[CERPEN] Walau Lelah, Aku Tak Akan Pernah Menyerah

Bukan sekedar gelar dibelakang nama atau pujian sana sini yang aku cari, lebih dari itu.

Jika tak ditakdirkan menjadi seorang yang kaya raya tak apa. Jika tak ditakdirkan menjadi pintarpun tak apa. Aku masih bisa berjuang untuk menjadi orang yang berpindidikan. Jangan pernah kamu hancurkan mimpiku, dan jangan pernah kamu katakan aku tak mampu.

Advertisement

Jakarta, 18 Agustus 2016





Aku terus membaca berulang kali tulisan yang tiga tahun ini menjadi penyemangat. Disaat semua orang mengatakan aku tak mampu. Air mata ini tiba-tiba menetes. Kututup buku diary biru. Diary yang menjadi saksi bisu perjalananku. Melanjutkan aktivitas sehari-hari yang terasa membosankan.

"Dha, kamu masih ingat Dion"

Aku hanya mengangguk dan tersenyum, nama yang sebenarnya tak ingin kudengar disebut oleh mpok Iyem tetangga sebelah rumah.

Advertisement

"Dia sekarang sudah menikah dengan Arni anak pak lurah itu," lanjutnya. Aku hanya mendengar dan menduga pasti sebentar lagi ada perkataan yang akan menyakiti hati.

"Coba saja dulu kamu mau menikah dengannya pasti kamu sekarang tinggal duduk manis, tidak harus susah payah mencari duit,"

Advertisement

"Bukan jodoh mpok," mendengus kesal padahal dia tak tahu watak Dion sebenarnya seperti apa.

"Bukannya gak jodoh, orang kamu saja terlalu pilih-pilih. Alasan ingin lanjut kuliahlah, lagian saya heran sama kamu apa sih untungnya kuliah. Lagian ujung-ujungnya kamu pasti dirumah,"

"Biar pintar saja mpok," jawabku singkat. Aku tak mau berkata panjang lebar karena pasti ujung-ujungnya aku yang selalu salah.

"Hati-hati jangan sampai ketuaan nanti sulit cari jodoh apalagi kamu perempuan bisa jadi perawan tua kamu,"

Jleb, kata-kata itu merasuk dalam jiwa ini yang namanya sakit tapi tak berdarah. Seiring waktu semua terdengar biasa tak seperti dulu yang mudah sekali terbawa perasaan. Hampir tiga hari aku tak bisa tidur gara-gara memikirkan hal itu.

Sudah tiga tahun perjuanganku melanjutkan kuliah. Dengan perjuangan yang melelahkan dan tentunya membosankan. Aku hampir putus asa, inilah yang aku takutkan. Dan mencoba mencari alasan untuk terus bertahan dan berjuang. Masih ingat keinginan awal saat kuliah dulu mencoba mencari berbagai informasi tentang beasiswa. Namun Tuhan belum mengizinkan beasiswa untuk kudapatkan. Kegagalan itu membuat diri ini kecewa. Akhirnya kuputuskan tetap bersikeras kuliah dengan biaya sendiri. Hasil dari jerih payah jualan online sekaligus memberi les private. Tuhan permudahkanlah jalanku.



Jakarta, 20 Oktober 2019

Rabu hari ini ada kuliah pagi. Terburu-buru aku memasuki ruangan tempat fotocopy. Hari ini ada makalah yang harus diselesaikan, Meng print dan mengfotocopy  ketika akan membayar dengan uang lima puluh ribuan. Aku meringis melihat isi dompet setelah menyerahkan selembar lima puluh ribu disana hanya tersisa lima ribu masih sama seperti dulu masih belum punya apa-apa.

Kampus inilah tujuanku. Dulu tempat ini yang telah lama aku idam-idamkan disini aku membuat harapan. Harapan akan masa depan yang jauh lebih indah. Tentang impian, tentang teman dan selalu berharap dapat bertemu dengan kamu jodoh. Aku menyadari banyak hal bahwa apa yang diharapkan belum tentu terjadi.

Gazebo didepan kampus adalah tempat favorit kami berkumpul. Hari ini sepulang kuliah aku ada janji dengan Nia. Dia mengatakan ada sesuatu yang sangat penting yang ingin dia katakan. 

"Aidha, aku mau berhenti kuliah,"

"Kenapa," aku terkejut sekaligus tidak percaya dengan keputusan Nia sahabat karibku.

"Aku capek dha, dengan tugas yang banyak dan kuliah ini membutuhkan biaya yang tak sedikit, aku sudah tak mampu," seketika wajah Nia menunjukkan sendunya.

"Apa sudah kamu pikirkan baik-baik Nia, ini tinggal setengah perjalanan lo," aku menatap Nia berharap ia mengurungkan keputusannya.

"Ya setelah aku timbang untung ruginya. Aku sudah memutuskan untuk berhenti. Setelah dipikir-pikir kuliah tak menjaminku mendapatkan pekerjaan yang layak dan uang yang banyak,"

"Nia, kita kan bisa usaha," aku terus berusaha menyakinkannya, aku takut kehilangan sahabat karib seperti dirinya.

"Aku sudah lelah dengan semua ini, aku ingin berhenti, maaf jika membuatmu sedih, kamu akan tetap menjadi temanku. Maaf ya sekali aku minta maaf,"

"Jika itu keputusanmu aku tak bisa apa-apa. Aku selalu mendoakan apa yang terbaik untukmu," Tiba-tiba Nia memelukku erat inilah salam perpisahan terakhir darinya.

Tiba-tiba teringat, bagaimana aku susah payah untuk melanjutkan kuliah. Betapa egoisnya diriku, yang bersikeras untuk menentang keputusan ayah yang mengganggap kuliah hanya membuang waktu dan uang. Toh, dengan beraninya aku mengatakan yang dapat merubah diriku hanyalah aku dan kuliah adalah salah satu jalan untuk menggapai mimpiku. Hari ini semangatku mulai ciut.

Aku mulai ragu dengan keputusanku dulu melanjutkan kuliah yang ternyata tak semudah yang terbayangkan tapi aku takut untuk mengatakan berhenti. Aku takut semua orang kecewa dengan diriku. Aku takut dicap sebagai sesorang yang hanya ingin keinginannya dituruti tanpa mau berusaha. Dan hal yang paling aku takutkan disaat orang-orang yang mengatakan diriku pasti gagal bersorak gembira dengan keputus asaanku.

"Walau tak pernah ditakdirkan sebagai seorang pemenang, setidaknya bukan seorang pecundang yang lari dari medan perang, ini salah satu cobaan yang harus dijalani bukan dihindari," tiba-tiba ada yang berbisik ditelinga 

Mungkin ini adalah sebuah pertanda yang mengatakan aku harus lanjut. Jangan pernah berhenti. Masih banyak orang-orang yang mendukungmu. Yang mengingikan aku berhasil. Walau terkadang apa yang mereka katakan menyakiti perasaan. Jangan pernah menyerah.

Inilah lika-liku perkuliahan yang baru aku sadari setelah masuk kedalamnya. Bosan pasti, lelah tenaga, pikiran, perasaan dan uang. Aku tetap bertahan tinggal selanggah lagi. Bukan untuk mendapatkan pujian orang. Bukan juga gelar yang sangat panjang atau mendapat pekerjaan yang mapan. Tujuanku hanya satu. Hanya membuktikan pada diriku sendiri. Aku pasti bisa.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Gadis manis yang masih merangkai mimpi