Hujan di Penghujung Bulan Desember, Menyimpan Beribu Kenangan

Hujan, yang menyimpan beribu kenangan di penghujung bulan Desember itu mampu membuatku kembali pada masa lima tahun silam. Saat itu aku tengah menulis sebuah kisah yang suatu saat menjadi kenangan bagiku. Entah sengaja ataupun tanpa aku sengaja. Masa depan yang aku maksud saat itu adalah hari ini. Hari-hari yang mampu membuat aku tersenyum dan bersedih pada saat yang hampir bersamaan.

Advertisement

Desember lima tahun silam, seekor love bird yang aku anggap sebagai kekasih telah mengungkap bahwa aku ternyata bukan kekasihnya. Bagaimana mungkin sepasang kekasih sang pencintanya hanya satu? Ya, kala itu sang pencintanya benar-benar hanya ada satu. Aku mengerti dari kicauannya tentang sebuah lagu yang ia nyanyikan. Lagu dengan judul cinta. Lagu itu yang mampu menyayat relung hatiku yang terdalam.

Aku seekor Gagak yang hanya mampu meneteskan air mata dari kejauhan. Dari sebuah pohon rindang, tinggi menjulang. Dari sebuah pohon yang nanti akan membuatku jatuh dan hancur berkeping-keping. Aku sadar, bahwa tetesan air mata saat itu tidaklah sendiri. Tetesan itu juga di sambut oleh bumi yang sedang menangis, meneteskan berjuta-juta air dari langit. Seakan ia mengerti bahwa ada seekor Gagak yang hatinya sedang tersayat oleh tajamnya pedang asmara. Mungkin begitu.

Entahlah, mungkin aku memang Gagak yang bodoh, yang sengaja pura-pura tersenyum dalam tangis. Juga pura-pura bahagia dalam sedih. Karena saat itu yang kulihat dengan mata kepalaku adalah dua ekor burung love bird yang saling menebar senyum satu sama lain. Yang saling bermesraan satu dengan yang lain. Mereka riang di bawah hujan pada penghujung bulan Desember itu.

Advertisement

Aku hanya berpegang teguh pada cinta, bahwa cinta tidak akan pernah marah, cinta tidak akan pernah saling menyakiti, cinta juga tak akan pernah benar-benar harus saling memiliki dan cinta tidak akan pernah membiarkan sang pencintanya bersedih. Lalu saat itu juga aku tulis puisi tentang kenangan pada hujan di penghujung bulan Desember itu.

Hujan di penghujung bulan desember itu adalah kenangan tentang cinta seekor Gagak yang sedang menemui titik statis. Harus berhenti, harus berfikir, harus bersandar dan harus bertanya lagi tentang hakikat cinta pada dirinya sendiri. Terimakasih cinta, kau membuatku kembali hidup dalam kematian. Kau telah membuatku bangkit ketika cinta ini pupus. Terimakasih telah menunjukkan kesucianmu padaku.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

berbagi itu indah, selama kita masih bisa dan mampu untuk berbagi tentang apapun itu kenapa tidak ? karena tidak menutup kemungkinan apa yang kita alami di butuhkan oleh orang lain.

Editor