
Kalian tau ga sih apa itu teori hukuman? Ya, jadi teori hukuman adalah salah satu metode yang digunakan untuk meningkatkan perilaku yang diinginkan dan mengurangi perilaku yang tidak diinginkan. Nah hukuman ini ada tujuannya, yaitu untuk mendisiplinkan diri sendiri. Memberi hukuman kepada anak-anak ataupun orang dewasa bukan hal yang salah, justru hal ini merupakan sesuatu yang harus dilakukan. B.F. Skinner meberikan gambaran bahwa ia memberi perhatian yang khusus pada pendidikan fisik terutama yang berkaitan dengan permainan, kesukaan sang anak, bahkan sampai hukuman fisik yang nanti akan diterima anak (Zuhri, 2017).
Seperti yang kita tahu pendidikan anak di masa kanak-kanak sangat berpengaruh untuk menentukan kehidupan sang anak kedepannya, dan tentunya pendidikan karakter juga akan berpengaruh pada kepribadian sang anak di masa depan. Karena dengan kita memberikan pendidikan karakter pada anak sejak kecil, nantinya hal itu akan membantu anak untuk menanamkan kebiasaan baik, serta menumbuhkan sikap berperilaku sang anak terhadap keluarga, teman, hingga orang tidak dikenal yang dia temui nanti. Selain guru di sekolah kanak-kanak, orangtua juga berperan penting dalam mengajarkan anak tentang pendidikan karakter, karena guru pertama bagi seorang anak adalah orangtuanya.
B.F. Skinner mengemukakan bahwa teknik kontrol yang paling umum dalam kehidupan kita sekarang adalah hukuman. Namun hukuman sendiri juga tidak selalu memberikan efek yang baik, karena dengan adanya hukuman juga dapat memberikan efek samping. Dalam buku B.F. Skinner yang berjudul Science and Human Behavaior, efek samping dari hukuman yang pertama adalah penguat negatif, penguat negatif ini hanya dilakukan pada kondisi yang mendesak, karena di penguat negatif merupakan langkah untuk memberhentikan situasi yang tidak diinginkan, contohnya ketika kita sedang melaksanakan shalat tarawih di masjid, namun sang anak terlalu asik bercanda sehingga menimbulkan ketawa yang cukup keras, kita bisa mencubit anak itu, cubitan ini akan mendapatkan respon yang ampuh untuk menekannya (Skinner, 1953).
Kedua, perilaku yang terus menerus dihukum akan menjadi stimulus respon terkondisikan yang akan membangkitkan perilaku yang tidak sesuai, padahal maksud dari hukuman seharusnya memiliki efek yang mengikat. Tujuan kita memberikan hukuman dengan harapan bahwa anak tidak akan melakukan hal yang sama dan akan melakukan perubahan dalam hidupnya . Contohnya, kita menghukum anak terus menerus karena anak tersebut melakukan perbuatan berbohong, perilaku tersebut tidak mudah untuk ditentukan karena respon verbal tidak dengan sendirinya. Dalam kondisi ini, unsur utama yang disebut kesalahan, malu, dan dosa bangkit kembali dari perilaku yang dihukum berat (Skinner, 1953).
Kalian harus tahu kalau hukuman berat memiliki efek yang cepat dalam mengurangi kebiasaan anak dalam bertindak sesukanya. Tetapi untuk jangka panjang, hukuman tidak benar-benar menghapus perilaku tersebut. Oleh karena itu, Skinner memberikan cara lain agar tidak ada hukuman pada proses pendidikan anak, dengan cara melemahkan kondisi operan. Contohnya ketika sang anak terlalu sering dihukum, kita bisa mengganti dengan memodifikasi keadaan (Zuhri, 2017).
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”