Ketika saya mendapati dewasa kini, semakin banyak orang-orang yang dahulu sering kita ajak berbincang, bermain, dan bersua bersama, satu persatu pergi menjauh dari kehidupan kita. Ada yang mulai ingin pergi merantau untuk perkuliahannya, penugasan kerja di luar kota, teman yang menghindar dengan kita karena takut ditagih utangnya, berpamitan dengan rekan kerja untuk  pindah ke perusahaan baru, atau bahkan berpisah dengan orang-orang tersayang karena pertikaian atau sudah saatnya untuk ber-’pulang’.
Semenjak saat itu, saya begitu tertampar oleh realitas yang ada. Selama ini saya terlalu bergantung pada hal-hal kenyamanan yang sifatnya sementara: ke sana dan ke mari bersama orang-orang yang benar-benar saya anggap sebagai teman dan kekasih abadi. Lalu, ketika dihadapkan dengan sebuah kenyataan sosial seperti di atas, saya merasa kelimpungan dan tak tahu harus bersikap seperti apa dan bagaimana.
Terlebih ketika berbagai tugas dan tanggung jawab yang tadinya diselesaikan dengan gampang, kini menjadi terasa sukar. Saya mengakui, kehadiran orang-orang lama yang membuat saya merasa aman dan nyaman dalam keseharian sangat berdampak baik bagi kehidupan saya. Sudah semacam support system yang melekat dalam diri. Namun, ketika orang-orang tersebut pergi dari kehidupan saya, saya merasa tak berarti apa-apa. Pada waktu itu terjadi sebuah ketimpangan, karena orang-orang lama telah pergi, tetapi saya tak kunjung juga bisa menerima orang-orang baru sebagai pendamping hidup untuk melangkah maju.
Dari kejadian tersebut, lambat laun saya mulai melakukan penyadaran diri. Kita tak bisa menetap dengan masa lalu, tak bisa terus-terusan berpijak pada satu masa dan mengabaikan hal-hal baru yang barangkali bisa menjadikan kita kesempatan baru pula untuk lebih berkembang. Kita tak bisa mengelak kehadiran orang-orang baru itu. Hidup bersifat masif dan dinamis, kita pun sudah selayaknya untuk beradaptasi dengan keadaan itu dan menyongsong dengan optimis.
Saya bisa mengambil pelajaran, bahwa orang-orang yang ada di sekeliling kita sejatinya hanya akan berlalu-lalang untuk singgah sejenak tetapi bukan menetap selamanya. Saya menyadari, hidup ini bagaikan transisi yang terus berputar dan berganti sisi layaknya slide dalam presentasi; akan ada orang-orang baru yang bermunculan dan sudah seperti seleksi alam akan merenggangkan hubungan dengan orang-orang yang telah lama hadir sebelumnya.
Setidaknya, kita masih bisa memiliki memori untuk saling mengenang dan mampu melanjutkan segala tugas dan tanggung jawab kita sebagai insan. Tak ada yang benar-benar bisa merawat kita selain diri kita sendiri. Kita sendiri yang benar-benar diandalkan untuk kelangsungan hidup pada masa kini dan mendatang, tentunya juga bersinergi dengan orang-orang baru dan tetap bisa menyimpan kenangan bersama orang-orang yang telah pergi karena satu-dua hal tuntutan kehidupan. Selamat berproses, Kawan!
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”