Hari Buku Anak Sedunia, Bangun Budaya Literasi Sejak Dini

Meningkatkan tingkat literasi di Indonesia adalah mulai membangun budaya membaca sejak dini

Tanggal 2 April merupakan hari peringatan buku anak sedunia. Tetapi, bagaimana cara memperingatinya jika tingkat literasi di Indonesia masih termasuk dalam kategori rendah di dunia. Seperti yang tertulis dalam kominfo.go.id dalam judul “TEKNOLOGI Masyarakat Indonesia: Malas Baca Tapi Cerewet di Medsos” bahwa UNESCO menyebutkan jika tingkat literasi Indonesia berada pada urutan kedua dari bawah dan data persentase minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,001%. Hal itu berarti bahwa tingkat literasi di Indonesia masih sangat rendah. Padahal budaya literasi harus sudah diterapkan sejak dini, agar saat bertumbuh besar anak sudah terbiasa untuk literasi.

Advertisement

Jadi sebenarnya apa yang menyebabkan literasi di Indonesia masih sangat rendah. Padahal menurut hasil riset Semiocast, lembaga independen di Paris mengatakan bahwa tingkat keaktifan postingan media sosial di Indonesia berada pada urutan kelima di dunia. Yang mana Jakarta merupakan kota teraktif dalam hal memposting sesuatu di aplikasi twitter, dan disusul oleh Bandung yang juga menjadi kota teraktif kedua dalam memposting di media sosial twitter. Postingan yang mereka post adalah cuitan-cuitan kehidupan mereka pribadi dan juga dalam mengomentari postingan orang lain.

Banyak orang menganggap bahwa membaca postingan-postingan di media sosial sudah merupakan literasi. Mungkin hal ini bisa dikatakan benar, tetapi bisa juga tidak. Dapat dikatakan benar apabila postingan yang dibaca merupakan sebuah informasi yang berupa ilmu,berita, ataupun bacaan bermanfaat lainnya. Tetapi kalau hanya sekedar membaca dan memposting kicauan isi hati seseorang, apakah masih bisa dikatakan sebuah literasi. Menurut saya hal ini tidak termasuk dalam lingkup literasi yang dimaksudkan.

Menurut saya hal-hal tersebut dapat terjadi karena sejak kecil anak tidak dibiasakan untuk membaca buku ataupun bacaan lainnya. Dan juga tidak dibiasakan untuk menulis intisari dari sebuah bacaan ataupun menceritakan kembali isi dari sebuah bacaan. Tetapi mereka lebih sering diajarkan hal lainnya seperti menggambar, menari, menyanyi atau mudahnya dikatakan sebagai hobi mereka. Masih jarang anak yang merasa dirinya memiliki hobi membaca dan menulis. Jadi, mungkin karena itu mereka jadi menganggap itu bukan hal kesenangannya yang perlu dilakukan secara rutin, meskipun membaca dan menulis sebenarnya adalah sebuah dasar mereka dalam belajar atau menuntut ilmu.

Advertisement

Sedangkan menurut data IKAPI (Ikatan Penerbit Indonesia) dalam buku berjudul Industri Penerbitan Buku Indonesia Dalam Data dan Fakta dinyatakan bahwa buku anak mencetak dalam tiras yang lebih besar, serta buku anak juga memberikan kontribusi penjualan tertinggi. Sehingga dapat dikatakan bahwa buku anak masih memiliki banyak peminat. Tetapi apakah buku yang dibeli tersebut dibaca atau tidaklah yang menjadi pertanyaannya.

Teknologi juga sudah semakin berkembang, dalam smartphone sudah banyak aplikasi dan web yang menyediakan buku digital anak ataupun cerita anak. Tetapi masih jarang terlihat anak-anak yang menghabiskan smartphonenya untuk membaca buku digital anak ataupun cerita anak. Sekarang anak-anak malah lebih sering terlihat memegang smartphone untuk bermain game atau menonton video. Masih jarang mereka memiliki aplikasi-aplikasi untuk membaca. Kebanyakan aplikasi yang ada di smartphone mereka adalah games, bahkan tak jarang mereka sudah memiliki aplikasi sosial media seperti instagram atau facebook dan aplikasi yang sedang booming yaitu tiktok.

Advertisement

Menurut saya cara agar dapat meningkatkan tingkat literasi di Indonesia adalah mulai membangun budaya membaca sejak dini. Mungkin membaca, menulis intisari, dan menceritakan kembali bisa juga dijadikan salah satu serangkaian mata pelajaran wajib di setiap jenjang pendidikan. Di Indonesia juga memiliki program kesehatan untuk anak-anak yakni posyandu, melalui posyandu pemerintah bisa mengadakan kegiatan membaca sebelum atau sesudah pemeriksaan kesehatan anak. Pembuatan perpustakaan desa, yang mana nantinya setiap RT juga memberikan kegiatan membaca bersama oleh anak-anak seminggu sekali atau lebih.

Dan juga setiap pada tanggal 2 April dalam rangka memperingati hari buku anak nasional tersebut, dapat dilakukan acara-acara seperti bazar buku anak, lomba membaca, lomba menulis intisari, lomba menceritakan kembali isi buku, membaca secara massal, dan kegiatan lainnya yang dapat menarik minat anak-anak Indonesia untuk lebih tertarik dalam hal membaca. 

Sehingga peringatan hari buku anak tidak hanya dijadikan hari peringatan saja, tetapi juga diperingati dengan aksi. Beberapa orang berkata bahwa anak bisa membaca buku anak kapan saja tidak perlu saat memperingati hari buku anak. Ya memang benar, tetapi jika saat hari spesial tersebut diperingati dengan aksi dan berbagai macam kegiatan yang menarik, kemungkinan besar hal tersebut juga dapat membantu meningkatkan pembangunan budaya membaca anak sejak dini.

Jika ingin meningkatkan tingkat literasi secara keseluruhan, langkah-langkah tersebut tidak hanya perlu dilakukan oleh anak-anak, tetapi oleh semua usia. Ketika orang disetiap jenjang usia menerapkan kegiatan dan langkah tersebut, dapat dipastikan bahwa semua orang jadi akan sering melakukan kegiatan literasi. Tidak hanya sekedar menghabiskan waktu di media sosial dan aplikasi smartphone lainnya.

Saat ini sedang maraknya orang yang ingin menjadi konten kreator. Dengan hal itu, juga dapat dimanfaatkan untuk membantu membangun budaya literasi di Indonesia dengan cara membuat konten yang berbau dengan literasi. Baik membaca, menulis, ataupun bercerita mengenai suatu isi buku dan bahan bacaan lainnya. Dengan membuat konten seperti itu, kemungkinan besar kita dapat mengajak jauh lebih banyak orang lagi untuk menerapkan budaya literasi dan membantu meningkatkan tingkat literasi di Indonesia.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Ilmu Komunikasi | Yogyakarta