Beberapa hari yang lalu, sebuah video mengejutkan menangkap seorang pria Iran yang berjalan dengan bangga sambil menenteng kepala wanita yang sudah terpenggal. Dalam rekaman mengerikan tersebut Sajjad Heydari menyeringai berjalan menyusuri lingkungan daerah Ahvaz dengan memegang pisau besar di tangan kanan dan kepala istrinya sendiri yaitu Mona Heydari di tangan yang lain.
Sungguh malang nasib gadis remaja ini, di usia 12 tahun Mona dipaksa menikah dengan pelaku yang mana Sajjad juga merupakan sepupunya sendiri. Ditambah lagi menurut komite wanita dewan nasional Iran, Mona kerap mengalami kekerasan dalam rumah tangga dari suaminya sejak lama dan beberapa kali meminta cerai namun selalu ditolak, Mona yang masih 17 tahun itu akhirnya hanya bertahan demi putranya yang masih berusia 3 tahun.
Habis kesabaran, ia kemudian lari ke Turki membawa serta putranya itu. 4 bulan hidup di negara lain, Mona pun kembali ke ahvaz karena merasa kesulitan hidup sendiri, ditambah bujukan dari keluarganya untuk pulang ke Iran dengan janji bahwa ia tidak akan disakiti lagi.
Sayang keputusannya itu adalah kesalahan terbesar dalam hidup ibu muda ini, beberapa hari setelah kepulangannya, suami dibantu iparnya dengan tega mengikat tangan dan memenggal kepalanya. Tubuhnya dibiarkan diluar rumah dibalut dengan selimut sedangkan Sajjad mengarak kepala istrinya tersebut di sepanjang jalan dengan tersenyum bangga.
Petugas kepolisian telah menangkap kedua pria biadab tersebut dan diketahui motif atas aksi pemenggalan Mona Heiydari adalah Honor Killing atau Pembunuhan demi kehormatan.
Honor Killing terjadi di banyak tempat di dunia, namun kebanyakan dilaporkan di negara-negara yang menganut sistem patriarki seperti daerah timur tengah dan Asia Selatan. Di Iran sendiri Honor Killing bahkan sudah seperti tradisi, dikutip dari Middle East Edu, 400-500 perempuan di Iran dibunuh atas dasar melindungi kehormatan para pria, pembunuhnya biasanya adalah keluarga sendiri seperti ayah, suami atau saudara laki-laki.
Honor Killing menjadi pembenaran untuk membunuh perempuan karena dianggap membawa aib bagi keluarga, misalnya menolak kawin paksa, menjadi korban pemerkosaan, melakukan perselingkuhan dan perzinahan, serta bercerai. Perempuan-perempuan ini dijadikan objek kepemilikan atas kerabat mereka sendiri dan jika dianggap mencoreng nama baik, maka kerabat laki-laki mengambil tanggung jawab untuk mendapatkan kembali kehormatan tersebut dengan cara membunuh keluarga perempuannya.
Peningkatan korban Honor Killing yang signifikan disebabkan karena perempuan menjadi lebih sadar akan hak-hak mereka untuk memilki kebebasan dalam memilih pasangan, menentukan pendidikan serta pekerjaan. Namun di saat yang sama para laki-laki ini justru tetap konsisten dengan keyakinan kolot bahwa perempuan adalah makhluk kedua, mereka menikmati memiliki kekuatan untuk mengendalikan perempuan dan menolak perubahan budaya sehingga tidak segan-segan membunuh anggota keluarga perempuannya sendiri.
Alasan lainnya adalah sistem hukum di negara patriarki yang mewajarkan terjadinya kekerasan terhadap perempuan. Mona Haydari bukanlah korban pemenggalan pertama di Iran, kurang dari 2 taun yang lalu Romina Ashrafi yang berusia 14 tahun dipenggal ayahnya sendiri karena mencoba lari dengan laki-laki yang ia cintai, lemahnya sistem hukum di Iran bagi pelaku membuat ayahnya hanya dihukum 9 tahun penjara. Hal tersebut tentu saja menimbulkan kemarahan publik dan memicu seruan untuk mereformasi undang-undang perlindungan perempuan dari kekerasan rumah tangga dan usia legal untuk menikah.
Setelah pembunuhan Heydari, seruan dihidupkan kembali untuk mereformasi undang-undang yang tertunda. Dikutip dari Radio Free Europe/Radio Liberty, Wakil presiden Iran dalam urusan perempuan dan keluarga, Aniseh Khazali mengatakan bahwa parlemen menempatkan tinjauan mendesak RUU tersebut dalam agendanya setelah memperbaiki kekurangan. Khazali juga menambahkan bahwa pengadilan akan memberi hukuman paling berat terhadap Sajjad Heydari beserta saudara laki-lakinya.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”