Menghitung Cinta
Satu dan dua, kita di pertemukan semesta dan hampir bersama.
Tiga dan empat, aku bersyukur pernah merasakan sempat.
Lima dan enam, semuanya hilang dan selamanya terbenam.
Hanya ada enam hitungan saja, sebab hitungan selanjutnya bukan lagi aku yang berada di sana di relung hatimu yang terdalam.
Begitu cukup dihitung dan kau bisa mengulang kisah dengan lain pesona.Â
Tak perlu kaya rasa, karena kau memang bebal perihal romansa.
Bila andai berhenti menghitung tak di ijinkan.Â
Maka tujuh dan delapan, kau bersuka cita sedangkan aku jatuh kesakitan.
Hitungan selanjutnya, kau hidup sentosa dan aku binasa.Â
Luka hati
Hancur hati ini. Di saat kau pergi.
Meninggalkan ku disini bersama bayang –bayang mu.
Haruskah aku meluapkan rasa ini pada luasnya samudera?
Ataukah aku harus memendamnya sedalam lautan?
Sesak di dada semakin aku rasakan, Saat gumpalan awan berwarna jingga di ufuk senja.
Menorehkan luka yang membungkam rasa,
Tentang cinta yang terbuang sia-sia, Tentang aku yang mulai kesepian.
Malam pun mulai membentangkan sayapnya.
Dimana aku ingin luruh dalam senyapnya.
Untuk mengobati luka yang membiru.Â
Dibawah terangnya rembulan, Dan bintang-bintang yang cemerlang.
Nisrina Chandra Sagita
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”