~ Di Tengah Kemarau, Hujan ~
Â
Melihatmu
Di sini lagi
Beribu rasa bergejolak
Dalam sanubari yang ringkih
Â
Bagai rinai hujan yang turunÂ
Di kala padang sukma tandus oleh kemarauÂ
Dulunya hanya seutas mimpi-mimpi
Kini membelai lembut bagai embusan angin
Â
Sudah berapa lama
Saat diri ini pergi
Bayangmu selalu terlintas di tengah dahagaku
Dalam menempuh semesta yang teramat terik
Â
Walau hanya sejenak
Wujudmu seakan mengguyur sejuk
Kalbu yang gersang nan rapuh
Karena merindumu
Â
Mungkin ku menemukan perbedaan
Tapi jejak yang dahulu pernah kutinggalkanÂ
Masih bisa kususuri
Dengan keyakinan bahwa itu takkan pernah pudar
Â
~ Mimpi di Penghujung Rindu ~
Â
MentariÂ
Yang kian terbenamÂ
Mulai meninggalkan garis warna jingga
Â
Dalam mata terpejam
Dirimu dan yang lain menghampiri
Waktu seakan mundur
Â
Kau memenuhi ruang kosong di sanubari
Yang usang karena sekian lama ditinggalÂ
Pertemuan yang terulang lagi
Â
Ku melihatmuÂ
Rasa ini begitu dekat
Sama seperti saat kita berada di jalan yang sama
Â
Ini memang tak nyata
Namun perasaan itu menjawab sebagian rindu yang penasaran sedari dulu
Akankah kita bisa menemukan kesempatan yang sama?Â
Â
~ Di Garis Realitas ~
Â
Termangu
Memandang kelabu
Di jalan pulang
Bersanding dengan bayang-bayang
Â
Angin sore menerpa ragaku
Membangkitkan hasrat yang hampir layu
Karena beribu kebimbangan
Yang tak kunjung usaiÂ
Â
Orang berlalu-lalang
Dengan menenteng kisah di genggamannya
Melalui hari dengan peluh dan keluh
Menjemput mentari bersama harapan
Â
Diam
Raga ini membeku
Oleh segala pertanyaan-pertanyaan
Yang menghujam benak tanpa tahu asalnya
Â
Langkah harus berlanjut
Bersama bumi yang terus berputar
Sejatinya tiap jiwa yang bernafas
Kan berlabuh jua di pelabuhan yang tepat
Â
~ Kepadamu yang Menuai Asa ~
Â
Jalan yang sepi
Membuat suara-suara yang tak karuan di telinga
Ada yang memaksa tuk lari
Tetapi kaki membeku dengan segala ketakutan yang rumitÂ
Â
Malam terasa panjang
Tanpa ada bintang satupun
Mata terpejam tapi kalbu selalu saja diburu
Oleh rasa yang tak bisa dijelaskanÂ
Â
Kini ketika membuka mata
Sesuatu yang selama ini tak pernah terduga
Terlukiskan di mataÂ
Sesuatu yang sedang berusaha merangkul rasa kecamuk yang tak terobatiÂ
Â
Itu dia
Secercah cahaya yang telah lama dirinduÂ
Senyuman yang hangat
Membangun dinding-dinding baru dalam dada
Â
Pertemuan melahirkan rasa yang telah lama menghilang
Walau itu bukan sebelumnya
Sekiranya tubuh ini bisa merasakan lagi
Sentuhan angin musim di mana bunga-bunga bermekaranÂ
Â
Tangan ini pun bisa memeluk sesuatu yang berhargaÂ
Yang tadinya hanya bisa menyeka air mata dan keringatÂ
Walau semua memiliki masa
Goresan asa ini kan menjadi alasan tuk mimpi yang baru di depan sana
Â
Terima kasih yang bisa terucap
Di lubuk hati hanya mampu berdoa
Meskipun nanti bertemu jalan tanpa arah sekalipun
Senyum itu harus tetap merekahÂ
Â
Â
Oleh
Melinda Kusuma Wardani Djapur
Â
Â
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”