Hendak Aku Tambahkan “Panca Indra” Menjadi Enam, Ketika Aku Mengenal “Hati”

Saya tersentak mendapati pernyataan melalui sosial media dari seseorang teman tentang seseorang "Mas, dia kok begini ya? Aku nggak nyangka sama sekali dia bisa demikian. Padahal biasanya tidak demikian. Menurut mas bagaimana?".

Advertisement

Begitulah kiranya pernyataannya sekaligus pertanyaannya untuk saya. Dengan penuh kesadaran batin saya bergumam, 'anda bertanya pada orang yang salah, bung'. Jelas saja, ini bukan bidang saya. Namun akan sombong jikalau saya tidak memberikan pendapat, sebab yang dia minta adalah pendapat saya.

Terjadilah perbincangan singkat antara saya dan dia. "Duh, dek tampaknya kau salah alamat bertanya sama abang. Namun begini, tolong sebutkan panca indra pada manusia" minta saya padanya. "Hidung, mata, lidah, kulit dan telinga" fasih sekali dia menjawab, tidak lebih dari setengah menit.

"Kau tau? Semua itu letaknya di luar bukan? Meskipun lidah sedikit di dalam namun sangat mudah dilihat"

Advertisement

"Maksudnya, Bang?"

"Sejak dulu saya ingin rasanya menambahkan indra itu menjadi enam, bukan lima lagi. Ingin merubah buku pelajaran-pelajaran namun takut dimarah Mentri Pendidikan. Begini: (Indra) Yang satu ini memang tersembunyi bahkan cenderung misteri. Tapi sering tatkala yang satu ini bicara, semua teori mati. Sekali lagi itu sangat misteri, letaknya di dalam, tak tampak oleh mata" begitu penjelasan singkat saya yang belum usai.

Advertisement

"Maksud abang, Hati?"

"Iya, saya rasa itulah sebab Allah meletakkan hati di bagian dalam, barangkali Allah tidak ingin manusia yang satu menilai hati manusia yang lain. Kau bisa menilai bentuk telinga temanmu, besar sebelah kah. Kau bisa menilai bibirnya yang tebal bak empek-empek Sumatera kah? Kau bisa menilai bentuk hidung seseorang yang mancung atau pesek kah? dst, tapi kau tak bisa menilah hati. Sebab didalam. Hati-hati dengan hati, dek"

Selesai

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Lelaki melayu kelahiran Padang Keladi, Pongok. Terlahir sebagai duta ramah sedunia melalui namanya yang merupakan pemberian buyutnya. Hobinya ada menulis, seperti status dll di sosial media. Sekali lagi ia hanya lelaki biasa, bahkan biasa banget,

7 Comments

  1. Luthfi Imama berkata:

    Atok emang juaraa

  2. Yudhi Hyd berkata:

    opo we? hahhaha