Entah sudah berapa kali kamu terjatuh. Kamu terseok, mencoba bertahan dari segala hantaman yang menghajarmu dari segala sisi. Kamu mencoba berpegangan pada bebatuan terjal di dalam jurang, merangkak naik walaupun perlahan.
Entah sudah berapa kali bebatuan mengenaimu. Bebatuan bernama ujian kehidupan, dimulai dari kerikil hingga batu besar, mencoba menghancurkanmu, tetapi kamu tetap bertahan.
Orang-orang lain tentu saja tak tahu soal lukamu. Orang-orang itu tak akan pernah tahu tentang perjuanganmu. Yang mereka tahu adalah di mana dirimu berada–sudah di atas atau belum. Mereka tak mau tahu bagaimana caramu naik ke atas.
Tanpa terasa, air matamu mengalir, membasahi luka yang belum kering. Kamu merindukan teman seperjalanan. Semua teman-temanmu entah menghilang ke mana saat kamu berada di bawah.Â
Tenang saja, mereka akan kembali ketika kamu berada di atas. Karena itulah sifat manusia; mereka akan meninggalkanmu saat kamu terjatuh dan akan kembali saat kamu bangkit.
Mungkin rasanya menyedihkan. Luka perjuanganmu pasti sakit sekali. Tetapi semuanya berarti. Luka-luka itu menunjukkan betapa keras kamu berjuang. Luka-luka itu menunjukkan kegigihanmu untuk bangkit.
Biar saja orang melihat lukamu. Biar saja orang tahu.
Kamu berjalan lagi setelah berhasil bangkit. Rasanya masih berat dan tak mudah karena bekas lukamu, tetapi ingatlah satu hal: tak ada yang memaksamu untuk terburu-buru. Berjalanlah perlahan. Tak ada yang salah dengan berjalan perlahan. Toh kamu akan sampai di tujuan juga.
Di perjalananmu nanti, kamu pasti akan menemukan batu sandungan. Kamu akan kembali jatuh, tetapi kamu akan kembali bangkit. Sama seperti di saat kamu berada di dalam jurang itu.
Kamu akan selalu berusaha bangkit seperti apa yang biasa kamu lakukan, iya, kan?Â
Kamu boleh ragu. Kamu boleh menangis, tetapi jangan menyangsikan dirimu bahwa kamu tak bisa. Kamu pasti bisa melaluinya. Kamu berhasil melalui banyak ujian dan rintangan, kamu pasti bisa melalui yang satu ini.
Ah, mungkin aku terlalu banyak mengguruimu. Tetapi aku hanya ingin melihatmu bangkit dan berhasil. Aku tak ingin melihatmu bersedih hati. Kamu adalah sosok yang sangat berarti bagiku.
Aku tak ingin kamu terluka lebih dalam lagi, tetapi tak ada yang bisa kulakukan untuk meringankan bebanmu selain menyemangatimu. Kuharap itu cukup.
Wahai hati yang tak pernah layu, janganlah pernah mencoba untuk menyerah. Terpikir pun jangan. Lakukan apa yang biasa kita lakukan: jatuh, lalu bangkit lagi.
Seperti apa yang dikatakan pepatah, jatuh 64 kali, bangkit 65 kali.Â
Aku tahu kita pasti bisa. Kamu, aku, kita.
Ini memang akan sulit, tetapi tak ada yang bilang ini tak patut diperjuangkan. Segala hal patut diperjuangkan, termasuk dirimu, wahai hati.
Aku harap kamu sehat selalu. Masih banyak rintangan yang akan kita lalui. Bersabarlah sedikit lagi.Â
Wahai hati yang tak pernah layu, yakinlah kita bisa melaluinya. Semoga kita dapat melalui lika-liku luka yang akan menemui kita nanti.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”