Puisi 1 :
Ku kepakkan sayapku, bersiap menuju peraduanÂ
Cerahnya hari menggambarkan indahnya penciptanya
Bekalku sudah penuh, saatnya aku berlabuhÂ
Berputar mengelilingi semaraknya negeri
Tanah air yang menakjubkan
Segalanya terlihat saat aku terbang dari labuhanku
Beragam warna ku temui
Hijau pepohonan terhampar nyata, permadani alam mempesona
Membuat siapapun berdecak kagum
Birunya laut, singgasana menyejukkan hati
Rumah bagi setiap yang hidup dan mencari penghidupan
Terlihat putih hamparan edelweiss di puncak gunung
Pembersih bagi setiap jiwa yang luka
Puisi 2 :
Aku berhenti sejenak, mengistirahatkan raga
Hinggap pada sebuah batang serbaguna
Angin lembut merayuku, membiarkan larut dalam pelukan
Mencari arti dalam nyanyian bunga di setiap senja
Mereka yang ramah menyuruhku turun, memberiku remahan roti
Indahnya kehidupan di pulau yang mereka sebut Jawa
Puncak tertinggi para dewa ada di sini
Labirin keuntungan serta warisan dunia
Saksi bisu kehidupan masa lalu ada di sini
Borobudur mengukir sejarah, menghentakkan asa, mengusap keraguan
Anggunnya menyeruak tabir, mengubah takdir
Sayang aku harus beranjak
Masih banyak yang harus kutemui, menjelajah bumiku
Selamat tinggal Jawa, lukisan Tuhan karya bertahan
Puisi 3 :
Ku ikuti bayu dan terbang searah dengannya
Mentari membungkukkan dada
Ia berbisik kepadaku, senangnya menerangi permadani hijau
Mengumpulkan kekuatan untuk sendi energi yang terpacar
Rona-rona semu bayangan yang bersinar
Melewati samudera semu terbawa ayunya laut
Beradu langkah dengan dinginnya malam, disertai musim yang temaram
Maka sampailah aku di kaki gunung Agung
Awan yang semakin kelabu memaksaku singgah
Banyak anak Adam berpakaian suci
Menaiki setapak demi setapak kaki gunung dengan gembira
Di tangan mereka terdapat banyak sesajenan
Kami beradu pandangan melintasi jalan terjal pegunungan
Mempesona bak sepertiga atau bahkan separuh surga
Bebatuan tersusun rapi jali, jelmaan alami karya pencipta
Mereka sembahyang dan berserah
Puisi 4 :
Aku mengkuti sekawanan terbang
Kulihat para pencari ombak bersiap untuk bermain bersama riuh rendahnya air
Dari pelataran langit, terlhat para pelayar tertawa dengan jenaka
Puas akan hasil tangkapan ikan yang banyak
Pesisir ini menyentuh kalbu, menyeruak lubuk hati
Pantulan matahari sore, menambah birunya laut
Acap kali amuk ombak menghantam bibir pantai
Tak menyurutkan rasa untuk menikmati desah pasir menggelitik
Mendengarkan nyanyian pelepah kelapa di dekat karang
Seakan tak sudi untuk berpaling memecah kebisuan senja
Kegelisahan setiap insan, kedukaan diri
Hilang sudah tersapu lidah air yang mengalir, menyentuh jiwa para pengembara
Menghantarkan kabar baik bagi yang ingin mengoyakkan gelisah dan nyeri bersarang
Keangkuhan lenyap sudah bersama metafor resah
Rasanya tak ada yang sudi untuk beranjak bahkan sekedar berpaling
Mengeja takdir dengan anggunnya muara pasir berkilauan
Berlapis berlian tak mampu menghentikan sejuknya bayu pantai ini
Dan saat aku kembali tersadar dari lamunanku
Aku telah sampai pada suatu titik, dimana waktu kembali ke dalam ruh manusia
Bermanuver ria ke dalam bayangan, aku menenpi ke dermaga
Perjalaan ini masih panjang
Tapi mana bisa aku melewatkan setiap irama desirnya penuh penghayatan dan sarat akan makna duniawi
Lidahku terasa kelu untuk pergi, buah dari perjalanan panjang serasa dapat membayar jauh jarak yang ku tempuh
Negeri elok yang mereka sebut Bali
Â
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”