Hipwee dan Negosiasiku dengan Tuhan

Semua dimulai ketika bertemu dengan Hipwee

Mungkin ada yang mengira bahwa aku mulai menulis baru-baru ini. Padahal, sebenarnya aku sudah menyukai sastra sejak duduk di bangku Sekolah Dasar. Bahkan dulu aku ingin sekali menjadi penulis. Namun dalam perjalanannya, naskahku tidak pernah ada yang lolos. Akhirnya, mimpi itu terkubur sangat dalam.

Advertisement

Sampai suatu saat di awal tahun 2015, aku nekat untuk ikut mengusulkan naskah di Hipwee. Kala itu, naskah yang dikirimkan masih harus diketik menggunakan MS Word. Artikelnya pun tidak langsung tayang. Harus menunggu selama dua minggu untuk diputuskan apakah naskah tersebut layak tayang atau dibuang.

Naskah pertamaku terinspirasi oleh anak kami, Azka, yang masih berusia empat bulan. Pikiranku sederhana. Aku ingin memberikan warisan baginya kelak. Agar ia tahu seberapa besar rasa cintaku untuknya. Sebagai jejak pula jika aku tidak bisa membersamainya hingga dewasa. Nah, dibalik naskah itu terselip sebuah cerita.

Penolakan naskah yang sudah berkali-kali membuatku sedikit bimbang. Apakah menjadi penulis memang terbaik untukku atau aku hanya berangan-angan. Maka, sebelum aku menekan tombol ‘send’ untuk mengirimkan surel, aku sempatkan dulu untuk bernegosiasi dengan Tuhan.

Advertisement

Aku berkata, “Ya Allah, kalau naskah ini lolos aku akan terus menulis. Jika gagal, maka aku akan berhenti dan mencari jalan lain yang mungkin sudah Engkau atur untukku.”

Satu minggu…dua minggu…tiga minggu…tidak ada kabar dari Hipwee. Gagal sudah usaha terakhirku. Aku pun memutuskan berhenti menulis.

Advertisement

Lalu tiba-tiba, semua berubah. Ketika hampir satu bulan berselang, ada sebuah surel masuk. Surel itu berasal dari Hipwee. Berisi tentang permintaan maaf karena telah menunda penayangan naskahku akibat perubahan sistem. WOW!

Singkat cerita, artikel pertamaku terbit. Lalu, terbit yang kedua dan seterusnya. Bahkan, pada peringatan Hari Ibu tahun lalu, naskahku terpilih menjadi salah satu artikel terbaik. Tidak hanya itu, berkat lolos naskah Hipwee akhirnya aku mulai serius menekuni dunia tulis-menulis. Beberapa naskahku terpilih dalam kompetisi dan saat ini aku tengah menggarap buku solo.

Meskipun masih juga ditolak berkali-kali. Bagiku tak masalah. Yang terpenting adalah aku sudah tahu apa yang ingin aku kerjakan sampai ajal menjemput. Pun aku tahu, bahwa mimpi memang sepatutnya dipertahankan. Tanpa peduli bahwa saat ini aku telah menjadi seorang istri dan ibu yang seharian berkutat dengan urusan domestik rumah tangga.

Terima kasih Hipwee.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

A student, mother, and wife | follow ig: @astribestari