Krisis HidupÂ
Angin-angin disertai hujan menghampiri kami yang hanyut dalam tengkar tiada berujungÂ
Tidak ada yang diterbangkan saat itu kami sama-sama terdiamÂ
Pohon tumbang tak absen malam harinyaÂ
Disambut juga dengan kilat-petir tiada henti menyambar separuh nyala, separuh gelap, separuh kehilangan rasa akan penat
Dalam-dalam bayangan kehidupan menghampiri: menyergap: membunuh bahagia-bahagia yang hendak dicipta
Dalam-dalam benang kusut dan berbelit timbul tenggelam jua hadir tanpa menemukan yang merah
Gambaran yang terjadi dalam kisaran pikir di atas 23 tahunÂ
Ngeri dan harus dijalaniÂ
Sedih dan masih terus dijalaniÂ
Mengharuskan jatuh bangkit lagiÂ
Mengusahakan berusaha bermimpi setinggi-tingginya menunggu waktu pohon yang tumbang memanggil temannya ikut tumbang dalam larik-larik jalanan berlumpur dan bergelombangÂ
Â
Belum sempat reda ditambah garam yang memperparah lukaÂ
Corona datang bawa hingar-bingar di usia ini tak lagi matangÂ
Sebab sudah keterlaluan matangnya, jadi busuk tak lagi enak di makan
Usia ini dimakan bosan, bekerja katanya cari uang tapi tak nikmat dihantam lagi hujan, pohon tumbang, dan petir nyala-nyala
Â
Merawat HidupÂ
Sejak sadar
Dalam kandungan,aku dirawat dengan perhatianÂ
Dilahirkan, tiada lagi yang peduli kecuali aku sendiri dalam menyambut keduniawian
Cemas-cemas takut yang disebut anxietyÂ
Rasa-rasa tidak aman yang disebut insecureÂ
Tidak seperti serangga yang habis menggigit menghampiri kemudian matiÂ
Dua buah itu semakin kebal setelah mencoba merenggut pikiran rumit dan ketidakdamaian hati
Sekali lagi cuma aku
Cuma aku yang bisa membasmi meski aku harus terus-menerus meminta waktu agar hidup jadi terawat seperti aku dalam kandunganÂ
Cuma aku juga yang buat batas-batas hidup jadi pilihan setelah dilahirkan
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”