Cinta adalah anugerah dari Sang Maha Cinta, tapi kenapa cinta itu terasa amat menyakitkan. Terkadang kita harus dihadapkan dengan pilihan mencintai atau dicintai. Terlebih untuk perempuan, rasanya pilihan mencintai itu sangat berat. Karena kita sendiri harus terombang ambing dalam ketidakpastian atas menunggu orang yang kita cintai. Mau sampai kapan? Apa sampai ada orang lain yang melamar?
Dan ini aku alami dikisahku….
Namaku Cahaya Mentari. Semua orang biasa manggil aku Riri. Aku kuliah di sebuah perguruan Swasta yang tidak begitu jauh dari rumah. Aku mengambil jurusan Sastra Bahasa Indonesia, karena aku memang sangat menyukai sastra. Aku memang gadis introvert yang sangat menyukai keheningan, puisi, hujan bahkan lagu sendu.
Suatu sore ketika langit mulai senja aku baru mau berangkat ke kampus, karena memang aku mengambil perkuliahan sore. Aku pergi dengan mengendarai sepeda motor. Hari itu tiba-tiba turun hujan yang tidak begitu deras, namun karena aku buru-buru aku lupa memakai jas hujan. Makanya bajuku agak sedikit basah dan aku sampai diparkiran kampus.
Lalu aku mulai membersihkan sepatuku saat itu. Lalu tidak sengaja aku menabrak seseorang. Dan kataku "Maaf yaa mas saya nggak sengaja" masnya pun memandangku dan mengatakan "Iya mbak gak apa-apa, eh Riri yaa?"(dengan wajah terkejut)
Aku dengan sedikit kaget dan senang lalu menyahut "Eh kamu Dimas Saputra? Temen sekolah ku dulu? Yang jago banget ngedit foto kan?"
Lalu dia tersenyum mendengar pertanyaan ku yang teramat banyak , karena aku begitu senang. Dan dia berkata "Iya Ri ini gue Dimas. Lu kuliah disini juga Ri?Â
Aku pun menjawab " Iya Dim, aku udah semester 8Â kok, ini juga lagi skripsi dan sebentar lagi sidang. Lah kamu sendiri ngapain disini?"
Dimas dengan masih memandangiku dia menjawab "Iya gue kebetulan neduh disini, gue abis nganter adek gue si Tika. Eh gue boleh minta nomer lu yaa Ri, biar bisa ngobrol-ngobrol lagi. Soalnya sekarang gue buru-buru mau nganter nyokap."
"Iya boleh Dim. Yaudah kamu save nomer aku yaa,"
"Oke Ri, sip. Makasih yaa, seneng deh gue ketemu lu lagi. Nanti kita sambung obrolan kita dichat yaa, pokoknya balas chat gue yaa"
Dimas pun meninggalkanku dengan buru-buru, sambil menoleh dan tersenyum ke arahku.
Sungguh sore ini begitu indah, selain hujan turun, aku melihat pelangi itu lagi, tepat didepan mataku. Dan pelangi itu adalah Dimas, laki-laki yang sangat aku kagumi dulu. Namun sayang saat itu dia masih punya kekasih, jadi aku gak berani kenal dekat. Kayak mimpi aku bisa ketemu dan dapat nomernya. Ah bahagiaaaanya.
Hari demi hari kami habiskan dengan chat, ngobrol-ngobrol santai, ngobrolin tentang kuliah, masa sekolah bahkan ngobrolin hal-hal gak penting. Dan hari itu hari sabtu, Dimaspun mengajakku bertemu disebuah kafe dekat kampusku. Dengan senangnya aku menemuinya.
Ku lihat dia sudah duduk menungguku dan ku sapa, " Hei Dim, udah lama nunggu yaa?"
"Eh Ri, gak kok. Duduk Ri, mau minum apa?"
"Apa aja deh Dim, sama kayak kamu aja. Oh yaa ada apa tiba-tiba ngajak aku ketemu? biasanya kita cuma chat aja?"
Dimas tersenyum, "Gini Ri, sebenarnya gu eh aku tuh seneng banget ketemu kamu lagi, curhat-curhat sama kamu dan jujur dari SMA aku kagum dan suka sama kamu. Selain kamu baik, kamu juga jago bikin puisi. Emmm Kayaknya aku sayang sama kamu Ri. Mau gak kamu jadi pacar aku?"
Aku pun terdiam kaget dan bertanya, "Loh bukannya kamu udah punya pacar yaa, Eva temen sekolah kita dulu?"
Dimaspun menatap aku dengan syahdu, "Oh aku udah lama gak sama dia Ri. Sejak kita kuliah, aku udah putus sama dia, karena dia juga udah pindah ke Batam sama orang tuanya. Oh yaa Ri, terus gimana Ri kamu mau gak jadi pacar aku? tapi kalau kamu udah ada cowok yang kamu sayang gak apa-apa deh,"
Dengan tersenyum aku mengiyakan pertanyaannya, "Yaaa aku mau Dim. Aku juga selalu kagum sama kamu bahkan hingga detik ini."
Dimas pun senang dan berkata, "Pokoknya Ri aku janji bakal jaga kamu terus, yaudah kita makan yuk sebagai merayakan hari jadi kita"
Dan akhirnya kita menghabiskan sore itu dengan makan dan bercerita santai.
Hari demi hari kita lalui bersama, banyak hal suka dan duka kita jalani, aku dan dia pun akhirnya wisuda. Dan kami memutuskan untuk mencari pekerjaan dan bekerja. Aku bekerja disebuah media cetak sedang dia bekerja disebuah kantor editing.
Hari itu aku bertemu dengannya setelah bekerja dan memang ada yang aku tanyakan perihal hubungan kita yang harusnya sudah siap kepernikahan. Mengingat usia kita sudah 23 tahun. Dan kita bertemu di kafe favorit kita.
Kali ini aku yang sudah duduk ditempat biasa, Dimas menghampiriku dan membawakanku bunga mawar putih kesukaanku. Dimas menutup mataku dan berkata "Ayo ini siapa?"
Aku tersenyum dan berkata, "Ya ampun aku tau kok kamu siapa, pasti mas-mas penjual bunga yaa? hehe"
"Ih kok kamu jahat sih," Dimaspun duduku dan menatapku dengan sedikit ngambek
Lalu aku berkata "Dim jangan marah yaa aku cuma bercanda. Makasih loh bunganya,"Â
"Iyaa aku gak marah. Oh iyaa gak kerasa yaa udah 1 tahun kita bareng-bareng,"
"Iyaa Dim, aku seneng banget deh, Oh yaa menurut kamu gimana kalau kita mulai mikirin masa depan kita, maksudku kita nikah dan bareng-bareng terus selamanya? Kamu mau kan Dim sama aku terus?"
Dimas terdiam dan tersenyum, "Yaa aku pasti seneng banget kalau kamu jadi istriku dan jadi ibu dari anak-anakku, Tapi Ri aku ini masih muda dan harus mengejar impianku untuk bekerja di luar negeri dan mendapat penghasilan tinggi supaya bisa membeli semua yang aku mau, rumah, mobil dan lainnya."
Lalu aku menarik nafas dan berusaha menahan sedihku dengan mengatakan, "Tapi sayang setelah menikah pun kamu masih bisa kerja dan mencapai impianmu, aku akan mendukung impianmu"
"Gak Ri, kamu mau kan tunggu aku 3-4 tahun lagi? Please yaa ngertiin aku," Dimas memelas
Aku pun menangis dan mengatakan, "Yaudah kalau itu mau kamu mending kita putus aja, Aku mau kepastian dari kamu, tapi kamu malahnyuruh aku nunggu selama itu? Sementara aku perempuan dan ayah ibuku sudah menanyakan perihal pernikahan. Apa kamu tega nunggu aku jadi tua?" Dengan agak emosi aku menarik kursi dan pergi dari Dimas.
Dimas memegang tangan dan mengejarku
"Sayang dengerin aku dulu menunggu 3-4 tahun itu gak lama kok. Selagi kita bareng-bareng" Yaa percaya sama aku, aku pasti nikah sama kamu,"
Aku pun dengan masih menangis mengatakan, "Yaudah kita emang sebaiknya putus aja dulu. Kalau kamu sayang aku, kamu datang yaa kerumahku untuk melamarku. Aku tunggu kamu"
Aku pun meninggalkan Dimas dengan membuang tangannya perlahan.
Dimas masih terdiam seolah bingung harus apa.
1 bulan kemudian…
Mataku sembab, ku pegang handphone-ku berharap Dimas menghubungiku. Pasalnya setelah putus tak ada kabar darinya, aku pun terus melamun dengan mendengarkan lagu-lagu sendu kesukaanku.
Tiba-tiba ibuku datang
"Ri, Sayang kamu kenapa sih ngurung diri terus dikamar, jangan mikirin Dimas terus nak, Mungkin dia emang gak beneran cinta sama kamu,"
"Yaudah mending kamu ganti baju , diluar ada teman ayah yang ingin bertemu"
Dengan lirih aku hanya mengangguk dan mandi lalu rapi-rapi.
Aku keluar dari kamarku, aku kaget ketika semua orang melihatku dengan tersenyum. Ada ayah, ibu dan teman ayah beserta anaknya. Dan ternyata anaknya adalah temanku dikampus. Lalu ayah berkata " Ri, sini ada yang mau kenalan denganmu"
Aku masih bingung dan menghampiri ayah sambil salaman dengan semua orang, aku mengatakan "Loh Bayu, kok kamu disini? Kamu anak om Arya?"
Bayu pun tersenyum, "Iya Ri aku anak om Arya. Oh yaa kamu udah taukan kedatanganku untuk apa?"
Aku semakin bingung dan terdiam
Ibu pun menghampiriku dan mengatakan, "Ri, Om Arya datang untuk melamar kamu buat Bayu"
Aku kaget dan berkata, " Melamar? Kok gak ada yang bilang aku?"
"Iyaa Ri, maafin Bayu yaaa. Sebenarnya semenjak dikampus Bayu udah tertarik sama Riri, makanya pas ayah bilang mau jodohin kita. Yaa aku gak nolak. Tapi kalau kamu gak mau sama aku yaa gak apa-apa kok"
Aku pun terdiam dan akhirnya mengatakan, "Yaudah kasih waktu aku 1 minggu yaa, aku tahu kamu baik banget sama aku, jadi aku harus pertimbangin dulu semua ini"
"Ok siap Ri, makasih yaa kesempatannya" Kata Bayu
Dan akhirnya seluruh keluarga berbincang kembali.
Satu minggu ku habiskan dengan berpikir. Disatu sisi aku menunggu Dimas, disisi lain usiaku sudah 23 tahun, sudah waktunya aku menikah. Tapi sesungguhnya aku belum mencintai Bayu. Aku hanya sekilas mengenalnya.
Namun Dimas, kemana dia? Tak ada kabar bahkan ketika kuhubungi nomernya sudah tak aktif. Dan aku kerumahnya akhirnya, kudapati kabar dia sudah pergi ke Jepang untuk bisnisnya selama 3 tahun kata ibunya.
Akhirnya kegalauanku makin bertambah, hingga aku coba mengenal Bayu lebih dekat, sebelum menjawab lamarannya aku menemuinya untuk bertanya-tanya padanya. Namun naas kudapati ketika aku naik motorku tiba-tiba ku terjatuh dan tiba-tiba dirumah sakit.
Ku lihat Bayu disampingku sedang berdoa dalam sholatnya meminta kesembuhan untukku. Akhirnya hatiku luluh dan menangis, aku merasa belum pernah ada orang yang sesayang itu padaku. Hingga singkat cerita, ku menerima pinangannya dan akan menikah dengannya.
Lalu akhirnya aku dan Bayu menikah dan tiba-tiba ada Dimas datang ke resepsi kami, ntah siapa yang mengabarinya. Namun aku merasa sedih tapi aku pun sudah tidak ada perasaan apa-apa lagi. Akhirnya dia mencoba memelukku, namun tangannya kusingkirkan.
Kukatakan padanya, "Maaf aku sudah bersama orang lain, kamu harus move on dari aku, karena aku tidak mau terus terjerat dalam ketidak pastian denganmu Dim. Aku minta maaf sekali padamu tolong doakan saja pernikahanku agar langgeng selalu. Dimas pun menangis dan aku meninggalkannya perlahan bersama Bayu.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”