[CERPEN] Belakang Kantin, Tempatku Merindukan dan Menginginkan Dirimu Sekali Lagi

Perginya seseorang

Di sanalah tempat persembunyian rindu yang lama terpasung. Duduklah sejenak, menemaniku menghabiskan sepotong rindu sisa semalam. Semilir angin, menyejukkan tubuhku yang sedang duduk sendiri. Aku bersandar di batang pohon johar yang tengah meranggas, menatap nanar tulisan putih yang menghiasi dinding belakang kantin.

Advertisement

Seringkali, aku berusaha setengah mati untuk tidak memikirkan dirimu. Naas, semua upaya itu gagal. Kebanyakan aku membiarkan pikiranku untuk melupakan dirimu. Sedetik kemudian, aku menemukan sesuatu. Tulisan itu. Tiga kata bodoh, yang aku persembahkan untukmu kala itu.

"Kamu mau janji untuk tidak meninggalkan aku?" ucapku sembari berbaring di atas pangkauanmu, di bawah pohon yang sama.

Kamu tersenyum sangat manis kala itu. Membelai kepalaku dan berkata, "Kamu yang jangan pergi. Aku nggak mau senasib sama pohon ini, kesepian. Kamu yang harusnya berjanji."

Advertisement

 


Terdengar aneh, ketika seseorang yang sangat aku kenal berubah menjadi orang asing yang sama sekali tak mengenaliku.


Advertisement



Sosok tuan putri yang jatuh cinta pada pemuda desa yang miskin kini hilang. Hatinya telah berlabuh pada seorang pangeran tampan dari negeri seberang. Ia layak untuk mendapatkannya memang. Namun, bagaimana keadaan pemuda desa itu?

"Tut…tut…tut…"

Tak pernah ada jawaban ketika aku meneleponmu. Ribuan chat-pun tidak kamu baca. Aku sampai tak tahu lagi, bagaimana caranya agar kamu mau mengangkat telepon dariku.

Sebagian dari diriku, menginginkan kehadiranmu kembali. Memelukmu, menggenggam tanganmu, dan memilikimu lagi. Namun, semua rasa itu hanya angan. Setiap aku melihat ke belakang, mengingat cinta tak selalu seperti apa yang dirasakan. Itu mudah untuk dilupakan dan itu bukan penyesalan. Kita punya alasan untuk mengakhirinya dan aku pastikan kisah itu tak akan pernah terulang sampai kapan pun.

Kembali ke awal, kita tak punya alasan untuk jatuh cinta. Kita hanya melakukannya, seperti air mengalir. Siang itu, aku berpapasan dengan dirimu di selasar kelas. Tanpa sapa, tanpa senyum, dan tanpa rasa. Hingga pada akhirnya, semesta membukakan jalan untuk kita. Pertemuan kita pun tak seindah kisah di layar kaca atau tak seromantis Drama Korea. Justru karena ulahmu, kepala sekolah menampar pipiku.

Setahun lalu, di siang yang tak terlalu terik, aku terbaring di bawah pohon yang sama. Kamu yang entah dari mana datangnya, menghujamkan sebatang rokok hingga menyapa bibirku kemudian berlari dan menyaru dengan siswi lain di kantin. Di belakangmu, datang tergopoh kepala sekolah dan tanpa aba-aba memberiku hadiah kecil.

Esoknya, tanpa tanda dirimu kembali dan memohon maaf padaku. Aku terpaku sejenak ketika itu. Ada sesuatu yang tak biasa dan tak pernah aku rasakan sebelumnya. Sorot matamu meluluhkan hatiku. Aku dapat melihat cinta dari sana. Aku merasa menemukan tujuan hidupku. Tanpa alasan, aku dan kamu menjadi kita.

 


Semua berjalan apa adanya, walau tak terucap kata cinta. Semua karena ada rasa. Jaka dan Riska, aku dan kamu, kita.


 

Ketika cerita bodoh menjadi sesuatu yang lucu, obrolan tak penting yang mematikan waktu, hingga debat kusir yang tak berujung menjadi kebiasaan menyambut senja kita. Renyahnya suara tawamu, menjadi pengisi dayaku. Senyummu menjadi pengiring setiap langkahku. Dinding belakang kantin dan pohon johar ini menjadi saksi bisu kisah asmara kita. Sepenggal cerita dalam hidupku yang akan aku kenang seumur hidup. Tak tahu bagaimana denganmu.

"Jaka!" panggilmu ketika mentari kembali bertemu dengan bumi. Masih sama di bawah pohon ini, aku memalingkan wajahku. Tak sanggup aku menyembunyikan sesal yang aku lakukan.

"Aku harus pergi. Ini pilihan terbaik dari semua pilihan yang terburuk," lanjutmu. Suaramu bergetar dan mungkin air mata mulai menggenangi wajah cantikmu. Aku masih tetap tak bergeming.

"Aku …" kamu berhenti sejenak ketika hendak mengatakan tiga kata itu. Lembut jemarimu, menghapus air mata yang tak terasa berlinangan di kedua pipiku.

"Aku cinta kamu…"

Diakhiri dengan kecupan lembut bibirmu yang mendarat di keningku, kamu pergi meninggalkan aku.

Dan setelah semua diawali tanpa alasan, kini semua berakhir karena sejuta alasan. Itu bagus, maksudnya suatu hari aku akan menemukan seseorang yang akan membuat aku sulit mengatakan  sampai jumpa juga. Ingat, sebagian dariku masih merindukanmu dan menginginkan kamu kembali. Aku harap kamu menemukan cinta yang segala sesuatunya tak dapat kita lakukan seperti sekarang.

"Riska, aku dan kamu hanya sebagian kecil sepasang anak manusia yang tak sanggup melanjutkan cerita cintanya karena jurang usia yang terlampau jauh. Aku sadar, posisiku sebagai guru tak baik bila menjalin hubungan dengan muridnya. Terima kasih atas kisah yang singkat ini. Semoga hal baik menghampirimu dan tak ada lagi alasan yang mendatangi kisahmu selanjutnya."

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

trying to be a better 'cungpret'

Editor

Penikmat kopi dan aktivis imajinasi