Aku mah apa atuh?Â
 Sahabat mungkin sebagian besar kamu sering mendengar kalimat diatas. Sebuah kalimat yang dianggap lazim bagi mereka yang sedang mengalami fase degradasi rasa percaya diri.
Atau mungkin saja malah kamu mengatakan begini, "Enak ya jadi dia, bisa punya banyak duit padahal kerja cuma gitu doank".
"Aku nggak sehebat dia"Â atau "Aku nggak sejago dia"
Lalu karena itu kamu jadinya merasa sedih, kecewa bahkan menilai bahwa hidupmu nggak berguna. Kalau dalam kajian psikologi, kondisi tersebut diatas disebut dengan self esteem.Â
ADVERTISEMENTS
Self Esteem itu apa mas bro?
Seorang tokoh psikologi terkenal bernama Rosenberg pernah melakukan sebuah penelitian dengan menggunakan alat ukur tes kepribadian. Hasilnya ada tiga elemen utama yang mempengaruhi self esteem seseorang. Sebelum menjelaskan tiga elemen tersebut, ada baiknya kita pahami dulu yang dimaksud dengan self esteem adalah :
"Suatu sikap baik positif maupun negatif terhadap objek tertentu, dimana objek tersebut tiada lain adalah dirinya itu sendiri" -Rosenberg-
Karena yang dinilai adalah diri sendiri maka akan menjadi berbahaya ketika orang tersebut menilai negatif. Sebaliknya akan jadi faktor penguat ketika seseorang selalu menilai diri sendiri positif. Self esteem akan berpengaruh terhadap ketahanan seorang individu dalam menjalani hidupnya. Hidup yang tak selalu indah dan lancar ibarat jalan tol.
Ada kalanya kita berada diatas, ada masanya kita berada dibawah. Namun sekali lagi ketika salah dalam memaknai, tidak luas memberikan perspektif maka kelar hidup kamu.
Tiga elemen self esteem :
Physical Self Esteem
Berhubungan dengan penerimaan manusia terhadap kondisi fisik dirinya sendiri. Parameternya adalah sejauh mana seseorang menerima kondisi fisik atau jika tidak bagian mana saja yang ingin diubah.
Social Self Esteem
Sebagai makhluk sosial, manusia memerlukan pengakuan dari orang lain. Terutama ketika berinteraksi atau ber social life.Â
Maka tidak jarang kita menemui orang yang minder pada saat nongkrong, menjadi bahan bully dan sebagainya. Semua itu tidak lain dikarenakan kemampuan dirinya dalam bergaul dan berkomunikasi kurang.Â
Performance Self Esteem
Berkaitan dengan pencapaian-pencapaian mimpi, cita-cita dan prestasi yang pernah diraih. Intinya kalau seseorang berprestasi, maka dia menilai dirinya positif. Sebaliknya bagi yang kalah berkompetisi jika salah memaknai dapat membuat makin stres dan sedih.
***
Hati-hati jika self esteem atau penilaian diri kita selalu negatif bisa berdampak kepada stigma dan label yang kita sematkan kepada diri sendiri. Jadi penting sekali bagi kita semua untuk memaknai segala sesuatu dari sudut pandang yang luas.
Dalam hal mimpi atau keinginan misalnya, kalau self esteem tidak mendukungnya maka tentu saja mimpi kamu hanya sebatas angan-angan. Padahal orang yang #BeraniWujudkanMimpi adalah orang-orang yang tangguh dan harus mempunyai self esteem tinggi. Aku punya cerita tentang keberanian dalam mewujudkan mimpi. Waktu itu aku ditugaskan disalah satu kantor cabang.
Kondisi internal saat itu kurang begitu baik. Hal mana terbukti dari pencapaian dan prestasi cabang yang biasa-biasa saja.Terutama dari sisi sales. Aku lakukan pemetaan masalah dan mendapatkan kesimpulan bahwa cabang ini belum memiliki tujuan dan keinginan yang jelas di masa depan.
Kemudian aku lanjutkan dengan membangun komitmen mimpi serta cita-cita bersama yang aku sebut dengan #WesWayahe100% (baca : sudah waktunya 100%).
#WesWayahe100% kemudian aku rumuskan dalam sebuah visi dan misi bersama. Apakah semua berjalan lancar? Hmmm… nggak juga (hehe…).Â
Berbagai macam keraguan dan pertanyaan dilontarkan kepadaku silih berganti. Maklum cabang ini sudah lama sekali tidak pernah capai target atau menghasilkan performance yang baik. Belum lagi ujian soal penolakan secara halus dari anggota tim. Didepan ngomong iya, dibelakang ngomongin atasannya (hehe…). Ujian terbesar adalah saat keseharian dalam rutinitas. Dibutuhkan konsitensi untuk menjalani semua proses yang memang harus dilalui.
Nasabah yang cancel, aplikasi yang ditolak, karyawan yang kurang produktif adalah sederet contoh ujian yang harus aku lalui. Pernah suatu ketika di bulan Juni tahun 2019, pencapaian target sales hanya sebesar 47%. Awalnya aku shock karena kemungkinan besar hal ini akan berpengaruh terhadap pencapaian target tahunan.
Namun aku mencoba memaknai berbeda dengan meyakinkan kepada diri sendiri bahwa pencapaian underperform tersebut merupakan titik balik evaluasi yang harus aku lakukan. Dan benar saja, dalam proses evaluasi tersebut aku menemukan sepuluh hal yang menjadi faktor penyebab dan sepuluh hal yang akan aku perbaiki.
Singkat cerita, tahun 2019 aku bersama tim BFI FInance Jombang menutup pencapaian sales sebesar 101.75%. Visi dan Misi #WesWayahe100% terwujud karena kami semua #BeraniWujudkanMimpi.
***
Dengan self esteem yang tepat, maka bisa membuat kamu memiliki ketahanan dalam menghadapi ujian dan tantangan. Bahasa kerennya adalah Resilience Ability.
Resiliensi adalah kemampuan individu untuk bertahan dalam situasi yang sulit. Dapat juga diartikan sebagai kemampuan dalam menghadapi setiap tekanan dan stres baik dari dalam maupun diluar dirinya.
Untuk urusan keberanian dalam mewujudkan mimpi, maka resiliensi ini mengambil peranan yang cukup vital. Seperti yang sudah aku jelaskan sebelumnya bahwa hidup tak selalu indah. Resiliensi berfungsi penuh ketika kamu berada di zona tekanan, kamu lagi dibawah atau kamu lagi dikasih ujian. Orang-orang yang memiliki resiliensi cenderung mempunyai kesempatan sukses lebih besar dibandingkan dengan mereka yang kurang resilien.
Kunci utama dari resliensi adalah membangun persepsi.
Mereka yang resilien lebih mudah dalam mengubah makna kenyataan atau situasi yang dihadapi. Misalnya kegagalan, bagi orang resilien kegagalan tidak dipandang sebagai akhir segalanya. Kegagalan dimaknai sebagai ruang untuk belajar dan sarana meningkatkan diri. Kegagalan dipandang sebagai penguat kompetensi serta kemenangan esok hari.
Sangat wajar ketika orang yang resilien seringkali mudah berdamai dengan emosi atau perasaan negatifnya. Sehingga dia juga memiliki self esteem tinggi.
Bagaimana caranya kita bisa meningkatkan Resilience Ability. Berikut aku bagikan tipsnya buat kamu.
Mencintai Diri Sendiri
Dengan mencintai diri sendiri sama artinya memberikan penghargaan tinggi kepada diri kamu sendiri. Maka berikan yang terbaik untuk dirimu sendiri. Misalnya membeli pakaian yang digemari, menjalankan hobi yang disukai, atau sekedar sering makan makanan favorit.Â
Tak perlu berusaha mendapatkan pengakuan orang lain karena dengan berfokus pada nilai diri, secara otomatis nilai sosial akan mengikuti. Orang yang cinta dirinya tidak mudah stres atau merasa tertekan. Justru dia akan lebih mudah beradaptasi dan melalui setiap kesulitan yang dihadapi.
Terus Menerus Menjadi Pembelajar
Orang resilien dituntut untuk bisa beradaptasi dengan segala situasi. Oleh karena itu penting sekali kamu memiliki wawasan dan pengetahuan yang luas agar mampu menghadapi setiap tantangan yang datang. Banyak sekali saluran belajar yang bisa kamu pakai. Membaca buku, nonton youtube, bahkan membaca artikel ini saja sudah dikatakan kamu sedang belajar.
Memiliki Pola Pikir yang Benar
Cara bagaimana seseorang berpikir sangat berpengaruh terhadap ketahanan dirinya dalam menghadapi perubahan-perubahan. Pola pikir yang benar mampu membawa seseorang lebih mudah memberikan makna kehidupan. Setiap manusia dilahirkan sama dan diberikan anugerah luar biasa berupa akal pikiran. Yang membedakan bagaimana cara mereka menggunakannya, biasa saja atau istimewa.
ADVERTISEMENTS
***
Orang lain tidak wajib mencintai kamu, tapi kamu wajib mencintai dirimu sendiri The Architect
-AP-
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”