Hari demi hari berlalu. Tak terasa, ternyata aku telah melewati masa 2 tahun dalam kesunyian. Senyap dalam jiwa, rasa dan raga. Semuanya! Seolah tubuh ini sudah tak berdaya. Ruh diri yang entah berkelana ke mana saja. Entah masuk ke raga manusia lain, atau hanya sekadar menanti giliran dipanggil oleh Sang Illahi.Â
Hingga akhirnya, semua yang berpisah itu kembali menyatu. Dan aku pun kembali tersadar. Tersadar akan hadirnya momen spesial yang hanya kutemui setahun sekali. Namun, kesempatan ini juga sekaligus menambah kekosongan dalam diri. Kosong karena sudah tak ada lagi yang bisa kukasihi di hari itu, selain hanya kutangisi. Itu karena, Ibu telah pergi. Padahal, ini adalah salah satu hari spesial selain di hari ulang tahunnya. Ya, momen yang sebentar lagi menghampiri adalah Hari Ibu, tepatnya di tanggal 22 Desember. Saat semua temanku beramai memberi ucapan, hadiah, dan masih bisa mengecup kening ibunya. Maka aku hanya mampu menatap foto dengan tatapan sendu. Sembari berkata, Mak, aku rindu, ucapan yang sering kulontarkan.
Raga ibu, telah usai memelukku selama di dunia. Namun, ku yakin bahwa hati ibu akan memelukku selamanya.
Mungkin aku akan terus menangis. Mengingat kenangan bersama Ibu, seolah hati ini bertambah kelabu. Karena tak ada yang bisa kulakukan saat ini selain menangis rindu dan mendoakannya. Jika semasa ia masih hidup aku selalu memberinya hadiah, maka sekarang aku hanya bisa berimajinasi bebas tanpa arah. Membayangkan ibu tengah memeluk, mencium, dan mengelus rambutku. Padahal, aku ingin itu menjadi nyata. Aku ingin bertemu, Ibu. Aku tak mau ia hanya datang dalam pikiran, namun ku mau ia datang dalam kenyataan. Walau itu mustahil.Â
Namun, banyak orang bilang, kamu jangan seperti itu, ndak baik. Entah, mereka selalu berkata demikian yang katanya demi kebaikanku. Mereka mengira, bahwa aku terlalu meratapi kesedihan, yang padahal itu semua sudah ditakdirkan. Apakah salah aku merasa kosong karena merindukan sosok ibu? Apakah salah aku menangisi fotonya karena aku ingin ia bersamaku lagi? Apakah salah jika aku ingin memberinya hadiah hari ibu juga seperti teman-temanku? Sekejap, aku mencerna kembali pertanyaan-pertanyaanku itu. Sepertinya aku terlampau berlebihan dalam kesedihan. Seolah, aku telah menyalahkan takdir yang telah dikehendaki oleh Tuhan. Ya, sekarang aku sadar akan itu. Bersedih boleh, namun jangan sampai terlalu meratapi. Harusnya aku cukup memberikan hadiah itu dalam bentuk do'a, bukan tangisan sendu yang mungkin ibu juga akan sedih saat mendengarnya.
Seorang ibu mampu menggantikan semua peran yang ada di dunia, namun tak ada seorang pun yang bisa menggantikan peran dari seorang ibu.
Selain do'a, aku hanya ingin berterimakasih padamu, Ibu. Kau manusia terbaik dalam hidupku. Kau manusia yang sangat berkorban untukku, karena kau telah melahirkanku di dunia. Maafkan aku, jika selama kau di dunia, aku selalu mengecewakanmu. Tak pernah bisa membahagiakanmu, hingga rasa menyesal yang saat ini kutemu. Aku berharap, kau bahagia di Syurga-Nya. Hingga suatu saat, Tuhan akan mempertemukan kita lagi di sana.Â
Untuk kamu yang masih memiliki orangtua lengkap, jagalah mereka, sayangi mereka, dan hormati mereka. Jangan sampai kamu menyesal saat mereka telah tiada.
Di Hari Ibu tanggal 22 Desember 2021 ini, saya mengucapkan terimakasih kepada seluruh ibu yang ada di Indonesia dan di seluruh dunia. Jasamu akan selalu terkenang oleh anak-anakmu. Karena kau adalah permata yang senantiasa berkilau setiap waktu. Seorang ibu adalah wanita yang kuat dan tangguh. Wanita yang tulus merawat dan menyayangi anak-anaknya. Wanita yang tak kenal lelah membagi pikiran maupun tenaganya demi keharmonisan keluarga.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”