Kenapa orang sebegitunya nunggu atau mengingat hari ulang tahunnya?
Sebagian besar, atau hampir seluruh manusia akan senang jika bertemu dengan hari raya ulang tahun di kehidupannya. Sebab, itulah hari perayaan yang besar di dalam hidupnya yang datangnya setahun sekali atau ekstrimnya, seumur hidup sekali. Banyak orang yang menginginkan hal tersebut dan banyak pula yang menantikan hal tersebut. Kenapa?
Karena, pada saat itu dia akan menjadi pusat perhatian atau menjadi seorang bintang karena sedang bertambah usianya satu tahun. Tentu, banyak harapan dan doa yang akan disematkan untuk kebaikan orang yang sedang merayakan ulang tahun pada hari tersebut, sebuah apresiasi dari kita akan turut serta membahagiakan orang tersebut.
Biasanya, banyak sekali cara untuk merayakan ulang tahun, waktu kecil. Ketika seorang bayi menginjak usia satu tahun di kehidupannya, akan dirayakan acara ulang tahun yang meriah. Seperti pesta mewah dan sebagainya, apapun itu wujudnya dan tentunya, mendapatkan kado atau pemberian dari seseorang untuk dirinya. Itulah kenapa, hari ulang tahun sangat ditunggu oleh anak kecil sampai orang remaja, sebab ada hadiah untuk untuk ulang tahunnya.
Kenapa orang orang sangat senang dengan hari ulang tahun? Entahlah, saya pun sekarang bingung kenapa orang sebegitu senang dan merayakan hari ulang tahun di kehidupannya. Ketika saya sudah beranjak dewasa pun, tentu sudah beda sense-nya untuk merayakan hari ulang tahun, biasa aja dan lewat aja. Ada yang inget ya syukur, enggak pun ya enggak apa apa juga. Hehe. Tapi, saya akan mencoba meruntut makna hari ulang tahun saya dari waktu ke waktu, semoga masih ada perasaan dan keadaan yang sama, semoga hangatnya pun masih lekat dalam diri kita.
Pertama, ketika masa kecil.
Saya benar benar tidak bisa menjelaskan seperti apa perayaan yang dirayakan ketika hari ulang tahun tiba. Entahlah, terlalu banyak orang. Membuat saya nangis dan saya pun masih kecil saat itu, yang saya ingat saat perayaan ulang tahun saya hanya tidur di pangkuan orang tua saya sambil mendengarkan ucapan ucapan selamat dan ucapan doa yang disampaikan ke orang tua, saya pun tidak mengerti. Dan yang saya tau, orang tua saya saat itu mengucapkan amin saja pada saat itu.
Kedua, ketika bertumbuh menjadi anak kecil yang sedang bertumbuh di masa TK hingga SD.
Saya benar-benar merasakan sesuatu yang beda ketika merayakan hari ulang tahun, kelas yang ramai dengan dekorasi. Banyak sekali bingkisan snack yang sudah disiapkan, balon yang siap meletus dan kue dengan angka yang menunjukan usia saya pada saat itu. Dan dari situ saya memahami, kenapa hari ulang tahun semenyenangkan itu. Kamu harus ngerasain, gimananya jadi pusat perhatian saat itu. Ketawa haha hihi bareng sama teman teman. Ya walaupun saya tau, mereka tidak akan peduli dengan perayaan ulang tahun saya, yang mereka inginkan. Bingkisan kue ulang tahun dan bingkisan snack  yang sudah disiapkan orang tua saya. Bisa diambil dan segera dibawa pulang.
Ketiga, masa puber.
Menjadi perubahan kembali dalam merayakan hari ulang tahun dalam kehidupan saya, tidak ada hinggar binger mewah yang diinginkan. Tidak ada kado, tidak ada hadiah yang diberikan kecuali dari orang terdekat. Malah, yang saya dapatkan adalah. Saya disiram sama air kotor sama teman teman kelas, dilempar tepung, diceplokin telor mentah dan dilemparin pasir. Dalam benak saya berkata “Ini saya ulang tahun? atau emang saya dihakimin gegara naksir sama kakak kelas?“ Entahlah. Hanya mereka yang bisa menjawab, saya hanya bisa bilang terimakasih pada mereka. Setelah puas menyiksa saya lalu mereka bilang “ traktir bakso Agus mah bisa kali “. Saya yang ulang tahun, saya yang sudah dikerjai oleh mereka. Dan saya juga yang harus mentraktir mereka?
Keempat, menuju dewasa.
Perubahannya kali ini terlalu signifikan, karena sudah dewasa saat usianya, yang ulang tahun dirayakan sebiasa biasanya aja, mungkin masih bersifat kegiatan ekstrim seperti khayalak biasanya, nyiram air dan numpahin tepung  itupun karena bisa dilakukan ke teman dekat, coba ke yang baru kenal. Berantem adanya. Entahlah, ini budaya atau kebiasaan. Maka menolak pun sepertinya tidak bisa.
Dari itu semua saya mencoba menyimpulkan sebuah permaknaan dalam merayakan ulang tahun dalam kehidupan saya, itu semua terjadi seperti time lapse yang benar benar sangat cepat terulang dalam kehidupan saya. Mungkin, saya senang ketika dulu waktu kecil. Banyak yang datang sekedar memberi ucapan selamat dan hadiah untuk saya. Saya menunggu itu, sebab biasanya ada kado yang saya inginkan tapi belum tentu orang tua belikan pada saat itu.
Mungkin, saya merasakan perasaan campur aduk diperlakukan layaknya tahanan atau tersangka yang mendapatkan sangsi sosial masyarakat, seperti itu tadi. Disiram air kotor, ditimpuk telur mentah dan ditumpahin tepung. Entahlah, saya merasa senang saat itu. Meskipun saya tersiksa sebenernya, belum harus mentraktir mereka.
Dan akhirnya, di fase ini. Semuanya berubah, benar-benar berubah. Sebagian besar mengingat hari ulang tahun saya dan sebagian ingat atau tidak acuh sama hari ulang tahun saya, tidak apa apa. Saya tidak mengharapkan apa apa. Saya mengucapkan terima kasih kepada orang yang meluangkan waktunya untuk sekedar basa basi mengucapkan selamat hari ulang tahun kepada saya.
Biasanya, orang orang akan bertanya “ Lo mau hadiah apa? “ dulu dengan sejuta kengoyoan akan menyebutkan kemauan saya ingini saat itu, tapi sekarang buat saya. Sudah didoakan sehat aja menjadi sesuatu yang paling berharga buat saya.
Pada akhirnya, yang saya tau tentang ulang tahun adalah sebuah renungan renungan yang mengingatkan kita kalau kita ulang tahun itu artinya:
1. Usia memang bertambah tapi masa hidup pun berkurang
2. Beberapa hal yang sudah tercapai dan beberapa yang tidak tercapai
3. Bentuk refleksi diri
4. Momen untuk bersyukur atas segala yang terjadi.
Apapun itu, ulang tahun adalah sebuah pengingat. Ketika kita harus berhenti sejenak dan merenung apa yang sudah terjadi dalam hidup kita ke belakang dan persiapan hidup kita ke depan.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”