Halo… Untuk post kali ini, aku mau berbagi cerita tentang awal mula aku mengenal dunia kpop. Hayoo… mesti penasaran ya.. ya.. ya.. Enggak? Ah okelah, aku nulis ini juga cuma buat ngelampiasin hasrat menulis yang tiba-tiba muncul dengan bergejolak. Okelah, karena jari-jari udah gelisah dari tadi, kita langsung aja.
Oke, awal mulanya, aku itu adalah sosok yang benci sama kebudayaan luar negeri.
Jangankan Kpop, lagu-lagu yang berbasaha Inggris pun nggak ada yang nyantol di hati sampe gak ada yang disimpan. Wah, katrok banget ya. Tapi jangan salah, aku itu udah mengenal internet sejak kelas enam SD. Yang kalau buat anak seusiaku ‘jaman dulu’ masih suka jalan sana sini gak pake baju, main petak umpet, dll. Aku udah bisa mainin mouse komputer sekedar memegang dan mengoperasikan tampilan windows mengetik dan mematikan komputer. Ya, meski berbekal ilmu dari sekolahan. Selama aku bisa main internet, paling pol buka cuma tiga tab yaitu Games, youtube, facebook sama primbon. Oke, itu adalah website yang harus aku kunjungi setiap pergi ke warnet. Dan nggak pernah, aku ngetik’ kpop, berita terbaru kpop, dan lain-lain di kolom search google. Bahkan, saat dulu lagi boomingnya acara drama Korea gitu, aku gak tertarik sama sekali. Suatu hari pernah ada temen yang nanya.
“Eh rahmat, kamu kalau suruh milih antara I-Pop sama K-Pop milih mana?”
"Jelas I-Pop lah” dengan santainya aku menjawab pertanyaan itu. Namanya karma kali ya?
Jadi bisa dibilang, aku anti banget sama yang namanya kpop. Entah kenapa kok sekarang bisa tergila gila. Dan semua itu berlanjut sampai aku lulus SD. Sampai aku menetap di Sidoarjo, sampe aku naik kelas 2 SMP, sampe aku mulai jadi fansnya Harry Potter, sampe aku udah bisa pakai motor, dan sampe angkot-angkot nurunin penumpangnya semua. Aku masih jadi anti K-Pop.
Kenapa emang kok jadi anti K-pop?
Yah, adalah alasan yang umumnya dijawab oleh anti Kpop. Mulai dari cowoknya banci, banyak yang operasi plastik, sampai lagunya susah dimengerti karena nggak tau bahasanya. Tapi, setelah jadi Kpopers, ternyata nggak semua yang aku pikirkan dulu itu bener.
Contoh; kalau cowok Korea itu banci, nyatanya banyak dari aktor Korea yang bisa bela diri. Nggak jarang juga anggota boyband yang punya ABS. Jadi, mereka gak bisa dikatain banci hanya dengan alasan suka pake make up. Iya kan? Menurutku sekarang, alasan yang paling logis untuk anti Kpop itu karena sebagian besar belum mengerti tentang Korea. Kan seperti kata pepatah, tak kenal maka tak sayang.
Nah, dan itulah aku selama beberapa tahun buta akan dunia Kpop. Aduh, kok dari tadi jadi cerita keantian sama Korea ya? Kapan mulainya jadi Kpopers ini? Iya… bentar lagi nyampe kok. #HipweeDaebak 2020
Awal mulai dengan BTS
Suatu malam di bulan Juli, temanku yang Army BTS tiba-tiba mengirimkan link video klip “Spring Day”. Mungkin ini waktunya aku membuka diri dengan K-Pop? Videonya dimulai dengan V berdiri di stasiun kereta. Dia tiba-tiba berlutut dan meletakkan kepala di rel kereta yang tertutup salju. “K-Pop kayak begini, toh?” batinku, kaget dengan banyaknya metafora tentang cinta, kehidupan dan kematian dalam video.
Aku menghabiskan semalaman menonton video-video lain yang dikasih teman, dan mempelajari semua trivia anggota boyband. Aku menghabiskan waktu mencari lagu dan film barat, padahal ada banyak konten non-Barat bagus yang menungguku di luar sana.
Aku menonton semua video yang ada anggota BTS—Jin, Suga, J-Hope, V dan Jungkook—di thumbnail. Euforia yang kurasakan ketika nonton video mereka mengingatkan saat-saat aku ngebet One Direction dan Backstreet Boys dulu. Lelucon mereka yang sopan mungkin mirip-mirip dengan program TV The Great British Bake Off.
Dari BTS, aku kemudian menikmati musik dari grup-grup lain. Setelah itu, aku mulai mengikuti perkembangan penyanyi solo kayak IU. Dia frontal menyindir budaya seleb dan media sosial beracun, yang sayangnya belum diketahui banyak orang. Seorang teman juga memperkenalkanku kepada band indie Korea Hyukoh. Andai saja aku suka musik Korea dari dulu, mungkin malam-malam emosionalku akan dihabiskan dengan lagu “love ya!"
Tak bisa dipungkiri bahwa industri K-Pop menetapkan dan menyebarkan standar kecantikan atau bahkan ketampanan enggak realistis kepada idola dan penggemarnya. Kancah musik K-Pop juga enggak sebersih yang kita kira. Namun seperti yang dilakukan BTS kepadaku atau Super Junior dan Big Bang kepada fans terdahulu K-Pop mengajak kita merangkul budaya baru.
Aku memahami sistem umur atau hierarki Korea berkat BTS, yang terbagi antara anggota tua dan muda. Mungkin itulah gunanya budaya pop: membuka wawasan akan dunia luar yang tak pernah kita ketahui sebelumnya. Buat kalian semua yang benci K-Pop, coba sekali-sekali dengerin kayak gimana musik mereka sebenarnya. Mungkin kalian akan berubah pikiran sepertiku.
Kenapa Kpoper aneh dan lebay?
Jawabannya, satu: demi memenuhi kebutuhan hobi, bukan sekadar demi status fanatik yang kamu-kamu itu bilang. Dan, ingat, perkara hobi itu balik ke masing-masing orang—bukan untuk kamu campur-campurin demi membuat penggemar K-pop lebih rendah daripada hobimu yang mungkin-mungkin saja lebih fancy, misalnya koleksi mobil mewah, koleksi kostum cosplay, bersepeda lengkap dengan seluruh peralatan dan sepatu, golf, bahkan ‘sekadar’ arisan sosialita.
Apa penggemar Kpop akan selamanya jadi penggemar Kpop?
Bisa iya, bisa nggak. Saya sendiri sudah tidak selalu mengikuti update dari grup favorit, mulai dari Super Junior, EXO, hingga Gfriend, tapi sesekali masih mendengarkan, meski tak lagi mengejar target album-album baru. Percayalah: ini cuma urusan waktu. Toh, hobi bisa berkembang atau berubah seiring bertambahnya usia. Yah gini aja, deh: hobiku, hobiku; hobimu, hobimu. Selama tidak menganggu ketenangan publik, memang salah banget, ya, jadi penggemar Kpop di matamu?
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”