Tepat tujuh tahun yang lalu, aku mengenal seseorang yang sekarang ini masih bersamaku. Sebuah perkenalan yang singkat dan hanya menggunakan handphone jadul perasaan ini pun mulai tumbuh. Lucu rasanya jika mengingat semua itu, waktu pendekatan yang hanya beberapa jam saja itu sudah membuat dia menyatakan perasaannya kepadaku dan herannya, aku langsung menerimanya begitu saja hanya karna rasa nyaman yang dia berikan. Aku dan dia menjalin hubungan hanya via sms dan telephone saja dengan menggunakan handphone jadul yang kumiliki pada waktu itu.
Hanya dirimulah lelaki yang sukses membawaku terbang jauh mengenal cinta, setia, dan pengorbanan. Aku bukanlah yang pertama yang hadir di hidupmu, tapi aku yakin aku akan menjadi yang terakhir. Melihatmu tersenyum adalah kebahagiaanku, maka dari itu aku tak pernah suka melihatmu sedih. Lalu aku selalu mencoba untuk menjadi yang terbaik agar di wajahmu akan terus terukir senyuman. Namun apa yang kita lewati tentunya tidak mudah, apalagi aku hanya dengan modal cinta saja.
Tiga tahun lamanya hubungan virtual itu berlangsung, tiga tahun menjalin hubungan tanpa pernah tatap muka, karena aku yang susah diajak ketemu dan jikalau dia mau main ke rumahku pun aku ndak mengizinkan karna mengingat usiaku dan dia yang sama-sama masih remaja dan masih kelas 7 SMP. Aku pada waktu itu ndak punya keberanian untuk ketemu laki-laki yang bukan saudaraku, tetanggaku, atau temen sekolahku, apalagi tanpa seseorang yang menemaniku waktu ketemu dengan siapapun. Pada waktu itu pun aku baru pertama kali menjalin hubungan asmara dengan seseorang, sehingga aku ndak ada keberanian untuk menemuinya atau mengizinkannya main ke rumahku.
Tepat saat kelas 9 SMP pada akhir semester satu, kita memutuskan untuk menyudahi hubungan virtual ini, dengan berbeda alasan. Dia menyudahi hubungan virtual ini karena aku susah diajak ketemu dan aku menyudahi hubungan ini karna ingin fokus ujian. Tiga tahun, mungkin bukanlah waktu yang panjang apalagi untuk hubungan virtual ini, tapi nyatanya aku benar-benar merasakan semua hal yang begitu panjang. Bukan hanya sekedar bahagia dan senang-senang, tapi juga sakit hingga patah hati mendalam pun sudah sering aku alami.
Ternyata keputusanku untuk menyudahi hubungan virtual ini bukan malah bisa fokus ujian tapi malah membuat aku ndak memikirkan ujian-ujian itu, tapi apa boleh buat, nasi udah menjadi bubur. Jadi apapun rasanya akan aku terima dan akan aku rasakan. Aku pun mulai melupakan dia dan berusaha move on sebisa mungkin. Aku sadar benar, rasa sakit dan kecewa itu tidak lain dan tidak bukan adalah karena harapan tinggi yang telah kugantungkan sendiri.
Maka ketika dia pergi, akulah yang jatuh dengan segala luka, kenangan dan sisa-sisa harapan. Aku pernah menangis. Aku pernah meratap. Aku sering menulis puisi-puisi patah hati yang penuh kesakitan. Aku pernah sampai pada suatu titik dimana aku ragu apakah ada orang yang akan benar-benar bisa menerimaku.
Selama ini aku merasa aku sudah berusaha tentang banyak hal: menerima, memahami, berjuang untuk bertahan. Tapi kenapa aku selalu berakhir dengan ditinggalkan? Selama beberapa lama, aku selalu menyalahkan diri sendiri atas kegagalan-kegagalan itu.
Aku memang terlalu manja. Aku tidak cantik. Aku cerewet. Aku terlalu banyak menuntut. Aku tidak humoris. Aku bukan perempuan cerdas. Aku tidak bisa memasak dan tidak becus mengatur rumah. Aku jelek. Aku buruk. Aku memang tidak layak untuk dicintai dan dipertahankan.
Sekitar 2 tahun aku dan dia lost kontak. Tapi pada saat kita kelas 11 dia menghubungiku dan meminta untuk ndak lost kontak lagi. Beberapa minggu kami bertukar kabar, akhirnya usaha ku untuk move on gagal dan benih-benih perasaan itu muncul lagi dan beberapa hari kemudian dia mengajak ku untuk balikan, anehnya aku mengiyakan ajakan dia, hubungan virtual itu pun terulang kembali karna aku yang belum bisa diajak ketemu. Hubungan virtual kedua ini berlangsung hanya satu bulan dan kami pun kembali lost kontak lagi karena aku memblokir semua akun sosmednya.
Tepat pada saat aku kelas 12 semester 2 awal, aku membuat Akun facebook baru dan selang beberapa minggu dia meminta untuk berteman tapi langsung aku tolak permintaan dia, dia pun akhirnya mengirimi aku sebuah pesan di facebook tapi aku biarkan selama hampir satu tahun. Tepat pada bulan September 2019 minggu kedua, dia menghubungi temenku agar aku membuka pesan dia, akhirnya pun aku membuka pesan dia dan kami pun kembali bertukar kabar. Pada saat akhir tahun 2019, dia ingin main ke rumahku tapi aku tetap menolaknya karna aku belum punya keberanian untuk membawa laki-laki ke rumahku dan akhirnya kita lost kontak lagi karena aku takut dia beneran ke rumahku.
Lalu pada bulan Maret 2020 kita mulai bertukar kabar lagi dan diapun berkomitmen untuk memulai hubungan yang serius dan akhirnya lebaran 2020 Aku mengizinkannya dia untuk main kerumahku dan seiring waktu berjalan aku pun diajak ke rumahnya untuk dikenalkan kepada keluarganya. Semenjak itu hubunganku dengan dia memasuki tahap serius dan kami berkomitmen untuk saling menunggu satu sama lain.
Sakit hati sudah terbiasa, kecewa pun sudah menjadi rutinitas. Ibaratkan orang berinvestasi, apabila kau berikan seluruh cintamu lalu kau berhasil maka kau akan mendapatkan seluruh bahagia juga, tapi apabila kau gagal maka hilanglah seluruh cintamu. Begitulah yang kurasakan, tapi untungnya cintaku ini tak pernah ada habisnya. Ia selalu muncul kembali, sekalipun hal yang buruk ku dapat darimu. Aku tahu aku ini bodoh, tapi bahkan hatikulah yang terus menginginkan ini, agar terus mencintaimu, maka bersyukurlah kamu.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”