Tidak pernah ku sangka, bahwa penantian panjang yang selama ini aku perjuangkan berakhir pada sebuah kertas yang tertulis manis yang berbahagia kamu dan pasanganmu. Sebagai seorang sahabat yang sudah bertahun tahun menyimpan cinta pada sahabat laki-lakinya. Menjadi pondasi ketika ia mulai rapuh dan menjadi pelangi untuk menghiasi dunianya, begitulah caraku mencintaimu. Menunggumu dalam bisu dan berharap kau akan merasakan hal yang sama pula.
Namun kini kaulah yang membuat hatiku seakan porak-poranda, seseorang yang kutunggu untuk menjemputku justru seakan membawa sebuah bom untuk meledakkan harapanku seketika. Aku kebingungan tentang apa yang akan kuhadapi esok. Kenyataan bahwa kau berdiri dengan wanita pilihan keluargamu dan aku hanya seorang sahabat yang datang dengan doa doa manis untuk kalian.
Kau datang dengan antusiasnya padaku untuk membicarakan pernikahan kalian, tanpa kau tahu akulah wanita yang ingin menjadi mempelai wanita itu. Bagaimana cara kau mengatakan bahwa wanita itulah yang tepat untuk menjadi istrimu dan mengisi masa tuamu. Begitu melekat di benakku
Masih dengan perasaan yang getir tertahan di dadaku, aku berdiri di istana yang membawa kalian menjadi pasangan yang telah di ikat Tuhan melalui janji seumur hidup. Aku berdiri, sebagai seseorang yang harus terus tersenyum melihat kalian melewati satu per satu sesi sakral dalam hidup kalian. Harus bagaimana aku tata hidupku setelah ini. Aku berusaha melangkahkan kakiku di depan kalian dengan lapang dada, menahan air mata yang sejak tadi berusaha aku bendung. Menyalami lelaki yang kini resmi menjadi suami orang lain.
Melihat betapa bahagianya engkau sekarang bersama wanita yang telah ambil andil dalam memetakan mimpi-mimpiku. Harus kukirim apa untuk pernikahan kalian? Haruskah kukirimkan sumpah serapah atas pernikahan kalian? Begitulah batinku bergulat. Di hari pernikahanmu ini, ada sebuah tombak yang menghunus tajam di jantungku. 1 jam yang orang bilang singkat itu, bak 1 abad yang mengurungku pada pulau gelap dan sepi. Hanya ada luka dan sejuta kemalangan.
Tapi, sebagai sahabat yang tetap ingin pergi dengan cara terhormat, aku memilih mendoakan kalian dan selalu bahagia. Tak ada seorang pun yang berkewajiban menanggung lukaku ini. Pergilah dengan indah kenanganku, agar aku terus bisa mengingatmu sebagai kenangan di dalam hatiku yang tak mungkin lagi aku sentuh dan biarkan cintaku tetap menjadi rahasia.
Aku datang sebagai sahabatmu…
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”