Puisi 1 : Hunian
Bahkan kau tak pernah menyentuhku
Kecuali saat kita bersalaman
Katamu, aku wanita berharga
Yang tak boleh disentuh sembarang insan
Apalagi kau, terlebih lagi orang lain
Katamu, kau harus terus ada di sampingku
Karena sekelilingku begitu buas ingin menjamah
Katamu, kau akan terus menjadi pagar di rumahku yang berhalaman luas
Hijau, berkerikil tapi tak ada bunga
Aku tak begitu pandai merawatnya
Meski tanpa wangi bunga.
Katamu kau senang karena aku tak pernah lalai untuk menjaga rumput agar tak menjadi semak belukar
Hanya saja kau lupa
Rumahku tanpa pintu
Jendelanya sudah kuan hitam ditutupi debu
Mengapa terus kau kokohkan pagar
Saat hunian ini tak lagi layak huni
Mari kita bekerja sama
Aku juga ingin ada orang yang bertamu
Â
Puisi 2 : Aku Lupa Menyeduh KopiÂ
Saat panasnya siang berkontradiksi dengan langit yang mendung
Kau datang dengan senyum
Untuk membersihkan bagian yang telah usang oleh debu
Kau kini telah berkawan mesin
Tak lagi bekerja dengan tangan-tangan yang kini telah ditutupi lemak
Tampaknya kau semakin malas semenjak paham cara kerja listrik dan baterai
Tapi tentu saja, kau terus bersedia barangkali sekali untuk tiga bulan
Datang menjumpaiku dan masih malu-malu
Tidak ada ibuku, kau jangan berani masuk melebihi batas pintuÂ
Di teras saja,
Harga mahal untuk menjumpaiku dengan untaian penjelasan murah yang selalu kau andalkan
Aku rindu, hanya kau yang dapat memahamiku
Pastilah, tentulah, yakinlah..Â
Bahkan Ibumu tak lagi ingin tahu tentang hembusan napasmu
Entah asap atau darah yang keluar dari mulutmu
Hanya aku yang masih membelai rambutmu
Hingga kau dapat tertidur pulas di siang yang panasÂ
Tanpa cacian, makian, dan tatapan menjijikkan
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”