Setelah mandi, Mika berdiri di depan kaca untuk bersiap-siap berangkat ke kantor. Ia memakai handbody beraroma madu. Saat mengoleskan ke bagian tangannya, Mika terkejut, melihat ada yang ganjil dengan jari manis tangan kirinya. Ia tertegun sejenak, lalu histeris di detik berikutnya saat menyadari tidak ada lagi sebuah lingkar emas yang menempel di jari manisnya.
Mika langsung jongkok melihat ke bawah kasur, masuk ke kamar mandi, mengorak-arik tempat tidurnya dan hasilnya nihil. Ia lalu turun ke bawah menanyakan pada adiknya. Tapi tidak ada yang melihat. Mereka juga membantu mencari di area rumah sampai mengorek isi parit yang menjadi saluran air dari kamar mandi Mika. Ia masih terus melanjutkan pencarian hingga harus berangkat ke kantor.
Mika tidak tenang, matanya sesak menahan duka. Tidak enak untuk menerima kehilangan terlebih saat dirimu tidak bisa mengingat apa yang terjadi terakir kalinya dan bagaimana kejadian itu terjadi. Yang kamu tahu kamu telah kehilangan dan itu membuat matamu semakin perih.
Teorinya saat kita kehilangan maka ikhlaskanlah, jika rezeki dia akan kembali, jika dia memang milikmu dia akan kembali. Begitu gamblang teori itu kita lontarkan sementara kenyataannya tidak sekejap membalikkan telapak tangan. Kita menjadi banyak diam saat kehilangan, selera makan menjadi turun, pikiran tidak bergerak stabil, dan yang akan selalu terjadi adalah menitikkan air mata hingga pipi menjadi merah.
Siang harinya, Mika pulang untuk beristirahat dan melanjutkan pencarian kembali. Membersihkan area tempat tidurnya, membersihkan bak air di kamar mandi barangkali terjatuh di sana, dan terakhir duduk termenung untuk mengingat-ingat keberadaan cincin yang sudah melingkar di jarinya selama enam bulan dari hasil keringatnya.
Mika lalu mengambil telepon selulernya lalu merengekkan dukanya kepada temannya Caka. "Sudah jangan ditangisi, namanya juga benda suatu ketika akan hilang dari kita. Menyesali dirimu itu juga tidak akan membuatnya kembali." Caka menenangkan Mika. "Sudah barangkali itu petanda akan ada gantinya yang lebih baik. Apa perlu kukirimkan dulu dari sini? biar kubuatkan dari akar pohon sawit," goda Caka. Mika tertawa memeras air matanya.
Kehilangan sesuatu yang kita cintai memang sulit, namun perlu kamu ingat bahwa Tuhan lebih tahu apa yang kita butuhkan.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.